Kata "Haluoleo" berasal dari nama seorang raja kerajaan Konawe yang hidup sekitar abad ke 17. Selain dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, Haluoleo juga dipandang sebagai sosok kesatria yang pantang menyerah dan gigih membela tanah air. Haluoleo secara harfiah berarti delapan hari dalam bahasa Tolaki -- bahasa penduduk asli Kerajaan Konawe yang tinggal di Kendari.
Dikisahkan pada saat pertempuran melawan bajak laut La Bolontio, Haluoleo yang dahulu bernama La Kilaponto, dalam sebuah pertarungan, La Kilaponto terdorong dan terjatuh ke pasir dalam situasi tersebut Lakilaponto kemudian melemparkan pasir langsung ke mata La Bolontio dan keadaan kemudian berbalik, La Kilaponto akhirnya berhasil mengalahkan pertarungan dan membunuh La Bolontio. Berkat keberhasilannya, Lakilaponto kemudian dinobatkan menjadi Raja Buton VI.
Kisah ini meninggalkan kesan yang kuat di benak penulis, karena menceritakan tentang semangat ketangguhan yang dapat menjadi sumber motivasi yang kuat dalam berbagai situasi, seperti mencapai tujuan pribadi, sukses dalam karir, menghadapi masalah kesehatan atau melewati masa-masa sulit. kehidupan saat ini
Antusiasme tersebut juga diungkapkan Andi Sumangerukka dalam setiap program yang dijalankannya, baik melalui ASR, KKSS, maupun HKTI. ASR menjalankan program pendidikan Beasiswa ASR untuk membantu masyarakat meringankan biaya pendidikan. Andi Sumangerukka mengatakan, pemberian Be-ASR kepada pelajar asal Sultra adalah wujud untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan untuk kepentingan sosial pendidikan.
Andi Sumangerukka mengajak kepada seluruh masyarakat sulawesi tenggara untuk selalu menanamkan semangat juang dari seorang kesatri Haluoleo dalam mewujudkan cita-cita kita bersama yakni pembangunan kesejahteraan di sulawesi tenggara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H