Mohon tunggu...
I Ketut Juli Agus Budi Artha
I Ketut Juli Agus Budi Artha Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UT Denpasar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kabupaten Jembrana - Provinsi Bali, Mampukah Berkembang Lebih Baik...?

15 Mei 2014   04:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:31 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pulau Bali yang terkenal ke seluruh mancanegara tentang keindahan dan budayanya sudah tidak disangsikan lagi. Filosofi Tri Hita Karana yang sungguh mendalam di masyarakat, membuat Bali mampu berkembang pesat sesuai dengan perkembangan jaman. Meskipun gempuran budaya asing datang silih berganti. Kedatangan para wisatawan yang datang silih berganti, secara otomatis memberikan kontribusi besar terhadap pemasukan (baca: pendapatan daerah/salah satu nilai positif). Namun yang mengejutkan adalah penyebaran pendapatan yang tidak merata di seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Bali.

Kabupaten Jembrana merupakan salah satu kabupaten yang berada di bagian paling barat Provinsi Bali. Perkembangannya memang tidak secepat Kabupaten lainnya, seperti kabupaten Badung dan Kota Denpasar yang berkembang sangat pesat. Namun, beberapa tahun belakangan ini Kabupaten Jembrana mampu berkembang pelan tapi pasti sesuai dengan visi dan misi Pemerintah setempat. Beberapa kalangan pun beranggapan, apakah Kabupaten Jembrana mampu berkembang seperti layaknya kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Ada anggapan yang membuat Kabupaten Jembrana tidak mampu berkembang seperti kabupaten/kota lainnya. Dikarenakan kondisi sumber daya alam yang terbatas, nilai pariwisata yang belum mampu dijual karena masalah pengelolaan, dan lainnya. Dampaknya PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil, meskipun sudah mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi atau bantuan dari Pusat melaui dana Perimbangan. Oleh sebab itu, modal yang digunakan untuk mengembangkan “pembangunan” yang progresif menjadi “terengah-engah”.

Sebagai warga asli Jembrana, saya memahami betul bahwa Pemerintah saat ini sudah melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Namun, karena “alat” pendukung yang tidak tersedia maksimal membuat perkembangan pembangunan pun berjalan tidak maksimal juga.

Banyak program atau tindakan pemerintah yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Dan rakyat Jembrana pun memahami, bahwa program yang telah dilakukan adalah program yang terbaik.

Rencana-rencana yang akan direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana, di antaranya:

1. Kawasan Berikat di Kelurahan Gilimanuk dan kawasan/Cluster industri penunjang pariwisata Bali.

Dari sudut pandang ekonomi, kawasan Gilimanuk bisa dijadikan sentra pertumbuhan ekonomi. Pembangunan terminal kargo dan Industri-industri penunjang alat-alat/material industri pariwisata Bali (baca Kecil – Menengah) bisa dibangun di kawasan tersebut sesuai dengan aspek pemanfaatan tempat atau lokasi , karena posisinya dekat dengan Pelabuhan Gilimanuk yang sibuk serta berdekatan dengan uji petik (baca: jembatan timbang) Departemen Perhubungan. Apalagi masuknya pariwisata overland (baca Jawa – Bali) bermula di Gilimanuk. Perlu diketahui, bahwa kawasan Gilimanuk mempunyai kawasan pantai yang baik untuk menyelam/diving dan snorcling ( teluk Gilimanuk/Water B) yang masuk dalam “The Guide Book of Tourism Bali”. Dengan demikian kawasan Gilimanuk pun mampu berkembang seperti Pulau Menjangan (baca masuk kawasan Kabupaten Singaraja) yang eksotik untuk dijelajahi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Oleh sebab itu, kawasan Gilimanuk adalah kawasan yang sangat strategis untuk dikembangkan. Perlu campur tangan pemerintah dan stakeholders lain agar kawasan Gilimanuk berkembang sebaik mungkin.

2. Revitalisasi Pasar tradisional di seluruh Kabuaten Jembrana.

Revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Jembrana sudah mengalami perkembangan yang baik atau sudah berjalan sesui dengan rencana. Beberapa pasar tradisional pun sudah mengalami proses revitalisasi (renovasi), seperti: Pasar Gilimanuk, Pasar Penyaringan dan Pasar Melaya. Namun program revitalisasi tersebut ada sedikit kendala, seperti yang terjadi dalam proses revitalisasi Pasar Umum Negara (baca: Paguyuban Pasar Umum Negara menolak revitalisasi pasar tersebut). Paguyuban Pasar Umum Negara dan para pedagang menolak revitalisasi pasar tersebut terindikasi ada pihak ketiga yang “mempolitsir” keadaan tersebut. Padahal, pemerintah berencana untuk merelokasi para pedagang secara layak di tempat penampungan sementara (Peken Ijo Gading). Alasan para pedagang “ogah” pindah, karena takut tidak lakunya barang dagangan mereka. Namun, di luar alasan tersebut sepertinya ada alasan yang mendukung para pedagang ”malas” untuk pindah, seperti:

* Para pedagang kurang memahami dari makna dan tujuan revitalisasi pasar tersebut.

* Para pedagang kurang memahami secara komprehensif proses revitalisasi pasar.

* Sepertinya ada kendala administrasi yang pedagang alami, ini mungkin terkait dengan administrasi yang telah berlangsung dan sampai saat ini yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebelumnya, sebaiknya keluhan apapun bentuknya disampaikan kepada Pemerintahan sekarang atau saat sehingga jelas permasalahannya seperti apa dan Pemerintah pun akan mengerti harus bertindak selanjutnya demi program yang menurut pendapat saya program revitalisasi pasar ini sangat baik karena merupakan kebijakan yang mementingkan kepentingan umum.

3. Memaksimalkan fungsi Gedung Soekarno yang telah ada.

Keberadaan Gedung Soekarno atau dimasa Pemerintahan Winasa disebut dengan Gedung Twin Tower seharusnya dimanfaatkan secara maksimal. Kita memahami, bahwa pembangunan gedung tersebut telah menelan biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika biaya yang dipakai adalah diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini merupakan tindakan yang “mubazir” atau sia-sia. Oleh karena itu, Gedung Soekarno harus dimanfaatkan secara maksimal oleh Pemerintah dan masyarakat Jembrana terkait dengan kondisi Jembrana sebagai lintasan pariwisata darat Jawa-Bali. Hemat saya, Gedung Soekarno perlu disesuaikan dengan kondisi dan budaya Bali (baca artchitecture bangunan tersebut harus mencerminkan adat dan budaya artchitect Bali), sehingga bisa menunjang pariwisata Jembrana ke depannya apalagi yang posisinya berdekatan dengan Pura Jagat Natha Jembrana yang merupakan Pura Jagat Natha terbesar di Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Sebaiknya,beberapa bangunan diareal tersebut dilakukan penyesuaian seperti; gapura depan semestinya mencerminkan arsitektur Bali. Dan bangunan pokok, terutama bagian atap diganti dengan arsitektur style Bali beratap sirap dan kelengkapannya. Terkait dengan Gedung Soekarno, apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah saat ini sebenarnya sudah relatif baik dan dalam pemanfaatannya pula.

Harapan kami tulisan ini bisa memberikan inspirasi perkembangan dan masukan yang baik untuk Pemerintah Kabupaten Jembrana dan apa yang menjadi analisa bisa dikaji ulang dan ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana.

Dari kesimpulan atau analisa di atas dapat disimpulkan bahwa banyak masukan untuk perkembangan Kabupaten Jembrana. Semoga artikel ini bermanfaat untuk berbagai kalangan.

Salam sukses Jembrana

I Ketut Juli Agus Budi Arta S.AP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun