sumber foto : foursquare.com
Kejutan Saat Sakit Perut
Saya dalam perjalanan pulang menuju Stasiun UI dari Stasiun Cikini. Ketika perut merintih dan rasanya ingin segera menuntaskan dendam kesumat panggilan alam ini. Ya, saya yakin Saudara/i pernah merasakannya bukan? Tapi tenang, saya harus tenang dan menunggu. Sampai stasiun terdekat yang secara matematis masih keburu untuk menuntaskannya. Saya saat ini sudah ada di Stasiun Kalibata. Batin saya mengatakan agar segera turun.
Tunggu dulu, di Pasar Minggu saja. Batin saya sambil merintih menahan anus. Geblek juga ini! Akhirnya tidak tahan juga, saat memasuki Pasar Minggu Baru saya turun dan bergegas menuju toiletnya.
Setibanya di sana, masih antri pula. Astaga dosa apa yang telah kuperbuat, penderitaan ini harus segera kuakhiri! 2 menit, 3 menit. Ah masih lama pula. Bergegas saya menuju ke ruang kepala Stasiun untuk meminta izin memakai toilet wanita. Karena tidak tahan rasanya.
Ada seorang satpam dan ia mengatakan bahwa saya harus menunggu sampai toilet wanitanya kosong. Alamak!
'Clek-clek', bunyi pintu terbuka. Syukurlah sudah ada yang keluar. Tapi tunggu, kok toiletnya bersih sekali ya? Seperti di hotel. Aneh juga. Lalu terjadilah peristiwa alam itu. Skip-skip.
bersihnya jamban | dok. pribadi
Ya Tuhan. Kenikmatan apa ini? Menemukan toilet yang bersih dan sangat manusiawi. Sungguh berbeda ketika kuingat pengalaman 'taik kucing' saat berada di toilet Stasiun TanahAbang, dus Stasiun Cawang. Seperti berada di surga dunia dan neraka jahanam. Gilak batinku, seperti menemukan oase di gurun padang pasir.
gantungan baju | dok. pribadi
Ketika saya ingat, pengalaman pahit ke toilet stasiun kereta. Air mampet, kotoran manusia mengambang, dan baunya ya Tuhan. Bau busuk sekali. Rasanya ingin mengumpat-ngumpat saja. Tapi lihatlah hari ini, Hari Minggu harinya Tuhan, ketika saya menemukan pemandangan yang ajaib.
petunjuk pengunaan air | dok. pribadi
Toiletnya bersih, keramiknya masih baru, tidak ada coretan. Wangi, resik, dan ini di stasiun kereta Indonesia. Bukan di luar negeri, bukan pula di Mal Taman Anggrek. Gilak, istimewa sekali toilet ini. Saya harus mengucapkan terima kasih kepada seseorang atau sekelompok orang yang membuat keajaiban ini terjadi.
ketika masuk toilet | dok. pribadi
Siapa yang Bekerja Sehebat Ini?
absensi OB | dok. pribadi
sabun dan ember | dok. pribadi
Ternyata ada 3 orang yang bertugas siang ini. Itu yang saya baca di kertas absensi petugas kebersihan. Baiklah, untuk kebaikan dan kerja hebat yang telah kulihat, rasanya saya harus memberikan pujian. Tapi kepada siapa? Saya telah mendapat pelayanan yang baik dengan fasilitas yang gratis. Ini tentu kemajuan bagi Stasiun Pasar Minggu Baru. Dan orang yang bertanggung jawab atas kebersihan toilet. Dia tentu harus mendapat kenaikan pangkat. Dia telah melakukan yang terbaik. Saya harus menemuinya.
ternyata gratis lho | dok. pribadi
papan petunjuk Musholla | dok. pribadi
Bergegas saya berjalan menuju lorong peron I. Saat mata memandang, selayang pandang kutengok tembok toilet. Ah, rupanya sudah waktu Salat Zhuhur. Baiklah, kalau saya melihat sejenak seperti apa Musholla Stasiun Pasar Minggu. Kalau toiletnya bersih dan apik pasti Mushollanya pun resik.
Subḥana’llāh, ternyata bagus dan terawat. Siapa tangan-tangan yang telah merawat dan membuat stasiun kecil ini menjadi indah. Sekiranya rekan-rekan komuter mencari tempat salat yang nyaman dan terawat. Mushola Pasar Minggu Baru adalah tempat yang saya rekomendasikan. Walaupun kecil dan hanya muat beberapa jamaah. Tapi rasanya damai.
bersihnya tempat wudhu | dok. pribadi
jamaah sedang Zhuhur | dok. pribadi
lorong toilet | dok. pribadi
Perkenalkan, nama Saya Asep
kang Asep | dok. pribadi
"Kang Asep, kok bisa bersih sekali ya toilet dan mushollanya?" tanya saya
"Mungkin karena kita kompak aja mengerjakannya. Ada yang tugas bersihin toilet, ada yang tugasnya bersihin peron, ada yang tugasnya bersihin ruangan ruang kepala stasiun," ujar Asep Ramdani.
"Tapi saya lihat, di toilet stasiun lain gak sebersih di stasiun Pasar Minggu Baru," tangkisku.
"Ya, itu tergantung pribadi masing-masing sih, kalau bersihinnya bener ya pasti bersih," jawab Asep.
"Memangnya berapa orang yang tugas hari ini?" tanyaku menyelidik.
"Ada 6. Dibagi 2 shift. Jam 5-1 siang, terus jam 2-11 malam," ucapnya.
"O, wah hebat ya Kang, toiletnya bersih."
(Senyum) Asep pun kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sungguh teladan yang mengagumkan.
logo petugas kebersihan | dok. pribadi
Terima kasih untuk PT KAI Commuter Jabodetabek dan Yayasan outsoucing yang telah memberikan pelayanan yang terbaik. Saya seorang penumpang dan pengguna toilet mengucapkan proficiat untuk kemajuan yang telah saya alami sendiri dalam bidang pelayanan kebersihan.
Dan untuk rekan-rekan petugas kebersihan seperti Kang Asep, saya mengusulkan untuk diberi insentif dan promosi jabatan.
“If it falls to your lot to be a street sweeper, sweep streets like Michelangelo painted pictures, sweep streets like Beethoven composed music ... Sweep streets like Shakespeare wrote poetry. weep streets so well that all the host of heaven and earth will have to pause and say: Here lived a great street sweeper who swept his job well.” Martin Luther King Jr.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H