Â
Storytelling merupakan sebuah seni bercerita atau mendongeng yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai pada anak atau audience. Adapun Media yang dapat digunakan untuk storytelling yaitu buku, boneka tangan, boneka kecil atau besar, memakai kostum-kostum hewan, wayang, dll. Tujuan dari storytelling ini yaitu agar pendengar dapat mengembangkan imajinasi, emosi, seni, daya fantasi, kehalusan budi, aspek intelektual, aspek kepekaan, menciptakan suasana di sekolah yang menyenangkan dan lain-lain. Cerita yang baik dalam storytelling akan membuat para pendengarnya merasakan dan ikut terbawa dengan alur cerita yang disampaikan oleh para pendongeng. Dalam menyampaikan storytelling ada berbagai macam jenis cerita yang dapat dipilih oleh pendongeng untuk diceritakan kepada audience, yaitu dongeng tradisional, dongeng futuristik atau modern, dongeng pendidikan, dongeng fable dongeng sejarah, dan dongeng terapis.
    Berbicara mengenai storytelling, anak usia dini sangat menyukai cerita atau dongeng. Maka dari itu, banyak sekali guru dan  orang tua mengaplikasikan  metode ini untuk mengembangkan imajinasi dan lain-lainnya. Storytelling yang biasanya digunakan untuk anak usia dini yaitu dongeng fable yang menceritakan tentang binatang yang selalu dikaitkan dengan nilai-nilai baik atau buruk dan juga dapat memudahkan anak usia dini untuk memahami isi pesan yang terkandung didalam cerita tersebut. Adapun ciri-ciri kebahasaan yang bisa pendongeng gunakan untuk bercerita yaitu dengan menggunakan pada suatu hari, pada jaman dulu kala, suatu hari, tiba-tiba, tak disangka-sangka, kemudian, selanjutnya, tetapi, akhirnya dan pada akhir cerita.Â
    Hal terpenting dalam kegiatan storytelling adalah proses. Dalam proses storytelling inilah terjadi interaksi antara pendongeng dengan audiencenya. Melalui proses storytelling inilah dapat terjalin komunikasi antara pendongeng dengan audiencenya. Karena kegiatan storytelling ini penting bagi anak, maka kegiatan tersebut harus dikemas sedemikian rupa supaya menarik. Maka dibutuhakan adanya tahapan- tahapan dalam storytelling yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan sebelum acara storytelling dimulai
   Hal yang pertama dilakukan adalah Memilih judul buku yang menarik dan mudah diingat. Cara untuk menemukan judul yang menarik yaitu, pendongeng perlu melakukan kegiatan memilih dan memahami bahan cerita.
  Setelah memilih dan memahami cerita, hal yang juga tidak kalah penting adalah mendalami karakter tokoh-tokoh dalam cerita yang akan disampaikan. Karena kekuatan sebuah cerita antara lain terletak pada bagaimana karakter tersebut dimunculkan. Semakin jelas pembawaan karakter tokoh, semakin mudah cerita tersebut dicerna. Agar dapat menampilkan karakter tokoh. Pendongeng diharapkan mampu menghayati sifat-sifat tokoh bagaimana perasaan, pikiran, dan emosi tokoh pada saat mendongeng.
   Tahapan terakhir persiapan storytelling yaitu latihan. Dengan latihan terlebih dahulu kita dapat mengevaluasi kekurangan-kekurangan pada saat mendongeng, memikirkan durasi yang dibutuhkan, mengingat kembali jalan cerita, menumbuhkan kepercayaan diri dan mempraktikannya sehingga pada saat storytelling nanti dapat tampil prima.
b. Saat proses storytelling berlangsung
  Saat akan memasuki sesi acara storytelling, pendongeng harus menunggu kondisi hingga audience siap untuk menyimak dongeng yang akan disampaikan. Jangan memulai storytelling jika audience masih belum siap. Acara storytelling dapat dimulai dengan menyapa terlebih dahulu audience, ataupun membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian audience. Pada saat mendongeng ada beberapa faktor yang dapat menunjang berlangsungnya proses storytelling agar menjadi menarik untuk disimak yaitu:
  1.  Kontak mata, Saat storytelling berlangsung, pendongeng harus melakukan kontak mata dengan audience. Pandanglah audience dan diam sejenak.       Dengan melakukan kontak mata audience akan merasa dirinya diperhatikan dan diajak untuk berinteraksi.
  2. Mimik wajah, Pada waktu storytelling sedang berlangsung, Pendongeng harus dapat mengekspresikan wajahnya sesuai dengan situasi yang             didongengkan. Agar audience dapat merasakan alur cerita tersebut.
  3. Gerak tubuh, cerita yang didongengkan akan terasa berbeda jika pendongeng melakukan gerakan-gerakan yang merefleksikan apa yang                dilakukan tokoh-tokoh yang didongengkannya. Agar audience tertarik, senang dan antusias terhadap cerita tersebut.
  4. Suara, tidak rendahnya suara yang diperdengarkan dapat digunakan pendongeng untuk membawa audience merasakan situasi dari cerita yang n       didongengkan. Pendongeng biasanya akan meninggikan intonasi suaranya untuk merefleksikan cerita yang mulai memasuki tahap yang               menegangkan. Pendongeng profesional biasanya mampu menirukan suara-suara dari karakter tokoh yang didongengkan. Misalnya suara ayam,       suara pintu yang terbuka.
  5. Kecepatan, Pendongeng harus menjaga tempo pada saat storytelling. Agar kecepatan dalam berbicara selalu ada dalam tempo yang sama. Jangan       terlalu cepat yang dapat membuat anak-anak menjadi bingung ataupun terlalu lambat sehingga menyebabkan anak-anak menjadi bosan.
  6. Alat Peraga, Untuk menarik minat anak-anak dalam proses storytelling, perlu adanya alat peraga seperti misalnya boneka kecil yang dipakai di        tangan untuk mewakili tokoh yang sedang menjadi materi dongeng.
c. Kegiatan storytelling selesai
   Ketika proses storytelling sudah selesai dilaksanakan, tibalah saatnya bagi pendongeng untuk mengevaluasi cerita. Maksudnya, pendongeng menanyakan kepada audience tentang inti cerita yang telah disampaikan dan nilai-nilai yang dapat diambil dari cerita tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H