.
Kehilangan adalah suar
Tanpa peringatan dan pemakaman
Setelah stasiun terakhir
Tanpa lambaian tangan dan kecup kening
.
Tanpa tulisan yang jelas
Tanpa bilangan genap
Tanpa terima kasih
Tanpa seikat bunga
.
Memori adalah waktu yang lebam
Memahat ruangan itu dengan hati-hati
Memori adalah waktu yang lebam
Mengeja ruangan itu dengan hati-hati
.
Seperti ruam
Dengan api yang membakar habis
.
Kehilangan adalah suar
Tanpa peringatan dan pemakaman
Juga langkah kaki
Yang redam pada lantai kayu
.
Seperti ingatan
Dengan sunyi yang membakar habis
Halaman demi halaman
Inci demi inci
.
Opera terperangkap di lukisan
Tulisan jatuh di dingin buku
Memori tersimpan di lemari
Waktu tersisa di meja tunggu
.
Keheningan adalah kamar demi kamar
Membagi dan menuntun
Segala cuaca di luar
Supaya terjadwal
.
Jam pasir yang terbalik
Menghitung waktu yang terbuang percuma
Begitupun jalanan
Yang tabah dikuliti kemarau dan hujan
.
Manusia adalah makhluk yang logis
Tak rela buku-buku memperjuangkan keadilan
Tapi jangan kau menjadi tembok
Antara keadilan dan kebohongan
.
Seperti sulut yang dicecar habis
Saya terbakar amarah sendirian
.
“Setiap ketidakadilan harus dilawan, walaupun hanya dalam hati.” ― Pramoedya Ananta Toer, Saya Terbakar Amarah Sendirian!
.
https://astralastra.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H