Bahwa hitam itu gelap, benar. Tapi apa selalu kelam? Jangan-jangan hitam adalah kedamaian abadi?
Bahwa putih itu netral, oke. Tapi apa selalu suci? Jangan-jangan putih justru kemunafikan sejati?
Apakah ungu itu selalu janda? Enggak juga kayaknya. Selama hidup saya belum pernah lihat janda berkulit ungu. Ada memang yang item manis, coklat terang, dan putih bening. Seperti itu jugalah cinta.
Karena warna dan cahayalah, secara evolutif kecantikan mengalami reinkarnasinya sendiri, menggapai puncak kesempurnaanya melalui reproduksi alami maupun kimiawi. Dan bukankah 80% kecantikan/kegantengan selalu berhubungan dengan gairah men-cinta?
Nah, sesungguhnya cinta pun sangat tergantung pada cahaya dan warna. Tergantung bagaimana kemampuan prisma retina mata bekerjasama dengan frame of reference dan saraf motorik otak kita. Jangan pernah serahkan cinta Anda pada kemistri dan suara hati.
Kenapa? Karena dalam seluruh system kerja tubuh kita, hati (bukan jantung/heart) itu fungsi dan tugasnya adalah mentralisir racun! Itu saja, tidak lebih dan tidak kurang. Hati tidak termasuk dalam kelompok organ tubuh yang bertugas mengelola dan mengambil kesimpulan berbagai data dan informasi yang terserap panca indera kita. Bukan bagian dalam system berpfikir kita. Dalam hal ini, saya sarankan, Anda boleh percaya cinta pada pandangan pertama.
Hati seringkali bohong, otak seringkali menyelewengkan/salah mendeteksi data dan informasi yang di olahnya, tapi dalam sejarah manusia, mata tak pernah bohong. Makanya dalam berbagai kejadian, selalulu dibutuhkan “Saksi Mata”, bukan “Saksi Hati”.
Ha-ha-ha-ha-ha sudah ah .... thanks All !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H