Astri Hapsari, S.S., M.TESOL
Dosen Prodi Pendidikan Bahasa InggrisÂ
Universitas Islam Indonesia
Kosmopolitanisme dalam Islam terkait dengan bagaimana jati diri kita sebagai muslim memaknai ajaran Islam yang bersifat inklusif dan terbuka dengan umat dengan latar belakang budaya dan tradisi yang berbeda sehingga memungkinkan dialog lintas budaya dan peradaban untuk kemanusiaan. Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Fathul Wahid dalam Sambutan Pembuka Diskusi Publik "Masa Depan Peradaban Islam: Kapitalisme Religius dan Kosmopolitanisme" pada 1 Desember 2022 memandang kosmopolitanisme Islam berangkat dari kesadaran bahwa manusia setara dan ajaran Islam bersifat merengkuh- menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sejalan dengan pemikiran beliau, Prof. Azyumardi Azra, menulis dalam Resonansi pada tanggal 14 Oktober 2021, juga memahami Islam kosmopolitan sebagai pandangan dunia mengenai kemenduniaan dan kesejagadan. Beliau membagikan pengalamannya diwawancara seorang dosen dari National University of Singapore, Associate Professor Khairuddin Al Juneid mengenai opini beliau apakah Buya Hamka dapat disebut sebagai ulama dan sastrawan kosmopolitan (Khairuddin Aljuneid, Hamka and Islam "Cosmopolitan Reform in Malay World", Itacha: Cornell University Press, 2018).
Sebagai seorang dosen yang sedang berupaya memaknai perjalanan menulis naskah akademik , keteladanan dari keempat tokoh tersebut dalam memaknai kosmopolitanisme sebagai cendikiawan muslim adalah sumber inspirasi. Sejatinya, di tengah keriuhan kewajiban rutin sehari-hari baik di keluarga, profesi, dan masyarakat, menulis - sebagai aktivitas untuk mendiseminasi pemikiran di bidang keilmuan dan gagasan akademik , kebangsaan, dan keilmuan- menjadi kata kerja operasional yang menggerakan ruh identitas sebagai dosen. Karya tulis yang bermanfaat dan berdampak akan menjadi penerang dan solusi bagi permasalahan yang ada, mungkin awalnya di ruang lingkup lokal, berlanjut ke nasional, dan bukan tidak mungkin menjadi mendunia.
Penulis menyelesaikan revisi tulisan reflektif di pertengahan Oktober 2024 ini dengan tersenyum. Gagasan sederhana untuk diri sendiri ini sudah berhasil dituangkan di platform publik. Sebuah langkah kecil , awal keberanian diri untuk berkontribusi yang perlu disyukuri.
Oktober 2024
Referensi
https://www.uii.ac.id/kosmopolitanisme-dan-masa-depan-peradaban-islam/