Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita tentang Lelakiku

21 Desember 2010   03:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:33 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak pernah kudengar dari mulutnya, cela akan penampilanku. Tak pernah terlihat olehku, kecut wajah karena tak karuannya masakanku, tak pernah ada keluh darinya atas kerewelan dan kecerewetanku.

Tak lama setelah hari itu, akupun mengandung. Dan lagi-lagi kesabaran yang hadir menemaniku. Kuingat tangisnya yang tak sengaja terlihat olehku, saat dalam kondisi perut yang mulai besar aku sakit. Betapa aku terkejut. Begitu berartinya kah aku untuknya, sampai air mata itu menetes?

Badai yang datang satu demi satu, bahkan nyaris memporakporandakan biduk kami, membuat pegangan tanganku padanya lebih erat. Tak ingin kulepaskan pegangan itu walau hanya sedetik. Dan genggaman tangannya, membuat aku tak ragu, bahwa kami bisa melewati badai itu bersama.

Saat orang ketiga itu hadir, malaikat kecil kami. Aku semakin yakin, bahwa cinta memang hadir diantara kami. Kekuatan yang terkadang bahkan tak pernah kuduga sering hadir saat-saat sulit menghampiri. Dukungan demi dukungan selalu ada saat hati terjajah, semangat selalu dipompakan saat asa nyaris lenyap.

Mungkin kau bertanya-tanya. Begitu sempurnakah?

Tidak.

Kami tetaplah mahlukNya. Tak ada yang sempurna dalam jiwa dan raga kami. Amarah kadang hadir diantara senyum dan kemesraan. Tapi bukan amarah yang menghancurkan, bukan pula amukan yang memporakporandakan.

Yang sering hadir adalah amarah yang tak membuat rasa menjadi hambar, membuat padang tak menjadi gersang, dan membuat hujan menjadi anugerah yang menyejukkan.

Dia memang lelaki biasa, yang tak pernah menawarkan apapun. Tapi aku bahagia karena dia hadir untukku, seorang perempuan biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun