Mohon tunggu...
Healthy

Obat Penenang Si Malaikat Maut

17 April 2016   20:31 Diperbarui: 4 April 2017   16:31 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penggunaan obat penghilang Rasa Nyeri yang Tidak rasional menimbulkan efek samping yang berbahaya

Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat orang dewasa untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya seringkali orang menjadi ketergantungan terhadap obat penghilang rasa nyeri dan mengalami overdosis hingga menyebabkan kematian.  Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang tidak tepat telah menyebabkan kematian 15.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun.

Dalam kasus kematian Michel Jackson dan beberapa kematian sederetan nama selebritis seperti Elvis Presley (1977), Anna Nicole Smith (2007) dan Heath Ledger, bintang film (2008) akibat penggunaan (kombinasi) obat yang berlebihan. Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang melebihi jumlah kematian overdosis gabungan heroin dan kokain. "Kematian oleh karena penyalahgunaan resep obat penghilang rasa sakit telah menyebabkan kematian 3 kali lipat lebih banyak sejak tahun 1999," kata Gil Kerlikowske, direktur National Drug Control Policy. 

Pada hasil otopsi  Michael Jackson  disinyalir menggunakan di akhir hayatnya suntikan anti nyeri opioids. Pernafasan Jackson berhenti sepuluh menit sesudah disuntik Demerol. Dia mulai megap-megap, nafas tidak teratur dan semakin lambat dan akhirnya berhenti. Walau diberi pernafasan buatan usaha resursitasi tidak bisa menolong. (Tabloid The Sun, London 27/6). Kemudian  dalam beberapa bulan terakhir Jackson juga mengkonsumsi sejumlah obat seperti anti ansietas (Xanax), antidepresi,(Zoloft), anti nyeri narkotik lain (Oxycodone) dan beberapa obat lain yang tidak diketahui public. 

Dalam kasus ini seseorang yang menggunakan 4 macam obat  dapat dikatakan sebagai polifarmasi, dimana dengan penggunaan berbagai macam  obat meningkatkan risiko interaksi antara obat dengan obat atau obat dengan penyakit. Populasi lanjut usia memiliki risiko terbesar karena adanya perubahan fisiologis yang terjadi dengan proses penuaan. Perubahan fisiologis ini, terutama menurunnya fungsi ginjal dan hepar, dapat menyebabkan perubahan proses farmakodinamik dan farmakokinetik obat tersebut.

Interaksi apa yang terjadi sehingga dengan penggunaan pereda nyeri dapat menyebabkan kematian, maka kita perlu mengetahui profil obat keempat obat tersebut.

Apa itu Demerol ?

Demerol (meperidine hidroklorida) merupakan obat golongan opioid yang memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan morfin yaitu pada sistem saraf dengan menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) serta dapat mengaktifkan reseptor, tertama pada reseptor mu, dan sebagian kecil pada reseptor kappa. Penghambatan asetilkolin dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak dirasakan oleh pasien. Onset obat ini termasuk cepat dimana efek dapat dirasakan setelah 15 menit obat dimasukkan dan memiliki durasi 2-4 jam. Demerol diindikasikan untuk penderita nyeri berat dan hebat serta nyeri yang berlangsung lama (misalnya: nyeri setelah operasi, nyeri karena infeksi saluran kencing bagian atas, nyeri karena kanker).

Demerol mampu menimbulkan efek penghilang nyeri yang sangat ampuh namun petidin juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius. Salah satu efek samping yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis adalah ketagihan terhadap obat-obatan golongan narkotik dan timbulnya depresi pada sistem pernafasan. Efek samping petidin lainnya antara lain: pusing, merasa lemah, sakit kepala, perubahan suasana hati, agitasi, bingung, konstipasi, mulut mengering, berkeringat, gangguan penglihatan, gangguan jantung, mengantuk, mual, muntah, dan gangguan aliran darah. Penggunaan petidin juga dapat menimbulkan alergi dengan manifestasi seperti gatal, bengkak dan merah pada daerah suntikan, pembengkakan pada bibir, wajah, hingga terjadinya kesulitan pernafasan. Apabila overdosis akan terjadi lemah otot dan gangguan aliran darah akut.

Apabila pasien telah menggunakan demerol dalam jangka waktu lama dan atau dalam dosis besar, penggunaan demerol tidak boleh langsung diberhentikan secara tiba-tiba. Hal ini karena akan menyebabkan timbulnya efek withdraw, dimana akan terjadi gejala putus obat (sakau) seperti jantung berdebar, denyut nadi cepat, dan pernafasan menjadi tertekan, nyeri pada seluruh tubuh, rasa tidak nyaman.

Mengapa Demerol dapat menyebabkan kematian ?

 Salah satu efek samping obat ini yang sangat berbahaya adalah menekan sistem pernapasan. Efek ini semakin hebat tatkala digunakan berlebihan atau bersamaan dengan obat lain yang juga dapat menekan sistem pernafasan. Misalnya saja obat pelemas otot, atau obat penenang. Penggunaan bersama dengan obat yang memiliki efek samping serupa dikuatirkan dapat mengakibatkan laju nafas lambat laun menurun kemudian berhenti dan menimbulkan kematian jika tidak segera ditolong. Penuruanan tekanan darah serta gangguan pada system saraf pusat yang ditimbulkannya juga berperan mengakibatkan kematian. Hal ini yang mungkin terjadi pada Maha bintang Michael Jackson. 

Pada tahun 1984, terjadi kematian seorang pelajar di New York bernama Libby Zion akibat penggunaan meperidine bersamaan dengan obat penenang. Kematiannya tersebut menjadi pembahasan serius, hingga terjadi perubahan pada sistem pendidikan kedokteran. Peristiwa ini menjadi satu contoh penggunaan meperidine HCl dengan obat penenang sangat berpotensi mengakibatkan kematian. 

Apa itu OxyContin ?

Disebut-sebut juga Jacky menggunakan oxycontin, sejenis anti nyeri yang berasal dari tanaman penghasil morfin. Freund dan Speyer (Universitas Frankfurt, 1916) membuat senyawa ini dari thebaine sebagai pengganti morfin  OxyContin termasuk kelompok anti nyeri opioid (narkotika) juga. Ditujukan untuk nyeri sedang sampai berat. Preparat lepas lambat dapat menekan nyeri sepanjang hari. 

Menurut analisis ahli (NYT 27/6) Jacky yang sangat “langsing” dengan raut muka yang khas mengingatkan kepada profil pengguna narkoba. Mungkin penggunaan obat ini untuk mendapatkan kelincahan bergerak dan melueskan gerakan. Obat ini ,bersifat ketagihan dan menimbulkan efek sakau jika kadar dalam tubuh berkurang. Efek samping pada saraf antara .lain. eufori (gembira-ria), agitatif, tremor, gerakan otot tanpa koordinasi, halusinasi dan disorientasi.

Xanax atau nama generiknya Alprazolam merupakan salah satu dari golongan obat Benzodiazepines atau disebut juga Minor Transquillizer dimana golongan ini merupakan obat yang paling umum digunakan sebagai anti ansietas. Alprazolam merupakan obat anti ansietas dan anti panik yang efektif digunakan untuk mengurangi rangsangan abnormal pada otak, menghambat neurotransmitter asam gama-aminobutirat (GABA) dalam otak sehingga menyebabkan efek penenang.

Efek Samping

Jika kita menggunakan alprazolam kita menjadi sulit lepas dari obat ini karena memang memiliki potensi ketergantungan yang besar jika dipakai lebih dari dua minggu saja. Sulit lepas ini juga disebabkan karena efek putus zat obat ini sangat tidak nyaman, ada yang langsung tiba-tiba stop dan merasakan kecemasan yang lebih parah daripada sebelumnya.

Maka dari itu penggunaan obat ini harus hati-hati dan kalau bisa sesuai dengan indikasi saja. Belakangan karena potensi ketergantungan, toleransi (makin besar pake makin lama) dan reaksi putus zat, obat ini sudah tidak menjadi pilihan pertama lagi sebagai obat anticemas di Amerika Serikat, di sana lebih cenderung menggunakan Antidepresan gol SSRI seperti Sertraline, Fluoxetine, Paroxetine (Paxil). 

Selain itu ESO yang ditimbulkan SSP : depresi, mengantuk, disartria (gangguan berbicara), lelah, sakit kepala, hiperresponsif, kepala terasa ringan, gangguan ingatan, sedasi; Metabolisme-endokrin : penurunan libido, gangguan menstruasi; Saluran cerna : peningkatan atau penurunan selera makan, penurunan salivasi, penurunan/peningkatan berat badan, mulut kering (xerostomia).

Interaksi yang terjadi apabila bila dikombinasikan dengan demerol akan meningkatkan efek sedasi, sehingga perlu dimonitor dalam penggunaannya. 

Apa itu Zoloft ?

Zoloft merupakan salah satu obat yang termasuk dalam kategori Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) yang digunakan untuk menangani depresi, kelainan obsesif kompulsif dan panik.

Efek Samping
Dari sistem saraf pusat dan perifer: sakit kepala, pusing, gempa, insomnia (jarang – kantuk), alarm, ažitaciâ, hypomania, menggila, gangguan cara berjalan, penglihatan kabur, gangguan ekstrapiramidal (diskinesia, akatisia), paresthesia, kejang. Gangguan gerakan yang lebih umum pada pasien dengan indikasi kehadiran mereka dalam sejarah atau penggunaan seiring antipsikotik.

Ketika menghentikan pengobatan dengan sertraline dijelaskan kasus yang jarang terjadi penarikan. Mungkin muncul paresthesia, gipestezii, gejala depresi, halusinasi, reaksi agresif, agitasi psikomotor, kecemasan atau psikotik gejala, Hal ini dibedakan dari gejala penyakit yang mendasari.

-          Dari tubuh secara keseluruhan: meningkat keringat, pengurangan atau peningkatan berat badan, kelemahan.

-          Dari sistem pencernaan: nafsu makan menurun (jarang – meningkatkan), sampai dengan anoreksia, mulut kering, pencernaan yg terganggu (perut kembung, mual, muntah, diare), sakit perut.

-          Pada bagian dari sistem reproduksi: disfungsi seksual (ejakulasi tertunda, penurunan libido, mengurangi potensi, anorgazmija).

-          Sistem kardiovaskular: kemerahan atau flushing, pendarahan (termasuk. Sengau), denyut jantung.

-          Reaksi alergi: gatal-gatal, gatal.

-          Reaksi dermatologis: ruam kulit; jarang – Stevens-Johnson syndrome, nekrolisis epidermal.

-          Pada bagian dari sistem endokrin: ketidakteraturan menstruasi, galaktorea, hiperprolaktinemia.

Interaksi yang terjadi apabila dikombinasikan dengan Demerol yaitu dapat meningkatkan risiko kondisi yang jarang namun serius yang disebut sindrom serotonin, yang dapat mencakup gejala seperti kebingungan, halusinasi, kejang, perubahan ekstrim dalam tekanan darah, peningkatan denyut jantung, demam, keringat berlebihan, menggigil atau gemetar , penglihatan kabur, kejang otot atau kekakuan, tremor, inkoordinasi, kram perut, mual, muntah, dan diare. kasus yang parah dapat menyebabkan koma dan bahkan kematian.

Jadi dapat disimpulkan

Obat penghilang nyeri narkotik dapat menjadi ‘dewa penolong’ saat dibutuhkan namun di sisi lain dapat pula menjadi ‘malaikat pencabut nyawa’ jika digunakan secara tidak semestinya. Oleh karena itu penggunaan analgesik narkotik seharusnya diberikan berdasarkan rasio manfaat risiko, dimana saat rasio manfaat lebih besar dari risiko maka obat analgesik narkotik dapat diberikan kepada pasien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun