Mohon tunggu...
Asvi Raihan
Asvi Raihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa aktif Ilmu Komunkasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Aktif kegiatan volunteer, Organisasi, dan Kuliner/Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Say No untuk Pengelabuan pada Media Sosial Instagram

5 Januari 2024   17:30 Diperbarui: 10 Januari 2024   23:43 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak sekali pesan atau informasi yang membanjiri platform media sosial kita, yang mana jenis informasi yang di sampaikan untuk khalayak justru menentang kebenaran akan hal yang diberitakannya, karena ada beberapa pihak yang mempunyai kepentingan politik memberikan berita tidak benar itu untuk mempropagandakan khalayak. Disitulah permasalahan yang ada pada media yang perannya sangan penting untuk komunikasi massa, tetapi justru disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Pastinya pihak tersebut ingin sekali khalayak bersikap pasif terhadap komunikasi massa pada media tersebut, terutama kepada khalayak yang tidak aktif dalam bermedia.

                 Menurut analisis Andrew Potter (2010), misinformasi atau hoaks mempunyai beberapa dampak terhadap masyarakat.

 (a) Dari sudut pandang ekonomi, hoaks membuang-buang waktu dan uang. Membaca informasi yang salah dapat menyebabkan kerugian pribadi dan produktivitas yang signifikan. Setiap orang hanya menghabiskan 10 detik sehari untuk membaca berita palsu.

 (b) Dari sudut pandang kriminal, pelaporan palsu mengalihkan perhatian dari masalah. Di dunia maya, penjahat dunia maya dapat menggunakan informasi yang salah untuk melakukan aktivitas ilegal. Secara umum, penjahat dunia maya sering menyebarkan laporan palsu untuk mengeksploitasi kerentanan dalam sistem layanan Internet.

 (c) Pelaporan palsu digunakan sebagai sarana penipuan publik. Hoaks diciptakan untuk memeras simpati atau uang. Contohnya seperti laporan palsu terkait pembukaan pendaftaran capres yang dikirimkan melalui media soail.

 (d) Pemberitaan palsu menyebabkan kepanikan masyarakat. Tujuan hoaks yang paling populer di kalangan pembuatnya adalah untuk menimbulkan kepanikan massal.

Dari banyaknya presentase dari kasus hoaks tersebut, sudah sepantasnya khalayak bijak dalam menggunakan media untuk berkomunikasi massa, karena efek yang diberikan dari kasus tersebut sangat krusial bagi kedepannya. Dengan itu juga khalayak sudah seharusnya bisa jadi khalayak aktif dalam mengonsumsi pesan yang ada pada media, karena kita belum tahu kebenaran dari pesan yang mereka berikan, cari tahu dari sumber-sumber yang lain, yang terpercaya dan pastinya kredibilitas. Serta harus jeli dan perbanyak membaca berita dari berbagai platform media lainnya. Terutama pada kalangan lanjut usia, pastinya harus ada pendampingan dari pihak yang lebih aktif dalam menjadi user dimedia sosial. Dari adanya solusi yang dasar di atas, utama nya kita sebagai khalayak untuk selalu bisa literasi media karena upaya terorganisir untuk mengembangkan dan mempraktikkan pengetahuan pada penggunaan media (Robb Grieco, 2014).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun