Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tikus Putih dan Tikus Hitam

12 Agustus 2011   05:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:52 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hufh, Boby membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa lumpur yang menempel di bagian perutnya. Ekornya sudah pasti lebih basah dan kotor. Tapi mudah, tinggal melintasi tepian got maka semua akan bersih terbawa air yang warnanya kian hari kian pekat.

"Hahahahaha...........Masih saja kau sibuk mengorek sampah? Apa kau tidak sadar baumu seperti apa?"

Sebuah suara tiba-tiba mengejutkannya. Seperti Randy tapi mengapa warnanya berubah lebih cerah?

"Kenapa? Kau bingung melihatku?" Tanya mahluk yang serupa Randy itu padanya.

"Jelas saja aku berwarna lebih bersih. Sekarang aku hidup di sebuah rumah mewah. Tak perlu lagi aku berpeluh dan mengorek sampah seperti kau." Katanya lagi dengan nyinyir.

"Kau...........kau Randy?" Tanya Boby masih dengan nada tak percaya.

Randy teman mainnya sejak kecil. Temannya menyelinap diantara gorong-gorong air yang bermuara di kali besar yang airnya deras. Hingga sering kali membuat ibunya khawatir. Ah, Boby jadi ingat ibunya yang mati karena terbawa arus air yang deras di kali bercampur sampah. Dan ditemukan sudah tak bernyawa di antara tumpukan plastik dan styrofoam di pintu air.

"Iya, masa dari tadi kau tak mengenaliku?" Jawab Randy.

"Tapi aku heran, mengapa orang tuaku tak mau kuajak tinggal bersamaku." Katanya lagi.

Ah, sudah jelas mereka tak mau. Tinggal di rumah mewah seperti itu justru membuat derajat mereka semakin tak berharga. Untuk mendapatkan makanan dan kemewahan itu mereka harus mencuri. Jelas saja orang tuanya lebih memilih bekerja keras mengais sampah disini. Boby hanya menghela nafas mendengar kata-kata temannya itu.

"ya, sudahlah. Aku kembali dulu. Kalau kau sudah bosan tinggal disini. Mainlah ketempatku. Siapa tahu kau berminat tinggal bersama kami disana." Kata Randy sambil berpamitan.

Boby hanya terdiam menatapnya menjauh.

****

"Huh...huh...huh...." Terdengar suara tangisan dari rumah ibu Randy saat Boby lewat pagi itu.

Segera ia berniat mampir dan menjenguk. Bukan hendak ingin tahu urusan orang lain. Tapi siapa tahu ia bisa membantu.

"Ada apa, Bu?" Tanya Boby.

Keadaan ibu Randy sangat memprihatinkan. Ia terlihat sangat berduka. Sang ayah hanya duduk disebelahnya terdiam membisu.

"Randy, Bob. Randy..............mati." Katanya lirih saat mengucapkan kata mati.

Boby kaget bukan kepalang.

"Kemarin sore kami bertemu. Dia baik-baik saja bu." Kata Boby berusaha menghibur.

"Iya, kemarin sore dia datang kesini mengajak kami tinggal bersamanya. Tapi kami menolaknya. Rasanya lebih baik kami hidup hina seperti ini daripada menjadi seorang pencuri." Kata Ibu Randy.

Tadi pagi ada yang datang kerumah orang tua Randy mengabarkan kematiannya. Saat Randy dan rombongannya mencuri mereka ketahuan si pemilik makanan. Dan meraka menyelamatkan diri masing-masing. Tak saling menolong seperti saat mencuri makanan. Dan saat Randy tertangkap dan akhirnya mati, teman-temannya selamat karena melarikan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun