Permasalahan mengenai isu SARA belakangan ini selalu berhasil menjadi trending topic di tanah air kita. Sesuai dengan hukum alam, dimana disitu ada ketenaran disitulah ujaran kebencian ikut bermunculan. Diikuti pula dengan hoax yang seakan-akan sudah menjadi konsumsi netizen masa kini. Rasanya senang dan bangga apabila terlihat seakan-akan paling benar dengan ikut menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya tersebut.Â
Menyedihkannya, sebagian dari kami, generasi milenial, merasa menjadi seseorang yang bermanfaat dengan mencegah orang lain terjerumus ke arah yang salah. Padahal nyatanya berita yang kita berikan tersebut malah menjerumuskannya semakin dalam. Banyak dari kami yang tidak sabar untuk memencet tombol share jika ada sesuatu yang menghebohkan meskipun belum mengetahui itu benar atau tidak. Hal-hal seperti ini akhirnya menyulut perseteteruan antar umat beragama.
Sayang seribu sayang, populasi kaum tersebut nampaknya tidak berbanding lurus dengan kaum yang mencari tahu terlebih dahulu sebelum menyebarkan sesuatu. Itulah realita yang kini tengah kita hadapi. Youtube, facebook, dan instagram dirasa ideal untuk dijadikan tambak untuk mengembang biakkan hoax tersebut, karena di zaman modern ini hampir semua orang hidup didalamnya.
 Berdasarkan data yang dilansir dari Katadata Indonesia, Indonesia menempati peringkat ke 3 dunia untuk pengguna instagram terbanyak, dengan sekitar 53 juta orang pada Januari 2018. Sementara, youtube menjadi media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia berdasarkan survei  We Are Social pada Januari 2018.
Apabila saya menjadi menteri agama saya akan memanfaatkan momentum ini. Dilihat dari cepatnya persebaran berita hoax sebenarnya menunjukkan bahwa kementrian agama juga dapat menyebar berita positif dengan cepat. Sebagai menteri agama, saya akan membuat banyak gebrakan serta gerakan melalui media sosial seperti facebook, youtube, dan instagram. Gebrakan tersebut akan memposisikan saya sebagai sobat netizen milenial. Tentunya dengan menggandeng seluruh komponen bersama.
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu membuat media sosial dari kemenag lebih aktif dan lebih menarik. Hingga saya menuliskan ide ini, instagram kemenag hanya memiliki 119 ribu followers dan bahkan channel youtubenya hanya memiliki 795 subscribers, angka yang sangat kecil jika dibandingkan dengan sederet influencer Indonesia yang memiliki jutaan followers dan subscribers. Kenapa bisa begini? Jawabannya bukan karena kemenag dan menteri agama bukan artis, tapi lebih kepada isi kontennya yang kurang menarik.
Suatu hal yang bernilai baik namun jika tidak dikemas secara apik tentu tidak akan dilirik banyak orang. Oleh karena itu apabila saya seorang menteri agama, saya akan melakukan kolaborasi dengan influencer dan pemuka agama dari seluruh agama yang ada di Indonesia. Yang dipilih tentunya adalah yang mampu memberi pengaruh baik dan cenderung netral.Â
Seperti dari influencer dan youtuber, kita bisa menggaet Arief Muhammad, Raditya Dika, Kevin Hendrawan, Andovi, dan masih banyak lagi yang video youtubenya bisa mencapai ratusan ribu views dalam hitungan jam. Sedangkan untuk tokoh agama bisa kita ambil contoh Ust. Hanan Attaki yang menjadi sosok panutan kaum milenial dan tentunya punya banyak followers instagram.
Bersama mereka kita buat konten menarik berisi edukasi agar masyarakat dapat lebih cerdas berselancar di media sosial, agar tidak ditenggelamkan oleh isu hoax dan ujaran kebencian terutama yang berunsur SARA. Konten dapat dibuat lebih kekinian dan diselingi sedikit hiburan atau guyonan cerdas yang menggelitik. Cerdas disini berarti tidak menyinggung pihak manapun dan tidak berpotensi menyebabkan perpecahan. Bisa juga berupa vlog yang menunjukkan indahnya keberagaman agama di Indonesia.Â
Metode mengajak youtuber untuk nge-vlog seperti ini telah dilakukan oleh tim Pesona Indonesia. Tim bersama dengan Arief Muhammad berhasil memperkenalkan daerah target. Dibuktikan dengan banyaknya viewers dari video tersebut dan berdasarkan komentar yang dituliskan, banyak netizen yang akhirnya memasukkan daerah tersebut kedalam list tempat wisata mereka. Kaum milenial akan lebih tertarik dengan sesuatu yang mampu memberi efek menghibur setelah penat dengan aktivitas sehari-hari. Perasaan senang juga akan memaksimalkan penyerapan dari nilai yang ingin disampaikan.
Sikap persatuan dan cerdas bermedia sosial yang ditampilkan sosok panutan tersebut akan sedikit banyak memengaruhi netizen untuk ikut melakukannya. Karena seperti namanya, influencer merupakan sosok yang memberi pengaruh besar dalam perilaku netizen. Baik dalam memilih barang atau memilih tindakan. Kita juga bisa ajak netizen untuk aktif ikut serta dengan mengkampanyekan #Indonesiabebashoax. Caranya kita buat beragam challenge yang dimulai dari para selebgram dan kemudian menyebar dengan mengajak teman yang lain untuk ikut.
Selain membuat konten menarik, keaktifan media sosial kemenag dalam menanggapi isu hoax secara sigap tentu akan sangat membantu. Keuntungan yang kita dapat disini adalah posisi kemenag sebagai lembaga negara yang memiliki kredibilitas tinggi. Sehingga masyarakat akan lebih mempercayai ujaran yang disampaikan oleh pihak kemenag.Â
Sebagai menteri agama, saya akan membuat program dimana akun instagram kemenag dibuat lebih friendly dengan menempatkan admin yang aktif. Admin dapat menanggapi pertanyaan tertentu yang diajukan netizen untuk mengklarifikasi suatu berita hoax dalam lingkup kemenag. Akun yang bersifat friendly akan merangsang netizen untuk lebih terbuka dengan menanyakan isu yang mereka dengar. Dengan begitu isu tersebut dapat segera terlacak dan tertangani.
Sedangkan untuk isu yang lain dapat ditanggulangi dengan bekerja sama dengan tim cyber crime dari kepolisian. Dengan begitu dapat dilakukan pelacakan hingga ke sumbernya dan diberikan hukuman sesuai yang tertera di UU ITE. Penumpasan hingga ke akarnya akan bekerja efektif untuk mewujudkan #Indonesiabebashoax. Hukuman yang diberikan dapat bekerja ganda, yaitu menimbulkan efek jera bagi si pelaku sekaligus sebagai peringatan pada masyarakat. Ini akan membuat masyarakat berfikir ulang apabila hendak membuat ujaran kebencian atau menyebar hoax.Â
Menteri agama juga manusia, tidak bisa mengatasi permasalahan hoax yang sudah memecah belah bangsa kita ini sendirian. Namun jika menteri agama menggandeng seluruh komponen yang ada disertai dengan program yang baik, maka mewujudkan Indonesia yang bersatu, bijak bermedia sosial, dan bebas hoax akan menjadi lebih mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H