Mohon tunggu...
ASTRID APRILIANI
ASTRID APRILIANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta

Saya Astrid Apriliani, seorang mahasiswa dengan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Negeri Jakarta. Hobi saya yang sangat saya sukai adalah traveling dan membuat video singkat atau vlog. Saya merasa antusias dalam menjelajahi tempat-tempat baru, mempelajari budaya yang berbeda, dan mengabadikan pengalaman menarik melalui video. Saya senang dapat berbagi keindahan dunia dengan orang lain melalui hasil karya video singkat atau vlog yang saya buat. Terima kasih atas perhatiannya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pergeseran Nilai dan Budaya Konsumerisme di Kalangan Generasi Milenial

17 November 2024   19:32 Diperbarui: 17 November 2024   19:42 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pergeseran nilai dan budaya konsumerisme di kalangan generasi milenial di Indonesia mencerminkan dampak perubahan sosial yang cepat akibat kemajuan teknologi, globalisasi, dan media sosial. Generasi milenial, yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996, mengalami transformasi besar dalam cara mereka melihat diri sendiri dan dunia sekitarnya. Nilai-nilai tradisional yang lebih mengutamakan kolektivisme dan kehidupan yang sederhana mulai bergeser seiring dengan meningkatnya konsumsi barang dan gaya hidup yang berorientasi pada materialisme. Hal ini terkait erat dengan kemajuan teknologi dan media sosial yang memberikan tekanan untuk tampil sempurna di hadapan publik.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergeseran ini adalah perkembangan teknologi, terutama media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube telah menciptakan dunia yang penuh dengan citra konsumerisme, di mana barang-barang yang dimiliki seseorang menjadi simbol status sosial. Generasi milenial cenderung terpapar pada iklan dan konten yang menonjolkan kehidupan mewah, sehingga mereka merasa terdorong untuk membeli barang-barang terbaru atau yang sedang tren. Konsumerisme bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan dasar, tetapi telah menjadi sarana untuk memperoleh pengakuan dan status dalam lingkaran sosial.

Selain itu, globalisasi turut memainkan peran penting dalam membentuk pola konsumsi generasi milenial. Indonesia, sebagai bagian dari dunia yang semakin terhubung, mengalami arus budaya global yang mempengaruhi gaya hidup, terutama dalam hal pola konsumsi. Produk-produk dari luar negeri, terutama dari negara-negara barat, dengan cepat menyebar dan menjadi simbol kemewahan dan prestise. Globalisasi ini tidak hanya meningkatkan daya beli, tetapi juga menciptakan kecenderungan untuk mengikuti tren global tanpa memerhatikan kebutuhan sejati atau dampak lingkungan dari konsumsi tersebut.

Pengaruh media sosial dan influencer menjadi faktor penting dalam mempercepat budaya konsumerisme di kalangan milenial. Influencer yang memiliki jutaan pengikut sering kali mempromosikan produk-produk tertentu, menciptakan rasa urgensi di kalangan audiens untuk memiliki barang tersebut agar terlihat keren atau sukses. Banyak generasi milenial yang merasa bahwa kebahagiaan atau pengakuan sosial bisa dicapai melalui konsumsi barang atau pengalaman tertentu. Akibatnya, mereka lebih sering membeli barang dengan tujuan untuk memenuhi harapan sosial, bukan karena kebutuhan pribadi atau fungsionalitas barang itu sendiri.

Namun, meskipun konsumsi barang dan gaya hidup materialistik semakin populer, terdapat pergeseran ke arah kesadaran sosial dan keberlanjutan yang juga berkembang di kalangan milenial. Banyak di antara mereka yang mulai peduli terhadap dampak lingkungan dari konsumsi berlebihan. Fenomena seperti gerakan minimalisme dan pembelian barang bekas mulai diminati oleh sebagian milenial sebagai bentuk protes terhadap budaya konsumtif. Mereka lebih memilih untuk memiliki barang yang berkualitas, tahan lama, dan ramah lingkungan, daripada sekadar mengikuti tren sesaat.

Pergeseran nilai ini juga memengaruhi kesehatan mental generasi milenial. Tekanan untuk terus membeli barang baru dan mengikuti gaya hidup konsumtif yang terlihat di media sosial dapat menciptakan kecemasan dan perasaan tidak puas. Banyak milenial yang merasa terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak pernah berujung, yang pada gilirannya berdampak negatif pada kesejahteraan emosional dan psikologis mereka. Kebutuhan untuk selalu menunjukkan pencapaian melalui konsumsi barang dapat menciptakan perasaan rendah diri ketika tidak dapat mengikuti standar yang ditetapkan oleh media sosial atau lingkungan sekitar.

Sebagai kesimpulan, budaya konsumerisme di kalangan generasi milenial di Indonesia adalah hasil dari berbagai faktor yang saling berhubungan, mulai dari kemajuan teknologi hingga perubahan nilai sosial yang lebih besar. Walaupun konsumsi barang dan status sosial menjadi semakin penting, terdapat juga kesadaran yang berkembang untuk hidup lebih sederhana dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pergeseran ini menuntut generasi milenial untuk lebih bijak dalam memilih gaya hidup dan memperhatikan dampak sosial, psikologis, dan ekologis dari konsumsi mereka. Dengan kesadaran ini, mereka dapat menciptakan keseimbangan antara keinginan pribadi dan tanggung jawab sosial yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun