Mohon tunggu...
Astrid irana dewi
Astrid irana dewi Mohon Tunggu... Freelancer - instagram : @astridiranadewi

Lakukan sekarang atau tidak sama sekali !!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Tak Patuh pada Orangtua? Begini Cara Mengatasinya

20 Oktober 2020   08:56 Diperbarui: 20 Oktober 2020   09:06 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapa sih yang tidak mau punya orang tua yang selalu mendukung anaknya, yang gak pernah melarang, yang memberi kebebasan untuk memilih jalan hidup dan memfasilitasi apapun yang anak nya butuhkan. Tapi sayang nya, untuk mendapatkan orangtua yang  memberikan restu dalam setiap keputusan anaknya itu tidak mudah. Satu hal yang tidak bisa kita pilih dalam hidup, takdir dalam memilih orang tua.

Banyak sekali nih yang berpikiran tentang toxic parenting. Ada gak sih istilah toxic parenting dalam keluarga? Jadi dalam gaya pengasuhan yang diberikan orangtua terhadap anaknya dianggap toxic, kalau dibilang orang tua yang memiliki niat jahat untuk anaknya seperti nya akan jadi hal yang mustahil karena orang tua di penjuru dunia tak akan mungkin melakukan hal tersebut meniatkan untuk menjadi toxic bagi anaknya. 

Hanya saja terkadang cara pengasuhan nya yang diaggap kurang tepat, padahal tujuan nya baik. sebagian dari kita pasti ketika mendengar kata toxic parenting terdengar seperti mereka selalu mengekang secara verbal dan non-verbal, meyakiti fisik dan psikis tapi ternyata toxic parenting juga ada yang berupa tipikal memberikan kebebasan cenderung tidak memberikan target pada anaknya.

Terdapat 4 pola asuh yang 3 diantara nya ada yang merupakan toxic parenting

seperti apasih ciri-ciri dari toxic parenting?

1. Membebasan keinginan anak, dengan menyetujui semua keinginan anak tanpa ada nya target.

2. Memberikan target pada sang anak tetapi tak memberikan support. Ini merupakan tipe yang otoriter, yang cenderung membuat anak mudah baper (tersinggung), membuat anak menjadi agresif.

3. Sikap acuh terhadap sang anak. Sikap orang tua yang bodoamat terhadap anaknya cenderung tidak memiliki target dan tidak memberikan support. meliarkan anaknya dengan sikap yang acuh

4. yang terakhir merupakan sikap yang positif yang sulit dilakukan setiap orang tua yaitu, demand (target). Arahan untuk menjalankan kehidupan yang baik dari sang anak harus diberikan oleh orang tua, karena orang tua pasti sudah banyak makan asam garam kehidupan yang menjadikan kan orangtua sebagai roll model yang dapat mensupport dan bukan hanya secara materi tetapi juga non-materi. Non-materi ini seperti pujian, sanjungan, dukungan atau sekedar mendapatkan tempat untuk bercerita. Apresiasi yang bersifat non-materi ini dapat membuat anak merasa tumbuh dan berkembang dalam hidup nya.

Lalu, bagaimana mengenali tanda bahwa sang anak sudah berada dalam toxic parenting. Jangan-jangan sebegai orang tua tanpa sadar memberikan pola asuh yang seperti ini.

Tanda-tandanya adalah :

1. Orangtua tidak bisa memberikan rasa aman terhadap anaknya. Jadi sang anak merasa kaku dan tidak mau dekat dengan orang tua nya.

2. Orangtau selalu mengkritisi tindakan dan pilihan anaknya yang dianggap selalu salah dimata mereka. Mengharuskan sang anak mengikuti pilihan orangtua.

3. Orangtua melarang anaknya untuk mengekpresikan perasaan negatif, sang anak tidak boleh marah tidak boleh sedih dan tidak boleh ambyar, jadi sang anak harus selalu positif dan happy.

4. Orangtua menganggap setiap ucapan dan keputusan nya harus berdasarkan pemikiran orang tua, bukan berdasarkan hati kecil sang anak. Jadi terasa seperti satu arah dan tanpa pengecualian. Itu membuat anak merasa tidak nyaman dengan keadaan.

5. Orangtua biasa nya membebankan suatu kebahagiaan mereka kepada anaknya. Jadi orang tua akan nampak bahagia kalau anaknya rangking satu, berhasil jadi pns, naik jabatan, kerja di tempat A dan B dan kalau tidak ada pencapaian itu, maka orang tua menjadi tidak bahagia dan marah.

6. Orangtua menjadikan anaknya assasoris atau tropi. Membangga-banggakan sang anak di depan pekumpulan orang-orang yang terlalu berlebihan

7. Orangtua sering membandingkan anak nya dengan dengan anak-anak yang lain. 

Jika sudah merasa bahwa sang anak berada dalam kondisi tertekan seperti yang dijelaskan diatas, maka sadarilah circle tersebut. Lalu bagaimana cara menghindarinya dari pola asuh yang sudah terlanjur ada dalam keluarga? toxic parenting tidak bisa kita hindari karena restu kita berada pada orangtua. yang harus kita fokuskan adalah menyadari bahwa terdapat pola asuh yang tidak sesuai dengan apa yang sang anak mau. 

kemudian pilihlah kata-kata mana yang disampaikan oleh orang tua yang perlu sang anak internalisasi menjadi sebuah label-label diri dan mana yang tidak. Contoh ketika orangtua membandingkan sang anak dengan anak yang lain. 

Kalian sebagai anak harus memiliki penyaring dalam pikiran kalian untuk bisa menentukan sikap bahwa orang tua sedang membandingkan dan itu tidak baik. Hal tersebut merupakan penyaringan diri yang kemudian ketika kita mulai menerapkan nya secara perlahan dan terus menerus terhadap diri kita sendiri maka yang terjadi adalah kita akan paham secara mandiri seperti apa hal positif yang bisa kita tanam dalam pikiran maupun yang tidak. 

Namun,jangan pernah untuk menjawab komunikasi yang diberikan orangtua ketika orang tua sedang membandingkan sang anak dengan anak yang lain jika sang anak tidak bisa berkomunikasi dengan dua arah secara positif dan pikiran yang terbuka tanpa melukai perasaan mereka sebagai orang tua. Ingat sebagaimana pun surga sang anak berada di telapak kaki ibu, bagaimana rizki dan juga ridho sang anak berada di tangan mereka. Jadi sadarilah sang anak memiliki kendali utuh terhadap kehidupan mereka jadi bukan dikendalikan orang lain.

Sebagai orang tua yang hidup dijaman yang sekarang, perlu adanya perkembangan pola asuh yang agak sedikit berbeda dengan jaman dahulu kala. Sang anak pelu merasakan kenyamanaan dalam menjalani hidup mereka sendiri dan dengan batasan-batasan yang mereka ketahui antara batasan yang boleh mereka laKukan dan tidak boleh mereka lakukan. Buat keadaan rumah menjadi tempat ternyaman sang anak untuk pulang dan bercerita, sampaikan dengan pendekatan yang tidak terlalu kaku. Hal tersebut akan membuat anak dengan sendirinya patuh terhadap rules (peraturan) yang ada dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun