Tak sengaja saya membaca timeline twitter saya. Ada berita dari Metro TV yang menarik ( buat saya ). Judulnya "Meski Susah, Seorang Pengungsi Merapi Sumbangkan Sapi". Bila warga lain lebih memilih untuk merawat ternak mereka yang sakit karena luka bakar, dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan hewan ternak miliknya, maka beda dengan Bapak Harto Sihono warga Kinahrejo, Sleman. Beliau memutuskan untuk menyumbangkan sapinya pada warga pengungsi Letusan Merapi. Sapi milik Pak Harto juga sama seperti beberapa sapi lainnya yang memiliki luka bakar. Namun Beliau tidak tega melihat sapinya yang sakit, akhirnya Sapi itu pun disumbangkannya.
Pada akhirnya, sapi disembelih oleh Majelis Tafsir Al-Qur'an Surakarta untuk kemudian dimasak dan dibagikan kepada warga pengungsi. Anda dan saya sudah sering mendengar melalui berita TV atau membaca berita di koran tentang bagaimana beratnya warga yang tinggal di sekitar Merapi untuk mengungsi dan meninggalkan ternak mereka. Bahkan tadi pagi saya mendengar berita TV yang memberitakan adanya letusan pada dini hari yang mengarah ke sungai gendol, tapi toh warga tetap saja kembali ke rumah masing - masing setelah Sholat Subuh untuk melihat harta mereka, termasuk sapi. Kemarin seorang reporter mewawancarai salah seorang warga, ketika ditanya mengapa tidak tinggal di barak pengungsian, Beliau menjawab "ya untuk menjaga kampung, njaga ternak", begitu katanya.
Jelas sudah betapa berarti hewan ternak bagi warga, apalagi dengan keadaan lahan pertanian yang sekarang masih tertutup abu vulkanik, utamanya daerah Kinahrejo yang cukup parah keadaannya. Tapi toh, Bapak Harto tetap memutuskan untuk menyumbangkan sapinya, sementara beberapa warga lainnya masih berniat untuk merawat si sapi. Silakan klik link ini untuk berita selengkapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H