Antara Branding dan Bisnis
Kabupaten Kerinci yang kaya akan objek wisata kini sudah ditetapkan sebagai "branding pariwisata" Provinsi Jambi. Tentu saja promosi-promosi sudah mulai dilakukan untuk menarik kunjungan wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Perbaikan sarana-prasaran di sana-sini sepertinya juga sudah dilakukan, bahkan sejak jauh-jauh hari.
Masyarakat juga bangga dengan ditetapkannya Kabupaten Kerinci sebagai branding pariwisata Provinsi Jambi. Dengan harapan semakin banyak wisatwan yang berkunjung, tujuan wisata di Kerinci akan dapat pula meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Namun, harapan itu sepertinya jauh panggang dari api. Pengelolaan objek wisata di Kabupaten Kerinci tidak seperti yang diharapkan banyak pihak.
Pelayanan di objek wisata dikeluhkan pengunjung, tidak hanya soal harga tiket masuk yang dibanderol selangit. Keamanan dan kebersihan ikut dikeluhkan. Untuk parkir kendaraan roda dua, harganya dipatok sepuluh ribu, sedangkan roda empat dipatok dua puluh ribu, ditambah lagi tiket pengunjung.
Kesemrawutan pengelolaan objek wisata di Kabupaten Kerinci tidak lagi sebagai branding, melainkan sudah menjadi ajang bisnis. Pengelolaan objek wisata yang dipihakketigakan dapat dikatakan salah satu penyebab tingginya harga tiket masuk dan biaya parkir, hingga melebihi ketentuan Peraturan Daerah (Perda). Belum tentu pula, uang kontrak yang diberikan pihak ketiga menjadi penerimaan daerah, bisa saja masuk ke kantong "penguasa".
Kemahalan harga tiket masuk objek wisata yang melebihi ketentuan Perda banyak diberitakan media online di Kabupaten Kerinci. Namun, langkah yang akan diambil pemerintah sepertinya sedikit terlambat. Itu karena, lebaran yang menjadi hari berkunjungnya masyarakat ke objek wisata sudah berlalu, apalagi langkah yang akan diambil hanya berupa pembinaan. Seharusnya, jika memang ingin menjadi branding pariwisata, Kabupaten Kerinci tidak memihakketigakan pengelolaan objek wisata agar apa yang terjadi kali ini tidak terulang di masa yang akan datang.
Bahkan, yang menjadi pertanyaan banyak orang, kenapa pengelolaan objek wisata di Kabupaten Kerinci selalu dipihakketigakan? Apakah dengan cara inilah penguasa bisa memetik keuntungan? Kita tunggu langkah pembinaan Bupati Kerinci DR H Adirozal M.Si bersama Wakil Bupati Kerinci Zainal Abidin SH, untuk mewujudkan Kerinci Lebih Baik (KLB)...
Salam Kompasiana....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H