Mohon tunggu...
Astrid Dayinta Abdaul Izza
Astrid Dayinta Abdaul Izza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sentralitas ASEAN dalam Ancaman: Dampak Munculnya AUKUS dan QUAD

2 November 2024   18:03 Diperbarui: 2 November 2024   18:48 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Forum ASEAN (Foto: DW (News)

Munculnya aliansi keamanan AUKUS dan QUAD di kawasan Indo-Pasifik tentunya bukan hal yang baru dibicarakan. Sentralitas ASEAN sebagai organisasi regional kembali diuji dengan persaingan kawasan yang terus meningkat. 

ASEAN yang selama ini memegang peran besar sebagai jembatan antara kekuatan-kekuatan besar kini menghadapi tantangan serius karena aliansi tersebut mendominasi keamanan kawasan. AUKUS, yakni aliansi keamanan antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, serta QUAD yang terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan India, memiliki fokus yang sama untuk menyeimbangkan pengaruh Tiongkok di kawasan. 

Munculnya kedua aliansi ini bukan hanya reaksi terhadap kebangkitan Tiongkok, tetapi juga mencerminkan keinginan negara-negara tersebut untuk memperkuat posisi strategis mereka di Indo-Pasifik, yang dianggap sebagai pusat pertarungan kekuatan global di masa depan.

Beberapa isu yang sering dibicarakan terkait keamanan maritim, perkembangan teknologi, dan isu pertahanan. ASEAN tetap menjalankan berbagai forum internasional namun, kedua aliansi tersebut tetap berdampak serius bagi posisi ASEAN dalam keamanan Indo-Pasifik. 

ASEAN terus mempertahankan prinsip centrality dalam beberapa dekade terakhir dengan menempatkan ASEAN sebagai penggerak utama dialog dan kerja sama keamanan kawasan secara multilateral. Beberapa contoh dialog dan kerja sama tersebut adalah ASEAN Regional Forum (ARF), East Asia Summit (EAS), dan ASEAN Defence Ministers’ Meeting-Plus (ADMM-Plus). 

Namun dialog tersebut mulai tersisihkan, yang mengakibatkan pergeseran fokus diplomatik dengan munculnya aliansi AUKUS yang melakukan transfer teknologi kapal selam bertenaga nuklir dan peningkatan kapabilitas militer. Ini menunjukkan bahwa negara-negara besar berusaha untuk mendominasi diskursus keamanan, yang mungkin tidak selalu sejalan dengan kepentingan dan prinsip ASEAN. Hal ini didukung dengan adanya peningkatan keamanan maritim, ekonomi, dan teknologi melalui aliansi QUAD. 

Munculnya AUKUS dan QUAD meningkatkan risiko ketegangan militer kawasan dan memicu kekhawatiran negara anggota ASEAN atas peran mereka dalam berbagai diskusi keamanan dengan negara-negara besar. Di beberapa negara ASEAN, seperti Indonesia dan Malaysia, terdapat kekhawatiran bahwa keberadaan AUKUS dan QUAD dapat meningkatkan ketegangan militer yang justru bertentangan dengan prinsip stabilitas kawasan yang selama ini dijunjung ASEAN. 

AUKUS dan QUAD terbentuk sebagai respon terhadap peningkatan pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik, khususnya di Laut China Selatan. Adanya transfer teknologi dalam AUKUS menjadi salah satu bukti adanya upaya peningkatan kekuatan negara-negara besar seperti AS dan Inggris serta peningkatan ketahanan Australia terhadap stabilitas kawasan. Selain itu, peningkatan pengamanan dan kapasitas pertahanan melalui QUAD memberikan validasi bahwa tujuan utama kedua aliansi tersebut adalah untuk menahan pengaruh Tiongkok. 

Dampak kehadiran dua aliansi tersebut bukan hanya dirasakan Tiongkok tetapi juga ASEAN, yang sebelumnya telah berhasil menjaga kawasan tetap stabil dengan memfasilitasi dialog antara berbagai negara besar tanpa berpihak pada kekuatan tertentu. Prinsip inklusivitas ASEAN yang berfokus pada diplomasi dan kerjasama mengalami tantangan karena dibandingkan dengan aliansi eksklusif yang lebih terstruktur. 

Selain itu, terdapat ancaman dari sisi internal ASEAN yang muncul akibat kedua aliansi tersebut, yakni tantangan dalam menjaga hubungan antar anggotanya. Beberapa negara anggota ASEAN, seperti Singapura dan Filipina, melihat potensi manfaat dari AUKUS dan QUAD sebagai peluang untuk memperkuat pertahanan. Namun, negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia lebih cenderung menjaga posisi non-blok ASEAN dan khawatir akan risiko meningkatnya ketergantungan pada kekuatan besar di luar ASEAN.

Ketika negara anggota ASEAN dihadapkan dengan perspektif yang berbeda-beda, situasi ini dapat mengakibatkan gesekan yang menyulitkan ASEAN untuk memiliki satu suara di tengah tekanan dari kekuatan-kekuatan besar. Hal ini diperparah dengan adanya persaingan teknologi, keamanan siber, dan perubahan geopolitik yang meluas. ASEAN tentunya perlu mencari cara agar tetap menjadi penghubung yang efektif sehingga negara anggotanya tetap terlibat dalam diskusi internasional tanpa memihak salah satu blok.

Dalam upaya mempertahankan prinsip sentralitas yang dipegang ASEAN, terdapat beberapa langkah yang diambil, salah satunya dengan memperkuat ASEAN Regional Forum (ARF) dan ASEAN Defence Ministers’ Meeting-Plus (ADMM-Plus) sebagai forum utama dalam diskusi keamanan. Dengan meningkatkan kapasitas diplomatik dan militer kolektif, ASEAN dapat lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan dari aliansi seperti AUKUS dan QUAD.

ASEAN juga meningkatkan kerja sama dengan Uni Eropa dan negara-negara di Asia Tengah dalam rangka memperluas jangkauan diplomatiknya. Melalui kerja sama tersebut, ASEAN dapat memperkuat posisinya sebagai pemain yang relevan dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik. Salah satu inisiatif yang mendukung upaya ini adalah ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), yang menjadi langkah besar ASEAN untuk menunjukkan visinya dalam menghadapi perubahan geopolitik yang semakin kompleks.

Kehadiran AUKUS dan QUAD memberikan tantangan bagi ASEAN dalam mempertahankan sentralitasnya di kawasan Indo-Pasifik. Keduanya dapat dipandang sebagai dukungan untuk menjaga stabilitas bagi beberapa negara dan mendorong kelangsungan ASEAN sebagai aktor utama di kawasan. Namun, dengan kemunculan aliansi-aliansi baru di Indo-Pasifik, ASEAN perlu berupaya untuk memperkuat hubungan antar anggotanya, mengambil kebijakan baru, dan mempersiapkan diri untuk mengarungi dinamika kawasan di masa depan.

Jika dengan tantangan tersebut ASEAN dapat menavigasi berbagai hal dengan baik, tentunya dapat berpengaruh positif. ASEAN dapat terus relevan dan memiliki peran sentral di kawasan Indo-Pasifik untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran. Namun, ini juga bisa berubah menjadi boomerang jika kemunculan aliansi tersebut menggeser posisi ASEAN dengan berbagai prinsip yang telah dipegang selama ini. 

Dalam mempertahankan sentralitasnya, ASEAN perlu menunjukkan bahwa ia tetap berkomitmen pada kawasan yang damai, stabil, dan inklusif untuk semua negara yang terlibat. Dengan demikian, ASEAN tidak hanya akan mampu beradaptasi dengan tantangan yang ada tetapi juga akan menjadi penggerak utama dalam menjaga keseimbangan kekuatan dan stabilitas di Indo-Pasifik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun