Mohon tunggu...
Astuti Yati
Astuti Yati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menyenangi kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Nyadran

14 Maret 2024   06:52 Diperbarui: 14 Maret 2024   07:18 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                 

 

             

Dok. pribadi
Dok. pribadi
               Nguri-uri  kearifan lokal budaya dari Pekalongan, Jawa Tengah suatu hal yang membuat penulis senang. Penulis mencoba bernostalgia dengan keindahan dari kampung halaman dan sejuta kenangan budaya Desa Jagung Kec. Kesesi Kab. Pekalongan dengan berbagai kearifan lokalnya yang masih kental. Kearifan lokal tidak luntur oleh perkembangan zaman yang semakin modern. Disini penulis akan memperkenalkan apa itu "Nyadran".

                Nyadran atau sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa Syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Budaya atau upacara ini berlangsung turun temurun dan popular di Pulau Jawa. Nyadran umumnya dilakukan sebelum bulan puasa. Sama halnya seperti di Desa Jagung, Kabupaten Pekalongan dilakukan sebelum bulan puasa atau dilakukan di bulan ruwah. Tradisi tersebut memiliki arti sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Gusti kang Moho Agung, yang telah memberikan bumi yang subur sehingga sebagai rasa syukur di lakukanlah sedekah bumi. Semua warga desa jagung kecamatan kesesi kabupaten pekalongan ini sumpringah dan bungah hatinya karena bisa menolak bala dengan harapan desanya gemahripah loh jinawi, dengan harapan yang menanam padi, jagung, ubi, dan sebagainya mendapat hasil bagus dan penuh berkah. Sedekah bumi atau nyadran in dilakukan didepan sepanjang jalan kuburan, hal ini bertujuan untuk mendoakan para leluhur kita yang sudah mendahului. Sedekah bumi atau nyadran ini masih kental dengan kearifan lokalnya yang tak lekang oleh perkembangan zaman yang modern ini.

              Kegiatan berdoa bersama dilakukan oleh seluruh warga yang membawa nasi serta lauk pauknya yang beraneka ragam sesuai dengan kemapuan masing-masing untuk didoakan supaya mendapat keberkahan hidup serta untuk menolak bala. Sebelum melakukan ritual sedekah bumi warga diharapkan untuk bersuci atau mengambil air wudhu.

             Nyadran atau sedekah bumi ini sampai saat ini masih dilakukan di desa kami. Hal ini membuat penulis merasa bangga ditengah gempuran modernisasi guna menjaga dan melestarikan kearifan lokal budaya asli Indonesia.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun