.
Bunga takkan kedinginan ketika malamÂ
Karena ia memiliki kelopak lengkap yang menyelimuti kulitÂ
Begitupun dengan dahan dan daun
Yang sabar mengikuti arah tahun
.
Begitupun dengan kabar tentang kekeringan yang melanda diseberang ituÂ
Orang-orang berharap tidak mengenal waktu dan pilu
.
Dari mata yang tertuju ke arah lampu dan pelakat besi
Dengan warna merah dan cat yang masih basah
Bagai bunyi yang didendangkan orang-orang suciÂ
Menenangkan dan menasehati orang-orang yang sedang marah
.
Dan burung-burung menyampaikan kabar yang tak menyenangkan
Tentang orang-orang yang hilang dalam satu putaran malam
.
Adakah titik terang bagi kunang-kunang menapaki daun dan bayang
Setelah dingin embun membekas dan menembus kulitnya
Apakah cahaya rembulan kini menjadi tenang
Bilamana ia menyampaikan kabar akan keheningan ?
.
Seperti ranjau yang ditanam dilangitÂ
Gerak matahari dan bulan akan menjadi terbatas
Jika keduanya tidak menerangi jalan orang-orang yang sedang sulit
Jika mereka tidak memerangi orang yang berwatak culas
.
Dari air mata dan kekeringan yang tumbuh semakin banyakÂ
Adakah namamu yang basah menjadi penenang orang-orang ?
Atau namamu kini menjadi penentu yang beriak
Menjadi tebing diantara suara-suara yang pergi dan pulang?
.
Tak ada lagi saksofon dan kesaksian ituÂ
Diantara suara malam dan rembulan yang kian berbicara pilu
Tentang arah tahun, bulan dan kemungkinan itu
Apakah waktu akan bersaksi dan menjadi penentu?
.
Kabut yang mengepungmu, telah runtuh menjadi kata-kata. Rumah kayu hanya menyisakan dinginnya, dan sunyi mengendap di sana
Acep Zamzam Noor, Di Atas Umbria: Sajak-Sajak 1991-1997
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H