Senin pagi 7 Desember 2015 merupakan waktu yang saya tunggu-tunggu. Kenapa? Karena hari itu adalah hari dimana saya bisa ikut berpartisipasi berkampanye menyukseskan penyelenggaraan PON 2016 di Jawa Barat. Pukul 08.00 WIB kami dijadwalkan sudah harus berada di Gedung Sate bersama teman-teman lain sesama Kompasianer. Berhubung Senin termasuk waktu yang sangat hectic bagi banyak orang maka saya dan sahabat, Lygia, menyetel waktu bersiap di pukul 05.00 subuh. Yah, tapi walaupun sudah menyetel alarm tetap saja kami bangun kesiangan. Siap-siap dengan terburu-buru deh, karena kami tidak ingin ketinggalan bis yang akan membawa kami mengunjungi venue penyelenggaraan beberapa cabang olahraga di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung.
Alhamdulillah, layanan Gojek sangat membantu kami menembus kesemrawutan Senin pagi dari Ujungberung ke daerah Diponegoro Bandung. Kami berdua tiba di Gedung Sate setengah jam sebelum waktu deadline. Masih ada waktu untuk mencari sarapan dan kantin pegawai adalah tempat yang kami tuju. Lumayan, bala-bala dan pisang goreng hangat untuk mengganjal kekosongan perut di pagi hari (menjelang siang saya baru sadar bahwa ternyata kami mendapat banyak snack selama perjalanan). Suasana di Gedung Sate saat itu masih sepi. Maklum, semua orang sedang melakukan apel Senin pagi seperti biasa. Tapi ada juga beberapa kompi polisi yang berjaga disana. Katanya mereka sedang melakukan persiapan antisipasi demonstrasi yang akan diadakan di Gedung Sate.
Sebagai orang Bandung, saya sudah sedikit terbiasa dengan suasana Gedung Sate. Banyak acara yang saya ikuti diselenggarakan disana. Meski begitu, saya belum pernah masuk ke dalam gedung dengan leluasa seperti kali ini. Setelah menunggu beberapa lama, teman-teman lain mulai berdatangan dan akhirnya berkumpul semua. Kami berkumpul di ruang kantor Bidang Penyiaran Pelayanan Media (PPM) PON XIX 2016 Jabar untuk mengisi daftar hadir dan mendapat kaos yang akan dikenakan selama acara hari itu. Ketua Bidang PPM, Pak Ateng Kusnandar, adalah orang yang ramah dan enak diajak bicara.
Selama acara ini berlangsung, kami semua berpartisipasi dalam lomba tweet dengan tagar #BerjayadiTanahLegenda sebagai bagian dari penyebarluasan kampanye melalui media sosial Twitter. Sambil berkicau di Twitter kami semua berangkat bersama menggunakan bis menuju UPI untuk melihat beberapa venue dari 6 cabang olahraga PON yang sedang dalam proses persiapan. Pertama kami tiba di Gymnasium FPOK UPI yang akan menjadi tempat penyelenggaraan cabor (cabang olahraga) Taekwondo dan Hockey Indoor. Tempat ini belum rampung dan baru selesai sebanyak 70% dengan waktu pengerjaan selama 24 jam setiap harinya. Begitupun dengan lapangan Softball yang berada tidak jauh dari Gymnasium, sedang dalam proses pengerjaan. Lapangan ini nantinya bisa menampung sekitar 500 orang penonton.
Jumlah medali emas yang akan diperebutkan dalam PON 2016 kali ini sebanyak 753 buah dan diharapkan Jawa Barat bisa meraih sebanyak 25% dari jumlah tersebut. Siapa pun tahu bahwa sudah bnyak atlet yang melegenda berasal dari Jawa Barat. Oleh karena itu diharapkan tradisi ini akan berkembangd an semakin banyak atlet berprestasi dari propinsi Jabar. Setelah menengok lapangan Softball, rombongan menuju Sport Hall, tempat penyelenggaraan cabor Sepak Takraw. Gedung ini sedang dalam proses finishing dan di dalamnya nyaman sekali. Sampai-sampai saya dan Lygia betah selonjoran meluruskan kaki sambil menyamil cilok. Beranjak dari Sport Hall yang nyaman kami menuju Gelanggang renang UPI yang luas. Ada tiga kolam renang dengan luas dan kedalaman berbeda disini, dan yang paling menarik adalah kolam renang ini satu-satunya yang memiliki sertifikat standar internasional di Jawa Barat. Keren, kan?
Nah, empat venue ini yang akan menjadi tempat penyelenggaraan PON XIX pada 23 September -1 Oktober 2016 nanti. Acara berikutnya adalah acara yang ditunggu oleh semua rombongan, yaitu bincang-bincang asyik dengan orang nomor satu di Jawa Barat, Pak Ahmad Heryawan, atau biasa disebut Kang Aher. Rumah makan Bancakan di Jl. Diponegoro, tempat favorit Kang Aher, menjadi tempat kami untuk bercengkerama berdiskusi mengenai kampanye dan penyelenggaraan PON XIX. Setelah menunggu beberapa lama, Pak Gubernur akhirnya datang beserta panitia dan ajudannya. Tak disangka, ternyata Kang Aher ini ramah sekali dan enak diajak berdiskusi. Orangnya ramah dan tidak jaim. Keren lah pokoknya.
Untuk melengkapi sosoknya sebagai maskot, Surili mengenakan iket, pengikat kepala khas Jawa barat, yang mencerminkan keluhuran tradisi dan karakter masyarakat Jabar yaitu Cageur, Bageur, Bener dan Pinter. Tak hanya itu, dengan dipilihnya Surili sebagai mascot, diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melindungi dan melestarikan budaya dan tradisi juga spesies khas yang ada di wilayah Jawa Barat. Mengenai tagline yang kami kicaukan di media sosial Twitter, #BerjayadiTanahLegenda, memiliki maksud tersirat yaitu bahwa Jawa Barat adalah propinsi yang memiliki banyak legenda baik di bidang olahraga maupun politik juga budaya. Nah, untuk mengingatkannya kembali maka digunakanlah tagline tersebut.
Melengkapi bincang-bincangnya, Kang Aher mengatakan, “ Saya sangat berharap semua atlet Jabar bisa tampil maksimal dan berprestasi hingga menjadi nomor satu di tanah legenda ini.” Beliau sangat berharap bahwa akan banyak penerus para legenda yang lahir dari Jawa Barat seperti Susi susanti, Taufik Hidayat, Robby Darwis, Adjat Sudrajat dan banyak lagi. Aher menerangkan bahwa persiapan terkait infrastruktur akan rampung tepat pada saatnya nanti. Satu hal yang menjadi harapannya adalah bahwa sukses dalam prestasi dan pembangunannya bisa seiringd engan sukses administrasi dan ketertibannya sehingga tidak memunculkan masalah yang berkaitan dengan hukum.