Di balik tembok kokoh SMAN 6 Bandar Lampung, terjalin persahabatan erat antara lima gadis: Astuti Alawiyah, Asriani Lestari, Desi Angki, Sunarni, dan Nraini Comala Dewi. Berasal dari berbagai penjuru Lampung, mereka dipertemukan dalam satu kelas, X.4, dan memulai perjalanan luar biasa bersama.
Persahabatan mereka tak hanya diwarnai canda tawa masa remaja, namun juga mimpi-mimpi besar yang mereka ukir bersama. Astuti bercita-cita menjadi guru bahasa Indonesia, Asriani ingin mengabdikan diri sebagai pengajar, Desi bermimpi menjadi akuntan handal, Comala Dewi terobsesi dengan dunia keperawatan, dan Sunarni ingin berkarya di bidang kesehatan.
Jalan mereka tak selalu mulus. Masing-masing melangkah ke jenjang pendidikan yang berbeda. Astuti menuntut ilmu di Unila, Asriani di UIN Raden Intan, Sunarni di Poltekkes, Comala Dewi di Bunda Delima, dan Desi Angki di DCC Lampung. Jarak dan kesibukan tak menyurutkan semangat mereka untuk saling menyemangati dan mendukung.
Tahun-tahun pun berlalu. Lulus kuliah, mereka memantapkan langkah menuju mimpi. Astuti kembali ke tanah kelahirannya di Way Kanan dan menjadi guru bahasa Indonesia di sebuah SMP. Asriani pun tak jauh berbeda, mengabdikan diri sebagai guru SD di Bandar Lampung. Desi sukses meraih mimpinya sebagai akuntan di sebuah perusahaan perumahan. Comala Dewi dengan penuh kasih sayang merawat pasien di Rumah Sakit Islam Jakarta. Dan Sunarni, dengan tekunnya, menjadi analis di Klinik Kimia Farma Jakarta.
Di tengah kesibukan dan pencapaian mereka, persahabatan mereka tetap terjaga erat. Aci dan Desi telah menemukan tambatan hati mereka dan menikah. Jarak tak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap saling menguatkan dan berbagi cerita.
Kisah lima sekawan ini adalah bukti bahwa persahabatan yang tulus dan mimpi yang besar dapat mengantarkan mereka pada kesuksesan. Di tengah berbagai rintangan dan perbedaan, mereka tetap bersatu, saling menyemangati, dan meraih mimpi mereka masing-masing. Persahabatan mereka adalah inspirasi bagi banyak orang, bahwa mimpi setinggi apapun dapat diraih dengan tekad, kerja keras, dan persahabatan yang kokoh. Kisah inspiratif lima sekawan dari desa Astuti tak hanya berhenti di situ. Kini, setelah bertahun-tahun, mereka telah mendirikan sebuah yayasan yang bertujuan untuk membantu desa-desa tertinggal di seluruh Indonesia. Yayasan ini fokus pada pengembangan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di desa-desa tersebut.
Lima sekawan ini tak hanya mendedikasikan waktu dan tenaga mereka untuk yayasan, tetapi mereka juga menggalang dana dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendukung program-program yayasan. Mereka sering mengunjungi desa-desa binaan, bertemu dengan masyarakat, dan mendengarkan kebutuhan mereka.
Berkat kerja keras dan dedikasi mereka, yayasan ini telah berhasil membantu banyak desa tertinggal di Indonesia. Ribuan anak-anak mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas, masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang lebih mudah dijangkau, dan ekonomi desa pun mulai berkembang.
Lima sekawan ini telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Mereka menunjukkan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan kerjasama, kita dapat membuat perbedaan di dunia. Kisah mereka adalah bukti bahwa persahabatan yang tulus dan mimpi besar dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H