Tadi malam saat menemani mas rangga belajar, saya disodori secarik kertas berisi tulisan yang setelah saya baca berisi janji siswa di sekolahnya. Biasanya tugas yang memerlukan paraf orang tua untuk diketahui.
Lalu saya bertanya,"Kok, disuruh nulis janji siswa? untuk apa?"
Mas Rangga cengar cengir sambil menempelkan tubuhnya kepada saya." Jangan marah ya, Bu. Untuk hukuman."
Menjawab dengan wajah lucu dan berusaha mencari nyaman dengan memeluk lengan saya.
"Dihukum kenapa?" tanya saya.
"Tadi di kelas musik aku mau pinjem rautan pensil sama arfa. Trus aku jalan ke depan karena arfa kan duduknya di baris paling depan.' Jawaban lugu.
Ya jelas saja dihukum. Rangga yang duduk di barisan paling belakang berjalan ke barisan paling depan di saat jam pelajaran. Lalu saya bertanya lagi.
"Jadi cuma mas yang dihukum?"
"Ndak, ada sekitar tujuh anak." Jawabnya sambil menyebutkan nama beberapa temannya. Saya kaget bercampur geli.
"Katanya gara-gara pinjam rautan. tapi kenapa banyak sekali yang dihukum?"
"Ada yang becanda di kelas, ada yang mainan, ada juga yang jalan-jalan di dalam kelas."
Dalam hati saya ketawa geli, tapi tetap diam didepannya untuk menjaga perasaannya. Jelas saja dihukum..........lha wong......keriuhan berjamaah..... haahahahahaha......
Untungnya hukuman di sekolahnya bukanlah hukuman fisik. Karena sebelumnya rangga juga pernah mendapat hukuman. Karena tidak menemukan sarungnya saat akan sholat. Dia mendapat hukuman untuk menulis satu halaman Al Quran yang hari itu dibacanya.
Setelah beberapa hari dia baru menyadari. Rupanya hari sebelum dia dihukum itu, saat turun dari masjid, dia lupa sudah naik kelas III. Jadi dia memasukkan sarungnya ke dalam laci di ruang kelas II. Dan baru menemukan sarung itu beberapa hari kemudian di loker benda-benda yang tertinggal atau tercecer. :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H