Mohon tunggu...
ASTRI YASMIN
ASTRI YASMIN Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa pendidikan kimia di universitas sultan ageng tirtayasa

mahasiswa pendidikan kimia di universitas sultan ageng tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Pandemi bagi Lingkungan

8 April 2021   09:00 Diperbarui: 8 April 2021   09:08 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pandemic covid-19 membawa pengaruh besar terhadap segala aspek kehidupan. Salah satunya adalah aspek lingkungan. Menurut (UU No.23 tahun 1997), lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan seluruh benda, energi, kondisi, serta makhluk hidup, tercantum manusia serta perilakunya, yang pengaruhi kelangsungan kehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain. Oleh karena itu, siklus makhluk hidup terdiri dari manusia, hewan dan tumbuhan seperti air, tanah dan udara harus berkesinambungan dalam menjaga lingkungan agar kehidupan tetap berlangsung. Akan tetapi, banyak permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh perilaku makhluk hidup terutama manusia. 

Karena menurut (Sukandarrumidi, 2010), disaat ini kehancuran lingkungan telah jadi permasalahan yang sangat meresahkan untuk manusia serta telah jadi isu yang mengglobal pada masa saat ini. Masalah yang sering menjadi isu terpenting terkait lingkungan adalah permasalahan sampah, pencemaran udara atau pemanasan global (global warming) akibat efek rumah kaca dan gas-gas emisi industri, selain itu terdapat juga permasalahan lingkungan terhadap pencemaran air, kerusakan ekologi, dan masih banyak permasalahan lainnya yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan. Namun ketika virus corona bermunculan diseluruh dunia hingga terjadinya pandemi. Beberapa permasalahan yang terjadi dapat membawa efek positif dan negatif terhadap lingkungan. 

Coronavirus adalah salah satu virus yang menyebar diseluruh dunia hingga menjadi sebuah pandemi yang sangat besar. Virus ini berasal dari negara China, Kota Wuhan. Menurut (WHO, 2020), virus ini adalah penyakit bersifat menular karena merupakan virus akibat mutasi dari coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Gejala yang ditimbulkan oleh penderita penyakit covid-19 menurut (Huang dkk.,2020 ; Wang dkk., 2020), antara lain demam, menggigil, batuk, sakit tenggorokan, sesak napas, mialgia atau kelelahan, mual, muntah, dan diare. 

Kasus yang parah dapat menyebabkan cedera jantung, gagal napas, sindrom gangguan pernapasan akut. Sehingga dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu, bermacam kegiatan penghindaran penularan virus covid- 19 dan untuk kurangi angka kematian, diberbagai negeri belahan dunia pemerintahnya menjalankan sistem penguncian diri (lockdown) secara paksa di dalam rumah ataupun seluruh kegiatan dipindahkan ke rumah masing- masing (work from home). Perihal ini bisa dilihat pada gambar 1 mengenai jumlah orang di bermacam negeri yang mempraktikkan lockdown oleh pemerintah. 

Coronavirus yang terjalin sampai dikala ini, mengganti pola perilaku hidup, sebab bermacam batas kesehatan serta keselamatan yang membuat kegiatan manusia lebih kerap dicoba di dalam rumah. Sehingga pergantian perilaku tersebut, bisa pengaruhi lingkungan disekitar kita. 

Sejak pandemi covid-19 berlangsung, beberapa negara dibelahan dunia menerapkan sistem lockdown yang mengakibatkan segala aktivitas manusia di luar rumah menjadi terbatas. Hal ini membawa kontribusi yang luar biasa terhadap aspek lingkungan. Akibatnya kualitas udara meningkat secara siginifikan, karena pengurangan menggunakan transpotasi serta kegiatan industri untuk sementara waktu di bataskan. 

Hal ini menyebabkan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berkurang hampir 82% secara global. Menurut (Biswal dkk., 2020 ; Ghosh, 2020 ; sasadat dkk., 2020 ; somani dkk., 2020), gas emisi NO2 serta CO ialah salah satu penanda utama aktivitas ekonomi global, yang menampilkan ciri penyusutan di banyak negeri( misalnya, AS, kanada, Cina, India, Italia, Brasil, dll) sebab pembatasan aktivitas operasional di industri. Tidak hanya itu diasumsikan kalau asap kendaran yang jadi kasus mendasar terhadap polusi udara, di laporkan polusi asap kendaraan menyusut nyaris 72% dari emisi GRK (Henriques, 2020).

Selain berpengaruh terhadap kualitas udara, penerapan sistem lockdown oleh pemerintah setempat, juga dapat mempengaruhi kuliatas pengurangan pencemaran air, pengurangan kebisingan, restorasi ekologi serta asimilasi tempat-tempat wisata. Hal ini dikarenakan selama periode lockdown, sumber-sumber pencemaran tersebut telah menurun yang membantu mengurangi permasalan terkait pencemaran (Yunus et al., 2020) akibat pembatasan aktivitas manusia di luar rumah. 

