Mohon tunggu...
Astrid Ayu Septaviani
Astrid Ayu Septaviani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Muslim, Seorang Perempuan, Seorang Anak, Seorang Adik, Seorang Karyawan, Seorang Mahasiswa, Seorang Teman, dan Seorang Tante dari 3 pengacau kecil. Seorang Pengagum Maria Eva Duarte ( Evita Peron ) semenjak SMP. Evita buat saya simbol kekuatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cinta Bu Inggit, Kesetiaan Utama Perjuangan Kemerdekaan

4 Oktober 2010   08:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama saya ingin menulis tentang Ibu Inggit Garnasih. Dari  cerita yang saya dengar, dari cerita yang saya baca, saya sangat mengagumi Ibu Inggit. Saya mengagumi ketulusan dan keiklasan Beliau. Anda dan mungkin beberapa orang mengenal sosok Ibu Inggit Garnasih sebagai istri pertama Bung Karno, awalnya saya pun menganggapnya seperti itu. Tak banyak yang tahu kalau Beliau sebenarnya adalah istri kedua Bung Karno. Perempuan pertama yang beruntung dan mungkin juga kurang beruntung yang menjadi istri pertama Bung Karno adalah Utari, putri HOS Cokroaminoto. Beruntung, karena Ibu Utari menjadi perempuan pertama dalam hidup Bung Karno. Kurang beruntung karena pada dasarnya Bung Karno lebih menganggap adik kepada Utari, ditambah dengan sikap Utari yang sangat manja, maklum saja karena Utari memang masih muda saat dinikahi Bung Karno. Bung Karno menganggap bahwa Utari seharusnya masih punya banyak waktu untuk bermain, bukan menjadi Ibu Rumah Tangga. Hingga akhirnya dicerai oleh Bung Karno, Utari sama sekali belum pernah sekalipun disentuh oleh Bung Karno.

Perasaan berbeda dirasakan Bung Karno ketika pertama kali melihat Bu Inggit, ada yang bilang Bu Inggit adalah cinta pertama Bung Karno, walau Bung Karno sadar betul status Bu Inggit sebagai istri orang kala itu. Tetapi Bung Karno kemudian nekat memilih menaruh hati pada Bu Inggit setelah tahu keadaan rumah tangga Bu Inggit yang sebenarnya. Konon, suami Bu Inggit lebih sering berada di luar rumah, tidak begitu memperhatikan Bu Inggit. Selama nge-kos di rumah Bu Inggit, Bung Karno kerap mendapat perhatian ekstra dari Bu Inggit. Mulai dari menemani Bung Karno yang belajar hingga larut, mendengarkan cerita dan cita – cita perjuangan Bung Karno, membuatkan masakan dan minuman ketika lapar melanda di malam hari, sampai menjahitkan baju Bung Karno yang robek. Alhasil, apalagi yang terjadi bila bukan cinta yang semakin bersemi di hati Bung Karno. Suatu hari Bung Karno menyatakan cinta pada Bu Inggit yang ternyata tak bertepuk sebelah tangan. Suami Bu Inggit pun rela menceraikan Bu Inggit, seorang istri yang jarang diperhatikannya selama ini.

Bu Inggit memang lebih tua dibanding Bung Karno, ada yang bilang kalau Bung Karno menemukan banyak persamaan antara Ibunya dengan Ibu Inggit. Bu Inggit pula yang menjadi tumpuan keluarga dengan berjualan jamu dan bedak. Semua hasil penjualan tersebut, Bu Inggit relakan untuk membiayai pergerakan dan perjuangan Bung Karno. Bu Inggit jugalah yang dengan cerdas menyelundupkan buku – buku, Koran, dan bahan bacaan untuk Bung Karno selama Bung Karno dipenjara. Bahan bacaan yang diselundupkan Bu Inggit itulah yang kemudian menjadi kerangka pembelaan Bung Karno dalam sidangnya di tahun 1930. Tidak hanya sampai disitu perjuangan Bu Inggit, Bu Inggit juga setia mendampingi Bung Karno dalam setiap pengasingannya, mulai dari pengasingan di Ende sampai di Bengkulu.

Namun takdir berkata lain, ketika di Bengkulu Bung Karno jatuh hati pada Bu Fatma dan meminta ijin Bu Inggit untuk menikahi Bu Fatma tanpa menceraikan Beliau. Disinilah sisi menarik Bu Inggit dan Bu Fatma buat saya. Keduanya menolak Poligami. Bu Fatma bersedia menikah dengan Bung Karno bila Bung Karno menceraikan Bu Inggit. Begitu juga sebaliknya, Bu Inggit menolak permintaan Bung Karno kecuali bila Bung Karno bersedia menceraikannya dan mengembalikan Bu Inggit ke Bandung. Dengan alasan ingin mendapatkan keturunan, Bung Karno memutuskan mengembalikan Bu Inggit ke Bandung dan menikahi Bu Fatma di tahun 1943. Walau sudah bercerai, Bu Inggit masih berdoa untuk keberhasilan Bung Karno. Semua yang telah dilakukan Bu Inggit untuk Bung Karno dilakukan dan diberikan dengan iklas. Bahkan ketika Bung Karno meninggal, seorang wartawan bertanya pada Beliau apa yang telah ditinggalkan mantan Presiden itu untuk Bu Inggit, Bu Inggit hanya menjawab “Beliau telah meninggalkan tanah air ini untuk kita semua, untuk semua keturunan bangsa ini”. Saya rasa Beliau adalah perempuan yang paling tulus yang pernah saya kenal di dunia ini. Saya rasa, sangat wajar bila banyak orang yang mengagumi Beliau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun