Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menjawab Pertanyaan

18 Februari 2023   13:06 Diperbarui: 18 Februari 2023   13:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Komunikasi sosial bisa antar pribadi bisa pribadi dengan kelompok. Bisa dengan perkataan bisa dengan isyarat. Bisa dengan media bisa langsung. Semua harus ada kesopanan sesuai dengan aturan protokol yang ada atau etika pergaulan yang wajar

Ada beberapa Jenis pertanyaan misalnya:(1). Sapaan  : Apa kabar ? Bagaimana sehat ? Ada lagi pertanyaan minta penegasan (2) Konfirmasi misalnya : Lupa ya ?  Lalu Kapan ?  Paham bukan ? Dan jawabannya pun sederhana saja bahkan ada yang suka menjawab hanya dengan senyum saja. Dalam artikel atau pidato sering ada pertanyaan (3) rhetoris/oratoris, suatu pertanyaan mengajak berfikir atau berbuat sesuatu dengan bertanya yang tidak minta jawaban seketika itu. Dan yang paling susah dihadapi adalah (4) pertanyaan yang harus kita jawab tersirat, terselip, tersimpan dalam Peristiwa. Itulah Masalah, menterengnya Problem.

Suatu hari saya mendapat ajakan berfikir seperti ini :  [07.33, 17/2/2023] : https://www.cnbcindonesia.com/news/20230209113701-4-412383/harga-beras-terus-beterbangan-petani-panen-duit-banyak-gak  dan ini : [07.36, 17/2/2023] : "Kenaikan harga beras sudah di atas HET. . Refleksinya apakah petani sejahtera? Monggo komen para penggerak tani HPS...berbagi opini ......"

Seorang teman menanggapi seperti ini : [08.30,17/9/2023] "Puji Tuhan, bagi para petani padi khususnya harga beras bagus yang berarti ada kenaikan kesejahteraan."

Saya memberi tanggapan berupa pertanyaan konfirmasi  begini: [09.39, 17/2/2023] : "Pertanyaan juga: apa fluktuasi naik turunnya harga suatu komoditi langsung berpengaruh pada kesejahteraan produsen. Pemikiran saya kesejahteraan itu menyangkut banyak hal secara menyeluruh usahanya. Managemen waktu, rugi laba, dst. Kenaikan harga baru mempengaruhi  rugi laba sewaktu itu".

Dijawab dengan penegasan :[10.26, 17/2/2023]  ".... memang ini hasil pengamatan para ahli selama 6 bulan sejak bulan Agustus SD Februari namun diprediksi Maret saat panen raya harga jatuh".

Maka saya berlanjut dengan opini saya demikian: [11.35, 17/2/2023]  " Baguslah dengan prediksi itu.  Saya hanya melihat, kebanyakan petani sekarang adalah petani kecil. mereka tidak menentukan harga, mereka hanya menyesuaikan situasinya dalam skala kecil. Tentang kesejahteraan mereka yang bijak sudah terbiasa terombang ambing oleh keadaan. Yaaaa ini hanya common sense saya tak ada ukuran ilmiahnya".

Tanya jawab atau ungkapan-dan tanggapan diatas merupakan cerita kronologis satu masalah dalam peristiwa yang harus disikapi.katakan itu awal dari Problem solving .   Masih suatu pemikiran dangkal saja. Sebab seperti dipertanyan hal kesejahteraan petani banyak hal harus dipertimbangkan. Apa lagi kalau itu di khususkan petani di Indonesia yang mempunyai "jenis" petani gurem dan tersebar di sudut-sudut budaya kehidupan pedesaan negeri ini. Jangan dilihat dengan kacamata petani di negeri lain.

Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau situasi yang dihadapi. Proses ini melibatkan empat aspek penting, yaitu konteks, substansi (what), dan sebab (why), lalu solusi (how). Konteks berkaitan dengan situasi atau lingkungan di mana permasalahan muncul, substansi berkaitan dengan isu atau masalah yang ingin diselesaikan, dan sebab berkaitan dengan penyebab terjadinya permasalahan tersebut.

Pemecahan masalah dimulai dengan mengidentifikasi dan memahami masalah yang dihadapi. Hal ini melibatkan mengumpulkan informasi yang relevan dan analisis terhadap situasi yang terjadi. Dalam proses ini, pengumpulan informasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti wawancara, observasi, atau analisis data.

Setelah informasi terkumpul, langkah selanjutnya adalah memahami konteks dari masalah tersebut. Konteks meliputi aspek-aspek seperti waktu, tempat, lingkungan, budaya, kebiasaan, dan nilai-nilai yang mungkin mempengaruhi situasi tersebut. Dengan memahami konteks, kita dapat memahami bagaimana situasi tersebut terbentuk dan apa yang mungkin mempengaruhi permasalahan yang dihadapi.

Setelah memahami konteks, fokus berikutnya adalah pada substansi dari masalah. Substansi merupakan inti dari masalah yang dihadapi dan harus dipahami dengan baik. Ini melibatkan identifikasi masalah, memahami implikasi dari masalah, dan mengidentifikasi solusi potensial.

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sebab dari masalah tersebut. Sebab dapat berasal dari banyak faktor, termasuk kebijakan organisasi, kebijakan pemerintah, perubahan dalam pasar atau lingkungan, atau faktor-faktor internal lainnya. Dengan mengidentifikasi sebab dari masalah, kita dapat memahami mengapa masalah terjadi dan menemukan solusi yang tepat.

Proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa metode populer meliputi analisis SWOT, analisis gap, dan analisis PEST. Metode ini dapat membantu dalam mengidentifikasi masalah, memahami situasi, dan mengidentifikasi solusi yang potensial.

Adapun menjawab pertanyaan tentang kesejahteraan petani kita saya diatas hanya menjawab berdasarkan intuisi saya dan pengalaman kunjungan-kunjungan saya ke petani di negeri sendiri maupun Thailand dan Pilipina Selatan. Tradisi sederhana itu membawa kesejahteraan relatip setempat. Maka perlu bantuan dari pemerintah ataupun NGO untuk meningkatkan Attitude dulu baru Skill mereka untuk lebih sejahtera. Tetapi opini saya ini dari pengalaman 1990 - 2010, yang mungkin sudah banyak banyak sekali perubahan saat ini. Inilah yang saya sebut diatas Common sense saja.

Artikel ini berjudul "menjawab pertanyaan" akan saya tutup dengan pertanyaan lagi: Cukupkah saat ini pertanyaan sehari hari hanya dijawab dengan common sense, atau intusi saja , atau harus selalu yang rational dan bila perlu ilmiah. ?

Pembaca yang budiman, yang segera dijawab pasti saya harap anda akan me'klik' nilai tulisan saya, yang apapun itu saya haturkan terima kasih sebesar-besarnya. Dan tolong terima pula salam hormat saya.

Ganjuran, Februari 18,2023. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun