Di kelas 12 SMA 6 Bandar Lampung, terdapat dua sosok yang seolah berasal dari dua dunia yang berbeda: Alwi, yang senantiasa bergerak dalam keheningan, dan Deswa, bintang di antara kumpulan bintang lainnya. Mereka berdua, dengan perbedaan yang mencolok, tidak pernah berpapasan dalam lingkaran pertemanan atau aktivitas sekolah.
Alwi, dengan langkah-langkah lembutnya, sering kali hanya menjadi penonton dalam keramaian. Ia senantiasa duduk di pojok kelas, membiarkan dunia luar berputar tanpa memasuki dunianya sendiri. Pikirannya selalu melayang-layang di antara kata-kata dalam buku-bukunya, dan wajahnya menyiratkan kecerdasan yang dalam.
Di sisi lain, Deswa adalah kilauan gemilang di antara teman-temannya. Ia adalah anak pandai yang tidak hanya mahir dalam pelajaran, tetapi juga memiliki karisma yang menghipnotis siapa pun yang berada di sekitarnya. Namanya sering terdengar dalam berbagai kegiatan sekolah, dari olimpiade hingga kepanitiaan acara.
Meskipun begitu, di balik jaringan kemuliaan yang menghiasi nama Deswa, ada suatu rasa yang terpendam, suatu kekosongan yang tak terungkapkan. Ia menyadari bahwa, di antara sorotan yang menyilaukan, ia kadang merasa kesepian. Hingga suatu hari, sebuah kejadian kecil membawa perubahan dalam hidupnya.
Itu terjadi di perpustakaan sekolah, tempat di mana kata-kata menjadi teman setia Alwi. Deswa, yang jarang menginjakkan kakinya di tempat tersebut, tanpa sengaja menyadari kehadiran Alwi di sudut ruangan. Keheranan terpicu dalam dirinya, karena nama Alwi, meskipun dikenal sebagai siswa yang cerdas, hampir tak terdengar dalam kegiatan sosial.
Mereka pun bertemu dalam suatu keheningan yang menggambarkan kisah yang belum tercipta. Alwi, dengan senyum samar di wajahnya, menyambut kehadiran Deswa tanpa kata-kata. Sedangkan Deswa, dengan kecerdasannya yang cerdas, mencoba memecahkan misteri yang menyelimuti Alwi.
Dari pertemuan itu, tumbuhlah suatu ikatan yang tak terduga. Alwi, yang selalu merasa terisolasi dalam keheningannya, menemukan kedamaian dalam percakapan dengan Deswa. Sedangkan Deswa, yang selalu terpaku pada sorotan publik, menemukan kehangatan dalam kedalaman pikiran Alwi.
Lambat laun, mereka berdua menyadari bahwa di antara perbedaan yang mencolok, ada suatu kesamaan yang melampaui batas-batas fisik. Mereka saling melengkapi, membawa kelengkapan yang hilang dalam kehidupan masing-masing. Dan dari sinilah, cinta pun mulai tumbuh di antara dua jalan yang terpisah.
Namun, seperti kisah cinta yang biasanya, ada rintangan yang harus mereka hadapi. Terutama ketika keberadaan mereka mulai terungkap di antara keramaian sekolah. Pertanyaan dan gosip mulai muncul, menguji kekuatan hubungan yang baru tumbuh. Namun, Alwi dan Deswa memilih untuk tetap bersama, menghadapi dunia luar dengan keberanian dan keyakinan dalam cinta mereka.
Kisah cinta di SMA 6 Bandar Lampung itu tidak pernah luput dari pandangan mata. Namun, di antara sorotan yang mengintai, Alwi dan Deswa menemukan kekuatan dalam kebersamaan mereka. Bersama-sama, mereka melangkah maju, menjelajahi jalan yang belum pernah mereka singgahi sebelumnya. Dan di sana, di tengah-tengah keramaian dan keheningan, terciptalah sebuah kisah kasih yang abadi, yang tak tergoyahkan oleh waktu atau ruang.
Setelah berhasil menyelesaikan perjalanan SMA mereka di SMA 6 Bandar Lampung, Alwi dan Deswa kini melangkah menuju babak baru dalam kehidupan mereka: kuliah di Universitas Lampung. Meskipun memilih bidang studi yang berbeda, mereka berdua tetap menjaga hubungan yang erat, membangun fondasi cinta mereka di tengah-tengah tantangan akademis yang baru.
Alwi memilih untuk melanjutkan studinya di FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) jurusan Bahasa. Kecintaannya terhadap bahasa dan sastra membawanya untuk mengeksplorasi dunia pengajaran dan penelitian di bidang tersebut. Di sisi lain, Deswa memasuki Fakultas Teknik, lebih tepatnya jurusan Teknik Mesin. Ketertarikannya pada teknologi dan keinginannya untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat mendorongnya untuk memilih jalur ini.
Meskipun jarak fisik dan perbedaan jurusan, Alwi dan Deswa tetap menjaga komunikasi yang intens. Mereka saling mendukung dalam perjalanan akademis mereka masing-masing, bertukar cerita tentang pengalaman kuliah dan tantangan yang mereka hadapi. Bahkan di tengah kesibukan yang melanda, mereka selalu menyempatkan waktu untuk bertemu, menciptakan momen-momen indah yang memperkuat ikatan cinta mereka.
Namun, seperti halnya perjalanan cinta yang sebenarnya, tantangan-tantangan pun muncul. Beberapa kali mereka harus menghadapi kesulitan dalam menjaga hubungan jarak jauh, terutama saat tengah sibuk dengan ujian dan tugas kuliah masing-masing. Namun, melalui komunikasi yang terbuka dan rasa percaya yang dalam, mereka selalu berhasil melewati setiap rintangan dengan kokoh.
Saat mereka memasuki tahun terakhir kuliah, Alwi dan Deswa semakin yakin bahwa mereka adalah pasangan yang ditakdirkan untuk bersama. Mereka mulai merencanakan masa depan mereka bersama, bermimpi tentang pekerjaan yang mereka impikan dan tempat tinggal yang mereka inginkan. Dan ketika hari kelulusan akhirnya tiba, mereka merayakan pencapaian mereka dengan penuh kebahagiaan, karena mereka tahu bahwa mereka telah melewati segala rintangan bersama-sama.
Setelah menyelesaikan kuliah mereka di Universitas Lampung, Alwi dan Deswa tidak hanya meraih gelar akademis, tetapi juga memperkuat ikatan cinta mereka. Mereka siap untuk melangkah ke tahap berikutnya dalam kehidupan mereka, bersama-sama menghadapi segala hal yang akan datang dengan keberanian dan keyakinan dalam cinta mereka yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H