Mohon tunggu...
Astralastra
Astralastra Mohon Tunggu... Lainnya - Daur baur

Manusia merdeka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Ada Lagi Saksofon dan Kesaksian Itu

29 September 2024   22:33 Diperbarui: 29 September 2024   23:45 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

.

Bunga takkan kedinginan ketika malam 

Karena ia memiliki kelopak lengkap yang menyelimuti kulit 

Begitupun dengan dahan dan daun

Yang sabar mengikuti arah tahun

.

Begitupun dengan kabar tentang kekeringan yang melanda diseberang itu 

Orang-orang berharap tidak mengenal waktu dan pilu

.

Dari mata yang tertuju ke arah lampu dan pelakat besi

Dengan warna merah dan cat yang masih basah

Bagai bunyi yang didendangkan orang-orang suci 

Menenangkan dan menasehati orang-orang yang sedang marah

.

Dan burung-burung menyampaikan kabar yang tak menyenangkan

Tentang orang-orang yang hilang dalam satu putaran malam

.

Adakah titik terang bagi kunang-kunang menapaki daun dan bayang

Setelah dingin embun membekas dan menembus kulitnya

Apakah cahaya rembulan kini menjadi tenang

Bilamana ia menyampaikan kabar akan keheningan ?

.

Seperti ranjau yang ditanam dilangit 

Gerak matahari dan bulan akan menjadi terbatas

Jika keduanya tidak menerangi jalan orang-orang yang sedang sulit

Jika mereka tidak memerangi orang yang berwatak culas

.

Dari air mata dan kekeringan yang tumbuh semakin banyak 

Adakah namamu yang basah menjadi penenang orang-orang ?

Atau namamu kini menjadi penentu yang beriak

Menjadi tebing diantara suara-suara yang pergi dan pulang?

.

Tak ada lagi saksofon dan kesaksian itu 

Diantara suara malam dan rembulan yang kian berbicara pilu

Tentang arah tahun, bulan dan kemungkinan itu

Apakah waktu akan bersaksi dan menjadi penentu?

.

Kabut yang mengepungmu, telah runtuh menjadi kata-kata. Rumah kayu hanya menyisakan dinginnya, dan sunyi mengendap di sana

Acep Zamzam Noor,  Di Atas Umbria: Sajak-Sajak 1991-1997

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun