Mohon tunggu...
Astrid Ayu Septaviani
Astrid Ayu Septaviani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Muslim, Seorang Perempuan, Seorang Anak, Seorang Adik, Seorang Karyawan, Seorang Mahasiswa, Seorang Teman, dan Seorang Tante dari 3 pengacau kecil. Seorang Pengagum Maria Eva Duarte ( Evita Peron ) semenjak SMP. Evita buat saya simbol kekuatan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terpanah Pesona Maluku Tengah

24 Oktober 2014   23:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:50 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Pattimura Ambon dari balik jendela pesawat.

Karena jarang diajak jalan-jalan, akhirnya saya sering dibelikan makanan khas sana. Hari pertama, saya disuguhi Papeda Bumbu Kuning. Kuahnya segar, tapi saya nggak suka ikannya, jadi saya cuma makan papeda sama kuahnya saja. Nikmat! Dibakarin ikan yang dimakan sama sambal colo-colo. Sudah pernah dengar kan?  campuran irisan bawang merah, tomat (bentuknya lucu, kayak labu tapi kecil), sama irisan cabai. Ditambah minyak, air sama kecap. Rasanya asem-asem pedas manis, segar!! Bisa juga dimakan sama sayuran khas sana, saya lupa namanya. Sayur apa juga saya lupa, tapi enak banget rasanya. Nah, ikan bakar dan kawan-kawannya ini dimakan sama singkong rebus. Singkongnya pas pulen, jadi enak-enak saja hehehehe…… Ada lagi yang enak, namanya Sup Sodara. Isinya daging, kuahnya mirip-mirip kuah Coto Makassar tapi lebih bening. Lebih segar, rasanya juga lebih halus ketimbang Coto Makassar. Hari-hari berikutnya makan nasi kuning khas sana, lebih enak nasi kuning di Jawa sih kalau menurut saya. Makanan kecilnya, kakak saya menyempatkan untuk membuat  kue lontar. Kue ini mirip Pie Susu Bali, cuma bedanya kue lontar ini lebih besar dan jauh lebih tebel, rasanya mirip-mirip kue maksubah Palembang. Saya juga dibelikan kue srikaya, kue lumpur asin, dengan toping abon ikan. Dibelikan juga pisang lumpur (pisang goreng, dibalurin sama gula pasir+bubuk kayu manis, topingnya susu coklat sama keju) mirip-mirip penganan Makassar. Ada juga kue Ashida. Ini semacam dodol. Bahannya dari gandum, gula merah sama bubuk kayu manis.  Rasanya ajaib, dan Ibu saya suka kue ini. Ibu saya juga sempat beli kue lemper bakar isi abon ikan, lemang yang dimakan sama abon ikan, dan molen karamel. Secara umum, saya  suka  sama penganan yang ada. Oh ya, view di depan rumah kakak saya  ini adalah kantor Pertamina dan Laut. Iya LAUT! asik kan? jadi kalau pagi atau sore, saya bisa lihat laut sama gunung berkabut dari teras rumah, ini gambarnya, cukup jalan gak sampai 2 menit, sudah bisa menikmati pemandangan se-ciamik ini.

Dok.Pribadi

Sekarang saya ceritakan perjalanan kembali ke Surabaya. Ini juga penuh perjuangan. Berangkat Sabtu pagi jam 6 waktu sana. Sama seperti perjalanan Ambon-Masohi, perjalanan Masohi-Ambon juga harus mengelilingi Pulau Seram yang cantik itu. Karena berangkatnya pagi banget, maka sudah bisa dipastikan, pemandangannya jauh lebih ciamik. Bisa melihat matahari terbit di balik siluet pegunungan dan tebalnya awan langit Pulau Seram.  Setelah matahari benar-benar bangun dari tidurnya, saya masih  disuguhi dengan kecantikan kabut yang menutup sebagian area pengunungan. Rasanya seperti melihat lukisan China kuno. Pasti pernah liat dong lukisan pemandangan China kuno? kurang lebih seperti itulah yang disajikan oleh Alam Pulau Seram. Setelah menempuh perjalanan darat selama 3 jam, sampailah kami di Pelabuhan, lalu menyeberang menggunakan kapal Feri selama 1,5 jam. Kami memutuskan makan dulu sebelum berkeliling Ambon. Makan di Depot Coto Anda, ada di daerah Amplas (Ambon Plaza). Rasa Coto-nya ciamik. Burasnya apalagi, super gurih. Karena di depan itu pusat oleh-oleh, akhirnya kita cukup menyebrang. Selama Ibu dan Bude belanja oleh-oleh, saya berjalan di sekitar pertokoan, memotret Masjid Agung Ambon yang baru dan beberapa ruas jalan yang view-nya tidak ada di Surabaya. Selesai belanja oleh-oleh, kami diantar kakak ipar ke penginapan. Namanya penginapan Jamilah, langganan keluarga kakak saya kalau ke Ambon.

Masjid Agung Ambon yang baru.

Suasana di sekitar Ambon Plaza

Penginapan Jamilah

Esok paginya, kami diantar kakak ipar  ke bandara. Setelah check-in, bayar airport tax yang cuma 30 ribu/orang, ibu saya dan bude berpencar. Cuci mata! Ibu saya berhasil membawa cincin dan gelang dari besi putih, saya dapat kaos Ambon Manise. Lumayanlah buat kenang-kenangan. Kami kemudian terbang dan transit di Makassar. Setelah menempuh perjalanan udara 1 jam 20 menit, sampailah kami kembali di kota Surabaya. Bila setiap orang tak sabar mendarat hanya untuk bertemu keluarga yang dirindukan, maka saya sungguh tak sabar segera mendarat hanya untuk bertemu kasur di kamar. Bantal dan guling juga pasti sudah sangat merindukan saya :D I’m Home!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun