Mayoritas responden yaitu sebanyak 36 responden memilih konseling kesehatan reproduksi (baik dengan ahli maupun teman sebaya) sebagai bentuk pelayanan kesehatan reproduksi seperti apa yang responden butuhkan.
Menurut sebagian besar responden yaitu sebanyak 40 responden, pemberian informasi campuran (offline dan online) lebih efektif dilakukan dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi dibanding dengan pemberian informasi offline atau online saja.
Selain itu survei ini juga menerima saran dari responden mengenai nama program dan bentuk pelayanan kesehatan reproduksi yang mungkin bisa menarik banyak perhatian khalayak umum. RAPIKESRE (Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi), P2R (Program Peduli Remaja), SHETA (Sex Health Education To Adolescents), dan Smartme (Aku Sehat, Kesehatan Reproduksiku Terjaga), merupakan beberapa saran nama program yang diusulkan oleh responden. Kemudian untuk saran bentuk layanan yang diusulkan oleh mayoritas responden adalah konseling kesehatan reproduksi dengan teman sebaya, edukasi kesehatan reproduksi dengan video dan animasi yang menarik minat remaja dan mahasiswa untuk melihatnya yang kemudian disebarkan lewat media sosial.
Mayoritas responden sudah memberikan jawaban yang tepat didalam keuisoner yang di jelaskan, namun masih ada beberapa responden yang massih belum memahami secara tepat mengenai beberapa pertanyaan yang terpadatt pada kuisioner. Hal ini juga diharapkan dapat mendorong lebih aktifnya edukasi terkait kesehatan reproduksi bagi remaja sehingga menciptakan pengetahuan yang mempengaruhi sikap dan perilaku remaja. Sekaligus diharapkannya dapat menjadi batasan remaja agar tidak melakukan perilaku yang beresiko.
Sumber :
Akbar, Hairil. (2021). Teori Kesehatan Reproduksi. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H