Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rinai Hujan Kala Senja

2 November 2010   04:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:54 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kugenggam tangannya yang dingin, entah karena suhu tubuh atau pendingin ruangan ICCU ini aku tidak tahu. Kubisikan kalimat-kalimat cinta ditelinganya. Kuceritakan tentang Rara dan Dimas anak-anak kami, tentang peristiwa yang kualami sepanjang hari tadi, tentang berbagai hal yang tak mungkin dilihatnya selama sebulan terakhir.

Diawali dengan pingsan hari itu-sepulangnya dari kantor-aku tak menyangka akan selama ini tak melihatnya di rumah. Akhirnya rumah sakit menjadi tempatnya beristirahat, ditemani selang-selang yang menolongnya hingga hari ini. Ada pembuluh darah yang pecah di otaknya, hanya itu yang aku ketahui. Selebihnya istilah medis yang sangat rumit untuk dipahami oleh awam macam aku.

Masih lekat dalam ingatan, saat pertama kali bertemu dalam perjalanan jakarta - Yogya duapuluh tahun lalu. Diawali senyum manis-yang takkan pernah kulupa sepanjang hidupku-obrolan mengalir. Ternyata dia yuniorku satu almamater tapi saat aku lulus dia baru masuk, jelas saja kami tidak pernah bertemu di kampus. Dan itu awal dari perjalanan cinta indah kami hingga menikah dan dianugerahi Rara dan Dimas.

****

"Yah, siapa diantara kita yang akan lebih dulu dipanggil Tuhan ?"

Aku terkejut, pertanyaan yang terucap dari bibir Swasti istriku sepulang kami mengunjungi seorang sahabat yang istrinya meninggal hari itu.

"Bun, mungkin aku duluan ya ? Kan aku lebih tua, rambutku juga sudah mulai beruban." Sahutku sekenanya.

"Hehehe........masa sih, Yah. Gimana kalau aku yang duluan ? "

"Jangan dong, Bun. Nanti siapa yang mengurus aku dan anak-anak ?"

Dia tersenyum, "Ayah cari pengganti bunda dong, yang cantik, baik dan mau merawat anak-anak juga."

"Berarti kalau aku yang lebih dahulu, kamu akan cari pengganti juga ?"

"Wah, ngga tau ya Yah ?"

Kami saling berpandangan, percakapan yang tadinya diselingi tawa menjadi hening. Membicarakan kematian yang kami takkan pernah tahu kapan datangnya, siapa yang akan lebih dulu diantara kami, terkadang menjadi hal sangat menakutkan ditengah kebersamaan yang indah ini.

Itu percakapan sekitar lima bulan yang lalu, tak ada yang pernah tahu akan terjadi peristiwa hari itu. Keluhan pusing yang dirasakannya akan berakhir seperti ini. Rasanya aku belum siap bila saat itu memang harus hadir sekarang untuk kami. Tapi apakah manusia bisa menolak takdir ?

****

"Tuan Drajat ?"

Suara seorang perawat memecah kesunyian ruang tunggu didepan ruang ICCU rumah sakit. Aku kaget, lamunanku buyar. Panggilan di luar jam besuk adalah mimpi buruk bagi kami para penunggu pasien di ruang ini. Semoga tidak, Swasti sayang. Jangan sekarang, Aku mohon.

"Saya sus, ada apa ?"

"Silahkan masuk, Pak. Dokter Adi menunggu."

Dan akhirnya, saat itu tiba. Aku memang harus belajar untuk ikhlas menerimanya. Tak ada airmata yang dapat mengalir di wajahku, tapi hatiku hancur. Bagaimana aku sanggup melanjutkan hidup tanpamu ? Bagaimana jiwa rapuh ini dapat menguatkan hati Rara dan Dimas ? Bagaimana sanggup kaki-kaki lemah ini melangkah sendirian tanpamu ?

Beri aku kekuatan ya, Tuhan. Bila memang ini garis yang Kau buat untuk kulalui, beri aku kekuatan untuk melewatinya. Bimbing aku untuk menjadi hambaMu yang ikhlas pada takdir yang Kau gariskan, beri kekuatan untuk menjadi penopang jiwa bagi anak-anakku. Beri tempat terindahMu untuk Swastiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun