Sabtu ini 4 Juni tepatnya siang tadi para siswa setingkat SMP bersuka cita menerima hasil pengumuman kelulusan mereka. Pada waktu yang sama di televisi kita melihat berita pengumuman kelulusan di berbagai sekolah, hasilnya daerah Bali menjadi provinsi pertama yang tingkat kelulusannya paling tinggi yaitu 9.99 persen disusul Sumatera Utara dan Jawa Timur di urutan kedua dan ketiga. Alhamdulillah terbayar sudah hasil kerja keras para siswa selama ini dengan hasil yang nyaris sempurna di beberapa daerah dan para guru, orang tua dan siapapun di negeri ini patut berbangga dan bersyukur.
Guru terutama pastilah yang paling sangat bahagia dengan hasil kelulusan para siswanya, betapa tidak seluruh kemampuan telah dikerahkan untuk mengantarkan siswa mendapatkan hasil yang terbaik ( baca lulus). Mulai dari menyampaikan materi dengan sebaik-baiknya, memberikan pelajaran tambahan, meringkaskan materi pelajaran yang sulit, memberikan kiat-kiat khusus menghadapi UN, memotivasi semangat siswa terus-menerus yang kadang turun naik dan bosan dikala belajar, dan tak kalah penting mendo'akan para siswanya agar mampu melewati UN dengan baik. Subhanallah lengkap sudah usaha para guru mempersiapkan para siswanya menghadapi UN. Tidak cukup sampai disitu merekalah yang paling was-was dan deg-degan menanti hasil kelulusan para siswanya, kerja keras, dan kredibilitas dipertaruhkan. Dan akhirnya "LULUS". Siapapun tak terkecuali pasti dapat merasakan suka cita para guru tersebut.
Sesungguhnya dalam hal ujian, gurupun diuji, bukan hanya mereka para siswa. Dan gurulah yang paling berat ujiannya jika kita sadari. Jika para siswa diuji cukup dalam waktu 2 jam di dalam ruang ujian maka guru lebih dari itu. Mulai dari awal mempersiapkan siswa-siswa menghadapi UN guru sesungguhnya telah diuji. Hingga sampai tanggal kelulusan siswa para guru sesungguhnya tengah diuji. Lantas apa ujian bagi guru itu?
Yang pertama, para guru diuji kesungguhannya mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi ujian dengan sebaik-baiknya. Jika ada guru yang setengah hati atau kurang bersungguh-sungguh dalam hal ini apalagi sampai para siswanya tidak siap dengan ujian yang akan dihadapi hingga berakibat pada kegagalan mereka maka guru tersebut telah gagal dalam ujian pertama. Ujian kedua adalah ujian "kejujuran" dan inilah ujian yang paling berat bagi seorang guru. Tidak diragukan banyak guru yang lulus dalam hal ujian pertama tetapi tidak sedikit pula yang gagal pada ujian kedua. Dan yang dapat lulus kedua-duanya tidak dapat di bilang banyak jumlahnya jika kita mau jujur.
Ujian kejujuran merupakan ujian terbesar bangsa kita saat ini, banyak masalah yang timbul diakibatkan masalah kejujuran, sudah banyak sekali contohnya. Dalam hal menyangkut profesi seorang guru, apalagi jika 'musim' UN tiba, banyak kita dengar guru yang tidak segan-segan dan berani memberikan bocoran baik soal maupun jawaban kepada para siswanya, baik sebelum ujian, ketika ujian berlangsung, bahkan sesudah ujian berlalu dengan melakukan "bedah plastik" pada LJK siswa. Bukan rahasia umum lagi, banyak sekolah yang melakukan upaya apapun untuk meluluskan siswanya, demi mengangkat citra sekolah, meski dengan cara-cara yang tidak halal sekalipun. Parahnya satuan kedinasan diatasnya seakan tutup mata, bahkan tidak sedikit pula yang terang-terangan mendukung dan 'bermain' bersama demi mencapai target kelulusan. Ancaman hukum pidana bagi mereka yang sengaja berbuat curang seakan hanya angin lalu. Dan memang kalaupun ada kasus, tidak pernah benar-benar tuntas diselesaikan.
Disinilah letak ujian para guru sebenarnya, segala kecurangan mestinya tidak perlu terjadi, jika para guru mau mengingat arti penting profesinya, dan nilai jangka panjang yang ditanamkan pada murid-muridnya bukan nilai sesaat yang hanya baik diatas kertas saja. Intinya sepanjang guru telah menyiapkan para siswa lahir batin menghadapi ujian tidak ada yang perlu ditakutkan. Bukankah para guru bangsa ini mengajarkan bahwa kegagalan adalah sebuah kesuksesan yang tertunda. Dan bukankah sudah biasa banyak sekolah yang meluluskan siswanya di negeri ini, justru yang luar biasa adalah sekolah yang berani untuk tidak meluluskan siswanya karena alasan agar siswa belajar lebih baik sebagai pelajaran hidup jangka panjang siswa tersebut.
Kita berharap para guru yang notabene benteng utama pertahanan pendidikan bangsa ini menolak dan menghancurkan segala kecurangan yang terjadi dalam sistem pendidikan kita agar melahirkan generasi-generasi bangsa yang kuat intelek dan mentalnya.
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar". (An-Nisa ayat 9)
PENUTUP
Kedepan hendaklah para guru yakin dengan kemampuan para siswanya, bukankah kecurangan yang dilakukan merupakan bentuk ketidakpercayaan pada apa yang disampaikan kepada anak didiknya. Lebih dari itu kecurangan merupakan bentuk ketidakpercayaan kepada siswa sekaligus penghianatan atas kerja keras siswa selama mereka belajar disekolah dan dirumah.
Ujian (baca UN) bukanlah segalanya, apalah arti kesuksesan tanpa kejujuran, cukukplah kita mendengar idiom dalam masyarakat kita ada polisi nakal, politisi nakal, apalagi artis nakal, hakim nakal, pengacara nakal dll... tapi tidak untuk 'Guru Nakal'. Sesungguhnya dengan ujian diangkatlah derajat seseorang, begitupun sebaliknya, dengan ujian manusia dapat dihinakan jika tidak kuat menghadapi ujian itu. Berkaitan dengan ini jangan sampai kita termasuk kedalam peradaban dungu yang memuja apa saja yang palsu kata seorang budayawan Muhammad Shobari.