Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Januari 50k: Racun Manis yang Tak Mematikan

31 Januari 2011   09:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah kenapa saya akhirnya mengiyakan ajakan penuh provokasi seorang G, untuk ikut bergabung dalam proyek gilanya yang diberinya judul januari 50K.

Pada awalnya menulis hanya sebuah cara bagi saya mengalihkan sebagian kejenuhan dan menuangkan sebagian isi kepala. Ya, jenuh pada rutinitas yang kembali ke itu lagi-itu lagi. Isi kepala yang setiap saat menyimpan kata waktu melihat, mengalami atau menyimak sesuatu dalam setiap helaan nafas. Saya rasa setiap orang pasti mengalaminya.

Tapi ternyata tulisan saya, yang kebanyakan adalah coretan-coretan tanpa pakem atau aturan tulis menulis sesuai kaidah menulis dalam sastra atau kaidah menulis apapun dalam bahasa indonesia ada yang menilai menarik. Itu sebuah sanjungan untuk saya.

Bahkan ajakan penuh provokasi dari seorang G yang sempat saya jawab dengan hahahehe akhirnya saya iyakan. Itupun dengan proses berpikir yang cukup panjang. Bahkan dengan sebuah pertanyaan, bagaimana bila sampai akhir tenggat waktu itu tulisansaya belum mencapai 50 ribu kata? Ternyata jawaban yang didapat justru sebuah tantangan yang berupa pertanyaan balik.Bagaimana kita bisa tahu kita tidak bisa mencapainya kalau tidak mencoba. Yang penting adalah mencoba, masalah pada akhirnyatidak tercapai target 50 ribu kata itu adalah masalah yang berbeda. Dan saya tertawa lebar membaca provokasi itu.

Sejujurnya, saya hanya menulis di sela-sela kesibukan. DIsela-sela waktu luang yang nyaris tak pernah ada.

Saya adalah seorang ibu yang bekerja. Saya menghabiskan hampir semua waktu di rentang antara pukul 08.00 pagi hingga 17.00 sore di kantor. Tapi karena saya bekerja dengan satu personal komputer sendiri maka saya sering bisa memanfaatkan waktu luang dikantor terutama di jam istirahat siang untuk menulis. Sementara waktu luang di rumah lebih sering tersita untuk keluarga terutama anak semata wayang saya.Walau terkadang saya bisa meluangkan waktu dengan laptop mungil saya sendiri.

Saya bukan orang yang disiplin menulis. Saya juga bukan orang yang disiplin menyimpan tulisan saya dalam satu tempat khusus.Walau akhirnya saya mencoba membuat sebuah blog sendiri untuk menampung tulisan.

Dan akhirnya dengan penuh keberanian (cieeeeeeeee) saya menerima tantangan. Lulus kah saya? Tunggu dulu, saya akan ceritakan bagaimana pontang pantingnya saya menulis.

Sebagai orang yang selalu menulis tanpa pakem atau rambu-rambu, tanpa kerangka atau outline jelas membuat sebuah novel adalahhal yang tak mungkin buat saya. Dalam tantangan menulis 50 ribu kata selama bulan januari di kampung fiksi kami yang bergabung diberi kebebasan memilih bentuk tulisan. Awalnya saya bingung, hendak menulis cerpen sehingga menjadi kumpulan cerpen atau menulis dalam bentuk novel atau sebuah tulisan yang bersambung. Tapi akhirnya saya memutuskan, kenapa tantangan itu tidak saya jadikan tantangan yang lebih besar sekaligus? Maka saya memilih menulis dalam bentuk novel.

Ya, saya menantang diri saya sendiri untuk menulis sebuah kisah yang sebenarnya sudah ada di kepala saya beberapa waktu untuk menjadi sebuah novel. Tulisan bagian pertama saya muat di kompasiana. Tapi lanjutannya tidak.

Mengapa? Karena saya tidak bisa setiap saat mengakses kompasiana. Terkadang saat jam istirahat siang saya ingin mengakses dan memasukkan tulisan kesana tapi kompasiana justru sedang tak bersahabat dengan saya. Setelah beberapa kali dan hanya menyimpan tulisan saya ke dalam komputer, akhirnya saya memutuskan memuatnya di halaman blog saya.  Dan ini pun tidak melanggar kesepakatan yang di buat di kampung fiksi.

Halangan utama menulis 50 ribu kata di bulan januari bagi saya yang utama adalah pekerjaan. Awal januari adalah masa-masa sibuk yang nyaris membuat saya hampir setiap hari pulang lewat dari jam kantor seharusnya. Terlebih di minggu kedua, saya harus merangkap pekerjaan seorang kawan yang karena sesuatu hal harus cuti. Wah, perjuangan terasa berat. Bahkan saya sempat mencatat lima hari saya tidak menulis dan itu sudah menjadi tunggakan yang sangat banyak! Coba kalau kita mau berhitung dengan angka, 50 ribu kata di bagi 31 hari dalam bulan januari. Maka seharusnya saya menulis sekitar 1.700an kata dalam sehari. Dan dalam lima hari itu saya tidak menulis sama sekali maka tunggakan yang sudah saya buat adalah lima kali 1.700an kata!!!!!!!

Belum lagi di hari lain, tiba-tiba saya diserang kejenuhan dan stuck! Tak bergerak, hanya bisa memandangi dan berulang kali membaca tulisan yang sudah saya buat. Tak punya ide melanjutkan. Tak punya inspirasi menyusun kata. Hanya bisa diam di depan layar komputer maupun laptop saya! Sementara ending dari cerita dan alur sebenarnya sudah ada di kepala!!!!!!!!

Jangan bertanya kualitas tulisan pada saya, karena saya tidak bisa menilai kualitas tulisan saya sendiri. Tapi beberapa hari yang lalu saya cukup terhenyak dengan sebuah komentar yang muncul belum lama ditulisan saya di bagian pertama yang saya muat disini. Mengapa? Karena ternyata tulisan itu sudah membuat orang lain menganalisa tokoh dalam cerita. Saya tersenyum. Padahal itu baru bagian awal.

Lalu berhasilkah saya menyelesaikan 50 ribu kata di bulan januari?

Jawabannya adalah TIDAK!

Ya, TIDAK! Bahkan di hari terakhir januari, saya tak punya ide untuk menyusun kata-kata melanjutkan tulisan yang sudah mencapai bagian lima belas itu. Tapi boleh percaya boleh juga tidak. Dalam kepontangpantingan saya membagi waktu antara bekerja, rumah tangga dan menulis saya mencatat rekor tersendiri yang cukup membahagiakan untuk saya pribadi.

Saya telah berhasil :

1.  Menulis 25.913 kata dalam rentang waktu januari 2011

2.  Menulis sebuah fiksi sepanjang 81 halaman dengan huruf 12 times new romans dan spasi standar

3.  Menulis sebuah fiksi bersambung bagai sebuah novel hingga mencapai bagian lima belas.

Sudah selesaikah tulisan saya?

Belum!

Ya, tulisan saya belum selesai dan saya akan menyelesaikannya. Saya akan berusaha menyelesaikannya entah berapa lama waktu yang saya butuhkan. Karena untuk saya, inilah karya masterpiece saya. :D

Terimakasih untuk G, sang provokator.

Untuk semua warga kampung fiksi atas semangat, kebagiaan dan kehangatan yang tak ada habisnya. Untuk diskusi yang memberi banyak wawasan baru. Untuk sharing pengalaman yang menginspirasi. Dan untuk persaudaraan yang semoga tak terputus setelah januari 2011. Thanks All.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun