Beberapa hari yang lalu banyak berita yang menggambarkan kegiatan Forum Komunikasi Antar Umat Beragama bersama Kanwil DepAg. Di Makasar, NTB, Maluku, dan pasti dilain tempat juga. Salah satu judul berita tersebut begini : "Forum Pimpinan Antar Agama Deklarasikan Damai Jelang Pemilu." (https://www.kompas.tv/article/368591/ forum pimpinan-antar-agama-deklarasikan-damai-jelang-pemilu). Â Itu sebabnya artikel ini juga memakai kata Jelang Pemilu . Suatu realita yang sedang kita alami bersama.
Pemilu adalah peristiwa sosial - politik yang sangat penting bagi setiap negara. Dan di Indonesia ada lambaga tinggi negara  - KPU - yang menangani.  KPU, diberitakan satu ketika adakan kunjungan KPU yaitu pada hari Selasa 18 Januari yang lalu kepada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Peristiwa ini saya mencatat ada sekurangnya 7 kantor berita/medsos yang memberitakan .
Dan diberitakan pula  : ", KPU juga telah berkunjung ke Muhammadiyah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Kunjungan tersebut dalam upaya membangun dukungan untuk kesuksesan Pemilu Serentak 2024.(*)
Menjelang Pemilu KPU sebagai penanggung jawabnya bersama Kementerian Agama rupanya sudah senada seirama. "Kementerian Agama sudah mengingatkan seluruh Kanwil di provinsi dan kabupaten/kota, jika ada karyawan karyawati Kementerian Agama yang intoleran maka sanksinya tegas, pecat," tegas Zamroni Aziz disela-sela pawai jalan sehat kerukunan dan deklarasi kerukunan lintas agama dalam rangka memperingati Hari Amal Bhakti Kementerian Agama ke-77 yang digelar di Kota Mataram. (https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/indeks-toleransi-ntb-di-bawah-nasional-kanwil-kemenag-ntb-siap-pecat-asn/)
Masih perlukah fenomena itu dipertanyakan : kebersamaan kesenadaan dua lembaga tinggi negara yang bertindak demikian itu ? Â Kita tidak perlu mengikuti rapat kordinasinya, tetapi tersirat nyata dalam pemberitaan itu saja suatu kekuatiran tentang wacana tapi nyata : SARA.
Sara singkatan dari kata : Suku, Â Agama, Ras, Antar golongan. Â Sara menjadi suatu issue yang menjadi pokok konflik sosial. Issu yang sensitif bagi banyak warga masyarakat kita yang beranekaragam ini. Â Dan issue ini menjadi marak sejak praktek politik identitas yang melemahkan persatuan bangsa ini dipakai untuk kampanye, untuk mobilisasai masa secara efektif. Dan sehabis kampanye tercipta lanjutan Sara itu...
Maka untuk partisipasi dalam menunjang menanggulangi konflik SARA sesuai dengan SARAN DEPAG Â saya mencatat sebagai berikut :
@Moderasi agama, "Moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni (1)memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, (2)mengejawantahkan esensi ajaran agama secara berimbang, adil, (3) menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, (4) demi persatuan dan kesatuan bangsa.
@Menutup tempai ibadat bagi kampanye.
@Sikap Kritis pada berita,hati-hati dengan postTruth,
@Upaya damai nanti dalam masa Pemilu. Damai bisa juga diartikan lebih mendalam
@Berintegritas  pada tindakan setelah ibadat dan atau doa, sebab semua tindakan positip tentu diawali pada Doa dan Peribadatan. Ibadat dalam Damai dan berintegritas
Pembaca yang budiman, mendalami pesan pesan itu saya peroleh, selebihnya harapan kepada semua Pemimpin agama untuk mengarahkan umatnya, dua macam tindakan yang diharapkan. Yaitu (1) tindakan yang dilakukan bersama, dengan atau tidak dengan kordinasi, atau nanti dimasa pemilu, (2) tindakan yang memang harus dilakukan secara pribadi, bisa mulai dari sekarang. Yaitu Doa /peribadatan dalam damai dan berintegritas. Yang secara pribadi/perorangan inilah yang lebih besar manfaatnya. Sebab itu berarti membangun niatan dan motivasi seseorang untuk hidup sosial dalam kebersamaan.
Kita boleh bertanya . seandainya tidak damai itu bagaimana ? Dalam berdoa tidak damai itu bila ada kekuatiran atau ketakutan, dibawah ancaman dari luar atau ada larangan dari yang lebih kuasa. Â Doa dan niatan yang tidak berintegritas itu apabila setelah beribadat dan doa justru tumbuh rasa benci, berontak atau mau berniat melawan tata sosial yang ada. Rasanya itu semua gambaran dari situasi issue SARA dan jauh dari moderasi beragama.
Maka dapat direnungkan Doa/peribadatan dan buahnya yang dikatakan damai, adalah hati yang tenteram, penuh syukur, kegembiraan batin dan meningkatnya rasa sosial atau cinta kasih. Sementara Doa dan ibadat yang berintegritas dalam permenungan ini menjadi rasa semangat berangkat dari Sumber Kebaikan, untuk niatan yang baik, dan benar, antusiasme penuh harapan kedepan dalam sukacita suci menjadi berkat bagi siapa saja dan apa saja.
Pembaca yang bijak hati disini saya mencoba bermenung dalam semangat KPU dan Kemenag, sesuai suara hati saya, semoga mengetuk hati semuanya dan atas responnya saya berucap terima kasih setulus hati pula.
Tolong terima salam hormat saya.
Ganjuran, Januari, 20, 2023, Emmanuel Astokodatu
Bacaan, dan referensi :
(*)Â https://www.kompas.tv/article/368591/forum-pimpinan-antar-agama-deklarasikan-damai-jelang-pemilu
(*) Kunjungan KPU RI ke KWIÂ Rabu, 18 Januari 2022. https://www.antaranews.com/berita/3354684/kpu-minta-kerja-sama-kwi-wujudkan-pemilu-2024-damai-berintegritas
(*) https://akurat.co/ketua-kpu-minta-bantuan-kwi-kami-tidak-bisa-bekerja-sendiri
(*) https://akurat.co/sowan-ke-kwi-hasyim-asyari-hanya-didampngi-anggota-kpu-divisi-sosialisasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H