Pencemaran air pula menurun di kawasan tepi laut Bangladesh, Malaysia, Thailand, Maladewa, Serta Indonesia (Kundu, 2020; Rahman 2020). Tidak hanya itu, zona pariwisata pula bisa mempengaruhi terhadap ketidaksimbangan ekologi. Disebabkan tempat- tempat wisata yang menarik turis bisa membuat gaduh yang besar. Buat memfasilitasi serta menampung mereka, banyak dibentuk hotel, motel, restoran, bar serta pasar yang banyak mengkomsumsi tenaga serta sumber energi alam yang lain (Pereira et al., 2017). 

Tidak hanya itu, banyaknya turis bisa menyebabkan bermacam limbah yang dibuang sehingga bisa mengganggu keelokan alam. Tetapi dikala pandemi covid- 19 serta pembatasan lokal, jumlah turis di bermacam tempat wisata di dunia menurun secara signifikan. Akibat pembatasan tersebut, alam memperoleh waktu buat mengasimilasi kasus akibat perilaku manusia, serta sebab pengurangan pencemaran polusi bisa membuat bermacam spesies makhluk hidup di dalam air menampakkan dirinya di permukaan air laut. Dilaporkan jika lumba- lumba di tepi laut Teluk Benggala( Bangladesh) kembali timbul di permukaan. 

Wabah pandemi covid-19 yang terjadi hingga saat ini, banyak menimbulkan efek terhadap lingkungan. Selain menimbulkan efek yang positif, pandemi ini juga menimbulkan efek negatif yang resikonya besar terhadap manusia. Wabah covid-19 sangat besar sumbangsihnya pada peningkatan sampah akibat limbah-limbah medis yang digunakan oleh para tenaga kesehatan seperti alat pelindungan diri (APD), jarum suntik, masker, sarung tangan, tisu bekas dan obatan-obatan yang dibuang oleh pihak rumah sakit. 

Timbulan limbah medis ini meningkat secara global, serta menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Jumlah sampah yang dihasilkan sejak pandemi ini berlangsung mencapai 1000 Kg per harinya pada saat awal mula covid-19 ini mulai menyebar di berbagai negara. Data dari Marine Conservation Association menjelaskan, sejak pandemi Covid-19, limbah bulanan yang dihasilkan mencapai 129 miliar limbah masker dan 65 miliar sarung tangan sekali pakai, serta plastik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hal ini menyebabkan masalah sampah yang meroket.

Sejak wabah Covid-19, bermunculan dan penggunaan APD berbahan plastik telah meningkat secara global (Singh et al., 2020). Namun karena kurangnya edukasi tentang cara pengelolaan sampah, sebagian besar masyarakat membuang sampah medis di tempat yang tidak tepat. Mengotori dapat menyebabkan drainase dan meningkatkan pencemaran lingkungan (Singh et al., 2020; Zambrano-Monserrate et al., 2020). 

Cara paling efektif untuk mengatasi sampah ini adalah dengan kegiatan daur ulang yang dapat mengurangi sampah dan mengurangi penyebaran infeksi virus. Selain itu, daur ulang dapat menghemat energi dan menghemat sumber daya alam (Ma et al., 2020). Bagi masyarakat umum yang masih harus menerapkan tata cara sanitasi juga perlu memakai masker tiga lapis. Hal tersebut untuk mencegah penyebaran virus corona di masyarakat. Masker kain yang digunakan lebih baik dari pada masker medis sekali pakai karena dapat mengurangi jumlah penghasil limbah secara maksimal.

Pandemi COVID-19 telah menyatukan respons global untuk melawan virus. Lindungi dunia, tanah air umat manusia (Somani et al., 2020). Oleh karena itu, Gambar 2 menunjukkan apa yang dibutuhkan sebagai strategi untuk melindungi lingkungan. Strategi menjaga lingkungan sangat penting untuk menjadikan lingkungan asri dan nyaman. Strategi ini dapat diterapkan dalam waktu yang lama untuk menjaga kestabilan ekosistem lingkungan. 

Operasional industri harus memerhatikan pembuangan limbah ke sungai sehingga tidak menimbulkan efek terhadap ekosistem di air. Serta juga harus memerhatikan pembuangan emisi gas rumah kaca (grk) yang dapat membuat lapisan ozon (o3) menipis. Selain itu, untuk mengurangi polutan udara, masyarakat dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan transportasi publik. 

Selain bermanfaat terhadap lingkungan, penggunaan transportasi publik dapat membuat angka kemacetan di kota menjadi berkurang. Masyarakat harus bekerjasama membantu pemerintah mengupayakan keselamatan lingkungan. Sehingga akibatnya lingkungan akan timbal balik terhadap perilaku manusia pada kehidupannya di bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun