Mohon tunggu...
astrijuwita
astrijuwita Mohon Tunggu... Mahasiswa - traveler, praktisi pendidikan, penulis

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Akasia Tentang Sepasang Tua

13 September 2024   15:42 Diperbarui: 13 September 2024   15:43 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih juga menjadi ayah yang hebat untuk anak-anak kita. " wanita itu mencium pipi pria tua itu. Pria tua itu beranjak dari duduknya seraya memeluk wanita itu dengan erat dan mencium keningnya. Ada air mata hangat yang menetes dari mata pria itu dan pria itu memeluk wanita itu dengan erat.

Pria itu membacakan sebuah puisi yang buatku pertama kali aku mendengarnya.

"Pada Suatu Hari Nanti

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak kan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak kan letih-letihnya kucari"

Sapardi Djoko Damono-

"Sayang, Aku selalu senang saat kau membacakan cerita dan membacakan puisi sebelum aku tertidur." kata wanita tua itu. "Tentu sayang, aku akan melakukannya sepanjang usiaku UNTUKMU." Jawab pria itu dengan senyuman.

Keharuan itu pecah saat pelukan pria itu terlepas dari tubuh wanitanya. Pria itu mencubit hidung wanita itu dengan senyuman. Wanita itu tertawa kecil dan membalas cubitan itu kepada sang pria. Aku hanya bisa tertawa kecil sambil meneteskan air mata haru. Sepasang manusia di bawahku ini indah, lika liku kehidupan mereka tak menyurutkan cinta dan kasih antara keduanya. Sebegitu besarnya kuasa kasih jika dipeluk dengan indah. Burung-burung beterbangan menghiasi langit menambah keromantisan sepasang tua yang meneduh di bawahku ini.

Mata dan isyarat kepala mereka sepertinya aku tahu bahwa mereka akan segera meninggalkanku. Bahagia selalu kalian pria dan wanita hebat. Aku doakan cinta kasih sayang hingga kalian Kembali pada pencipta. Akhirnya sepasang tua itu meninggalkanku, meninggalkan jejak keromantisan antara kisah dan kasih yang mereka arungi. Mereka pun berjalan Kembali menjauh dariku melanjutkan perjalanan mereka dengan berpegang tangan dengan hangatnya dan aku tetap disini menanti manusia manusia lain dengan cerita lain pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun