Perlahan tapi pasti , siapa pelaku kampanye hitam di pilkada depok yang sebenarnya mulai terkuak. Terungkapnya rahasia ini bisa kita lihat ketika debat pilkada depok yang dilaksanakan pada hari kamis 19 november 2015 di stasiun JAK tv. Meski sebenarnya mudah sekali untuk menginventarisir siapa pelaku kampanye hitam seperti spanduk 1 kelurahan 1 gereja yang sempat menggegerkan kemarin. Sangat mudah sekali !
Mari kita runut pola black campaign dan playing victim yang terjadi....
Ada puluhan hujatan yang diarahkan ke sosok idris pradi khususnya ke sosok idris abdul shomad yang kebetulan incumbent sebagai wakil walikota. Awalnya , saya kira ini wajar terjadi di masa pilkada saat pilkada namun mulai terasa berlebihan ketika serangan membabi buta dan masuk ke wilayah yang tidak etis yaitu ranah pribadi atau "Ad hominem" misalkan mengkaitkan diri sosok idris abdul shomad dengan PKI/komunis , wahabi anti tahlilan dan yang paling parah serangan yang dilakukan oleh akun Ahmed S atau Ahmad Sapuani yang mempermasalahkan makam orang tua idris abdul shomad yang berumput dan mengolok-olok sebagai wahabi dan tidak pernah mengurusi makam orang tuanya.
Â
Hujatan ini sangat memalukan dan sudah memasuki ranah hukum serta pencemaran nama baik. Untungnya idris abdul shomad tidak mau mempermasalahkan hal ini.
Hujatan dan black campaign/kampanye hitam yang dilakukan oleh para relawan dimas babai sudah sangat kentara dan cenderung kasar serta brutal. Bahkan serangan juga ditelurkan oleh akun fanpage salah satu calon meski tidak langsung tapi sudah bisa kita tebak arahnya kemana.
Bagaimana dengan pola playing victim ?
Keributan kampanye SARA pertama diawali ketika tim relawan dimas babai yang mempermasalahkan komentar seseorang yang di identifikasikan sebagai salah satu tokoh relawan idris pradi dalam hal lain yang tidak ada kaitannya dengan kampanye. Lalu komentar tersebut di screenshot dan di bully rame-rame padahal sebenarnya komentar tersebut adalah hal biasa.
"Membuat rame" komentar ini terus digulirkan , bahkan hingga ke pengiriman orang ke rumah tokoh tsb dengan berbagai ancaman dan pelaporan ke polres namun ditolak oleh polres karena tidak kuat. Tiba tiba dimas babai mengadakan jumpa pers dan mempermasalahkan diri mereka diserang dengan cara SARA. Saat itu banyak orang terkaget-kaget kenapa dimas babai begitu reaktif bahkan membuat jumpa pers segala dengan memposisikan dirinya di dzolimi.
Sebenarnya jumpa pers tersebut terhitung rancu bahkan polres sendiri sudah menolak tapi kenapa tetap dipaksakan dengan jumpa pers? Disini aroma konspirasi pembentukan opini tercium.
Kasus ini adalah pondasi pertama munculnya "skema terdzolimi" , meski santer digembar gemborkan di media sosial namun tim idris pradi dengan cerdas dan santun tidak menanggapi dan mengusung tema "Kampanye Santun". Ternyata skema kampanye santun ini terbukti ampuh dimana sandiwara terdzolimi tidak menyebabkan efek apapun meski bisa menjadi konten kampanye darat.
Skema kedua adalah spanduk "1 kelurahan 1 gereja" , spanduk ini sengaja diangkat hari sabtu-minggu memanfaatkan hari minggu sebagai hari gereja dan diharapkan akan matang pada hari senin sebagai hari awal aktifitas. Memang skema ini cukup ampuh dan sempat viral di berbagai tempat/kanal komunitas namun ternyata umurnya hanya 2 hari.
Celakanya arah pergerakan viral ini tidak mengarah ke target yang menguntungkan bahkan cenderung orang percaya bahwa hal tsb adalah program dimas babai sendiri. Tentu saja ini sangat merugikan dimas babai sendiri mengingat kabar yang beredar kawan kawan nasrani depok tidak simpatik dan protes cara-cara tersebut digunakan bahkan muncul keinginan mereka untuk mendeklarasikan diri sebagai pendukung idris pradi.
Pola pemunculan skema isu sama seperti sebelumnya. Diawali dengan foto spanduk antah berantah yang diangkat oleh salah satu media online nasional lalu digoreng oleh para relawan yang gahar bahkan keluar ucapan tudingan dari babai bahwa yang melakukan adalah tim idris pradi. Tudingan babai langsung ke corong idris pradi sebenarnya bisa jadi sebuah masalah karena bukti yang tidak kuat namun sepertinya idris pradi memilih tidak mempermasalahkan karena memang tidak ada tindak lanjut dari tudingan tersebut.
Dan yang lebih konyol adalah babai mengatakan akan melaporkan hal ini ke polres yang sampai sekarang tidak pernah terjadi. Dengan tidak adanya tindak lanjut pelaporan justru membuktikan bahwa skema yang dibuat adalah cukup ke wilayah penggiringan opini dan ini bisa kita lihat dari , lagi lagi dimas babai melakukan jumpa pers untuk menyatakan dirinya terdzolimi.
Sebenarnya main tuding dan tunjuk nama serta jumpa pers ini tidak patut secara etika dilakukan oleh dimas babai karena tidak ada bukti kuat bahkan sampai skrg tidak ada laporan ke polres. Dimas babai terlihat memanfaatkan isu ini untuk memperoleh simpati dari masyarakat umum namun mereka lupa bahwa sebagian besar warga depok adalah warga berpendidikan tinggi dan skema seperti ini dengan mudah dibaca arahnya akan kemana.
Terlebih sebelumnya tiba tiba beredar spanduk Nurmahmudi yang mengisyaratkan akan maju ke pilkada DKI dan sudah dikonfirmasi oleh NMI bahwa beliau tidak memasang hal tsb. Dan uniknya yang menyebarkan isu ini justru akun akun yang getol berkampanye program dimas babai. Saya kira disini sudah terlihat jelas arahnya dan siapa yang bermain.
Pembusukan Debat Pilkada
Acara debat pilkada depok di jak tv menjelaskan segalanya , babai dan dimas membantai pasangan idris pradi dengan kata-kata tajam dan menyakitkan hati serta jauh dari kesantunan. Dimas terkesan sombong dan sok menggurui sedangkan babai terlihat pandai bersilat lidah tapi kata katanya menyakitkan hati. Namun mereka lupa bahwa sebenarnya mereka sedang menghantam semua orang khususnya jajaran muspika yang hadir di acara tersebut.
Mencela pemerintahan daerah kota depok adalah mencela semua pejabat publik yang ada dan kebetulan hadir menonton mereka berdebat. Disana ada nurmahmudi selaku pejabat sah walikota , ada kapolres , dandim dan pejabat lainnya. Bagaimana rasanya kota yang mereka ayomi di busuk-busukkan? Bagaimana rasanya kota yang mereka pikirkan selama 24 jam sehari , 30 hari sebulan dianggap tidak manusiawi? Bahkan saya tidak bisa membayangkan perasaan semua pejabat kepemerintahan serta seluruh PNS bahkan level terendah sekalipun ketika jerih payah keringat mereka tidak dianggap?
Saat menyaksikan debat tersebut di televisi , sempat dalam hati membatin kenapa dimas babai tidak ada bedanya dengan para relawannya yang gahar melontarkan hujatan? Tidak bisakah budaya santun dikedepankan dalam sebuah debat yang ditonton banyak orang? Debat memang ruang terbuka untuk menunjukkan kualitas diri namun dengan cara mencela , menghina bahkan merendahkan pribadi orang lain (Adhominem) adalah suatu langkah kampanye yang tidak cerdas. Bukankah anda sedang menawarkan diri sebagai calon pemimpin kami?
Dalam pandangan saya saat ini. Seakan-akan mereka sedang menyatakan diri , YA kami adalah yang merancang semua kampanye hitam dan playing victim selama ini! Semoga Allah memberikan hidayah dalam hati kita semua bahwa tampuk kekuasaan yang berkah adalah kekuasaan yang diraih dengan tatacara yang diridhoi oleh semua orang. Dan InsyaAllah jika manusia ridho maka Allah akan ridho.
Pilkada depok adalah pesta demokrasi rakyat bukan ajang pembusukan , penghinaan , pelecehan serta pamer kesombongan. Anda melakukan hal tersebut sama saja menghina intelektual kami sebagai warga depok. Anda perlu banyak belajar , khususnya sopan santun dan menghargai orang lain!
Â
AA Suryadi Sudirja
- Warga Depok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H