Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Persimpangan Jalan

10 November 2010   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****

Malam kian larut, Ririn masih termenung dikamar kosnya. Bingung.

Tadi akhirnya dia menceritakan tentang Nadya pada Hari. Menceritakan semua tentang Nadya. Ririn meminta hari untuk bisa menerima Nadya  dan memberinya tempat spesial di hatinya itu untuk Nadya, sahabat mereka. Nadya lebih membutuhkan Hari, itu yang berkali-kali Ririn ucapkan untuk meyakinkan Hari. Dia butuh seseorang yang bisa menerimanya, menemaninya dan bisa menguatkannya. Hari tak banyak bicara, dia lebih banyak diam.

Ririn memohon dengan sangat pada Hari, bagaimanapun dia takkan sanggup bahagia diatas duka sahabatnya. Sahabatnya yang sejak kecil bahkan tak pernah punya sosok lelaki pelindung dalam hidupnya. Walaupun dia tahu, tak adil rasanya untuk Hari, bahkan untuk dirinya juga.

Ririn mendesah, bukan aku tak mencintaimu.

****

"Rin, Hari mengajakku  nonton malam minggu kemarin. Dia nembak aku." Bisik Nadya, waktu bertemu Ririn di pekan berikutnya. Ririn terkejut, tak menyangka secepat itu. Dia mencoba bereaksi  biasa saja, walaupun bingung harus berkata apa.

"Aku duluan ya, Rin. Tuh, Hari sudah menunggu." Kata Nadya lagi, sambil menunjuk ke arah Hari yang sedang berdiri di bawah pohon didepan perpustakaan. Ririn mendesah, pedih rasanya.

Dan malamnya Hari datang ke kosnya. Terdiam mereka berdua duduk di teras rumah.

"Aku sudah mencoba, apakah kamu bahagia ?"Tanya Hari sambil menatap ke arah lain, terlihat enggan menatap Ririn.

"Aku minta maaf, Har. Tapi setidaknya Kau tak harus bertindak secepat itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun