Mohon tunggu...
Astri Hapsari
Astri Hapsari Mohon Tunggu... -

hanya seorang biasa yang ingin berbagi dan belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haruskah Berpaling dari "Kulit Jeruk"?

16 Desember 2009   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:55 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Gak ada uang kecil, Pak?"

Bapak itu menggeleng.

"Kalau gitu tukarin dulu deh, Pak."

Hah? Saya yang antri di belakang bapak tadi bengong. Mbak-mbak berbaju warna kulit jeruk itu wajahnya datar dan terkesan cuek. Pelanggan kok tidak dihormati. Malah disuruh tukar sendiri uangnya.

Saya langsung memeriksa uang saya. Waduh tidak ada uang pas nih. Gawat juga kalau saya disuruh menukar uang dulu. Beruntung biaya pengirimannya tidak jauh beda dengan uang di kantong saya. Jadi ada kembaliannya.

Ternyata di kemudian hari saya mengalaminya.

"Mbak gak ada uang kecil ya?"

Saya menggeleng pelan.

"Gak ada kembaliannya, Mbak."

Setelah bicara begitu, mbak-mbak berbaju warna kulit jeruk itu malah cuek mengerjakan yang lain. Saya kekeuh berdiri sambil terus menatapnya. Mungkin merasa jengah, akhirnya diambilnya uang saya. Lalu menyuruh seorang anak SMK yang sepertinya sedang magang disana.

"Eh tukarin dulu nih duit. Pagi-pagi kok duitnya gede. Udah dibilang gak ada kembaliannya." Mbak-mbak itu ngomel tak karuan.

Hah? Saya bengong. Tapi positive thinking. Mungkin lupa pelajaran tata krama bab sopan santun kali ya. Padahal pembeli atau pelanggan itu raja. Kalau perempuan ratu lah . Dengan kasar diberikannya bukti pengiriman dan uang kembalian tanpa menatap saya.

Ah pelajaran tata krama saya jaman SMP dapat nilai 9 . Masa tidak bisa diterapkan. Sia-sia dong. Akhirnya saya ucapkan juga, "Terima kasih, Mbak."

Hufff.... Saya langsung berpikir. Apa saya harus berpaling ke lain hati untuk urusan pengiriman?

Ketika seorang teman meminta untuk mengirimkan barang, ia bilang kirim saja lewat yang warna khasnya kulit jeruk. Duh, saya sudah malas. Tidak ramah sama sekali. Tapi teman saya minta begitu. Baiklah saya kirim lewat yang warnanya kulit jeruk. Kali ini loketnya beda. Eh ternyata bapaknya ramah sekali.

"Mbak benar mau yang biasa saja? Sampainya lama lho."

"Gak papa, Pak. Gak buru-buru kok."

Ah, sungguh ramah sekali bapak ini. Saya berpikir lagi, jadi pindah ke lain hati tidak ya? Sepertinya lihat nanti kebutuhannya seperti apa. Tapi kalau saya harus mengirim lewat kulit jeruk ini lagi, saya akan bayar pakai receh 500 atau 100-an. Nanti kalau mbaknya bilang, "Gak ada uang gede ya, Mbak?"

Saya jawab saja, "Lho katanya minta uang pas. Ini pas banget."

Kalau mbaknya suruh saya yang menghitung tinggal bilang, "Pelanggan itu raja lho, Mbak. Masa raja disuruh menghitung recehan." Hahaha.... Dunia khayal!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun