Mohon tunggu...
Astri Rahayu
Astri Rahayu Mohon Tunggu... Freelancer - Philanthropist

Easy Like Sunday Morning

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan di Kampung Upin

31 Mei 2018   08:54 Diperbarui: 31 Mei 2018   08:57 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah, tahun ini untuk ke empat kalinya saya merasakan ramadhan di Malaysia, tepatnya di Kuala Lumpur. Saya menjadi semakin akrab dan menerima kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan apa yang biasanya saya temui di kampung halaman, mulai dari jadwal berpuasa, bertarawih sampai ke menu khas ramadhan yang sangat asing buat saya.

Berpuasa di kampung halaman biasanya berkaitan erat dengan anggaran belanja bulanan yang membengkak karena biasanya saya harus membuat dua menu berbeda untuk sahur dan berbuka. Bukannya ingin bermewah-mewah, tapi karena hanya ingin agar anak-anak semangat menjalankan puasanya.

Di sini saya malah bisa berhemat banyak. Kok bisa?.Jawabannya simpel saja. Mesjid-mesjid di sekitaran Kuala Lumpur menyediakan beragam menu berbuka gartis yang lumayan lengkap dari mulai tajil sampai menu utama untuk siapa saja yang datang untuk berbuka. 

Di Mesjid Kampung Baru, selain kurma dan penganan manis lainya, pengurus mesjid menyajikan menu khas bubur Lambok yang cukup lezat sampai orang rela antri mengular hanya untuk mendapatkan bubur lambok khas mesjid Kampung Baru. Setelah berbuka dengan bubur lambok, para jamaah yang telah selesai sholat maghrib akan disediakan paket lengkap nasi berikut lauknya.

Lain lagi dengan Mesjid Wilayah Persekutuan. Di mesjid ini, selain tersedia menu tajil lengkap dan paket makan ba'da maghrib, para jamaah yang telah selesai melaksanakan sholat tarawih masih disuguhi dengan paket makan komplit yang lumayan banyak. Kalau masih merasa ke yang dan tidak sempat dimakan di mesjid, jamaah bisa membawa pulang makananya dan bisa dimakan untuk sahur nanti. 

Masih ada lagi Mesjid Negara, Mesjid Jamek, dan mesjid-mesjid lainnya yang berlomba-lomba melayani jamaahnya dengan istimewa sehingga suasana ramadhan menjelang berbuka di setiap mesjid terasa sekali. 

Selain beribadah dengan khusyu di mesjid, tentu saja secara tidak langsung kita bisa menghemat uang belanja. Bisa dibayangkan kalau setiap hari kita berkeliling, bersafari ramadhan dari mesjid ke mesjid, maka uang belanja di bulan Ramadhan yang biasanya dobel kini malah jauh bisa berhemat. Salah satu berkah Ramadhan bisa kita rasakan.

Berpuasa di negara yang multi ras ini juga menjadikan kita secara tidak langsung lebih kuat secara mental dan meningkatkan pemahaman lintas budaya kita. Kita akan melihat banyak non muslim yang berasal dari berbagai etnis yang makan siang di tempat-tempat umum tanpa merasa terganggu satu sama lain. 

Restoran dan tempat makan tetap buka seperti biasa melayani pembeli tanpa harus memasang tirai setengah badan untuk menutupi pelanggan yang sedang makan seperti yang sering saya lihat di kampung saya. 

Siapa saja bisa makan di restoran di siang hari dengan bebas, kecuali satu; warga muslim dan orang melayu. Kerajaan mengeluarkan aturan keras melarang warga muslim atau orang melayu untuk makan siang di tempat-tempat makan selama bulan Ramadhan. 

Seorang perempuan muslim atau melayu yang tidak berpuasa karena sedang berhalangan pun tidak boleh makan di tempat, kecuali dibawa pulang. Jika ini dilanggar maka polisi kerajaan akan menjatuhkan denda baik kepada pembeli maupun penjualnya.

Disini tidak pernah terlihat tirai-tirai penutup rumah makan yang katanya untuk menghormati orang yang berpuasa. Atau tirai-tirai itu sengaja dipasang untuk menutupi orang muslim yang malu terlihat makan di siang hari di bulan Ramadhan?..rasanya akan lebih malu seandainya para non muslim itu memandang dengan tatapan yang aneh yang justru membuat citra seorang muslim/muslimah sejati menjadi tercoreng. Malu rasanya...

Puasa memang mengajarkan kita untuk ikut merasakan beratnya kehidupan kaum dhuafa supaya kita tetap bersyukur dan membumi. Lebih dari itu, puasa juga mengajarkan kita untuk lebih mengerti dan memahami lingkungan sekitar kita.

Salam Ramadhan

KL, 28/05/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun