To Share atau berbagi itu sering diucapkan untuk menandai suatu aktivitas partisipasi/ keikut-sertaan anggota/peserta dalam kegiatan bersama lebih-lebih tampak dalam musyawarah atau diskusi.
Tulisan saya ini dilatar-belakangi, didorong oleh tiga hal, yaitu :
Sebuah Artikel di Kompasiana yang kemarin saya baca, berbicara tentang perilaku Kompasianer dalam perspektif jenjang kebutuhan menurut Maslov. Dimana akhirnya banyak penulis penyalur kebutuhan aktualisasi diri.
Gaya menggelitik penganjur "Sekolah Merdeka Belajar"Â yang meneguhkan kebebasan siswa membuat pilihan minat pembelajaran, dengan tudingan terhadap gaya lama yang sepertinya bervisi bahwa Guru adalah Sumber Ilmu dan Tahu Segalanya.
Sementara itu seorang Robert Fulghum pengumpul "cerita kesaksian pengalaman- bercinta", mendapat beberapa "saran untuk penerbitannya kumpulan cerita itu". Dan berhasil diterbitkan dengan judul True Love. (**) Sarannya  menggelitik pula.
Bukan dorongan itu yang terpenting tetapi marilah berreflesksi sejenak tentang berbagi itu sendiri. Berbagi juga lebih tegas memberikan sesuatu kepada orang lain dan sebaiknya orang banyak dalam rangka kebersamaan.
Berbicara tentang kebersamaan membuat kita berfikir tentang banyaknya juga jenis maupun volume pembagian. Maka Berbagi / memberikan kepada orang lain  dapat meliputi :  berbagi diri, membantu, perhatian, tenaga, atau benda, barang, uang, sebut saja materi sesuai dengan kebutuhan penerima.
Refleksi tentang Berbagi, terpengaruh oleh latar belakang tersebut diatas, khususnya, tentang kebutuhan dan aktualisasi diri, gaya dan visi, saran dan kondisi penerimaan barbagi, saya sampaikan empat hal sebagai berikut:
Pertama  : Bicara mudah: Rumuskan tujuan kegiatan berbagi anda. Atau anda sudah terbiasa mempunyai adagium/semboyan yang selalu menjadi niatan dan motivasi. Nah itu adalah anda sudah menghadirkan diri sekarang disitu dalam kegiatan berbagi itu. Anda hadir dalam kegiatan berbagi untuk orang lain. Anda yang asli aktualisasi (ada sekarang disitu). Tetapi niatan dan motivasi itu dalam perjalanan waktu terselip Anda yang kurang asli. Anda yang tadi berbuat untuk orang lain (altruis), bisa bergulir dengan cerdik menjadi Anda yang egois: menuntut penghargaan (misalnya). Berhati hatilah !
Kedua  : Rumuskan sekurangnya dalam perencanaan kondisi sasaran anda dalam kegiatan Berbagi itu. Kebutuhan apa yang mesti akan dibagikan ?. Kebutuhan sangat luas apalagi bila masuk ke ranah karya berbagi dengan media tulis (karya tulis). Keluasan bisa meliputi sekedar informasi, hiburan atau opini atau pandangan serta ilmu positip ilmiah. Berbagi untuk siapa ? Tetapi Jangan lupa kebutuhan sesama dalam menikmati HAM, hak untuk dimanusiawikan, dihargai, dihormati. Jangan memaksakan pendapat sendiri semata.
Ketiga : Cara dan Media. Dalam berbagi untuk orang lain tidak lepas dari upaya efektivitas dan efisiensi.
Robert Fulghum berbagi pengalaman (*): Setelah berhasil ratusan Kisah Cinta dikumpulkan dan diterbitkan, dia menerima saran dari rekan-rekannya : A. Jangan kisah itu diterbitkan sekaligus. B. Dari teman lain, Terlalu banyak kisah cinta bisa membuat orang membara. C. Dari teman lain : Sebaiknya kisah cinta itu dibaca sedikit demi sedikit. D. Lebih bai lagi bila Kisah itu dibacakan keras-keras kepada yang anda cintai.(halaman 6 *)
Emha Ainun Nadjib menulis dalam: "Menjadi Kekasihmu" begini: "Kekasihkupun tak pernah tahu bahwa aku mencintainya. Bahkan tak tahu aku ini ada".(halaman 247.**)
Demikian susahnya mengupayakan sekedar penyampaian materi, yang sudah diusahakan sekeras2nya, masih juga ada gagasan bagaimana yang lebih baik.
Keempat : Berbagi sambil aktualisasi diri yang altruis bersumber pada Cinta Kasih. Sumber yang sama untuk Peduli derita untuk bela rasa (Compassion) suatu sikap dan perbuatan yang sungguh mulia. Maka berlatihlah peduli untuk berbagi kepada sesama yang sederhana: partisipasi aktif pada setiap kebersamaan untuk sesuatu yang lebih mulia..
Demikian susahnya mengupayakan sekedar penyampaian materi, yang sudah diusahakan sekeras2nya, masih juga ada gagasan bagaimana yang lebih baik.
Pembaca yang budiman, marilah kita renungkan dalam rangka menghadirkan diri sebagai aku yang altruis dengan berbagidiri dan materi sebaik mungkin kepada sesama.
Tetapi maafkan ini yang dapat saya sampaikan, semoga ada hati receptif yang suka membacanya. Dan tolong bila ada kata tak mengena dimaafkan serta terimalah salam hormat saya.
.Ganjuran, 11 Oktober 2022. Emmanuel Astokodatu
Referensi / Bacaan:
(*) Robert Fulghum, Â True Love, Â Pnb. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2000
(**). Emha Ainun Nadjib, Kiai Hologram. Pnb.PT.Bintang Perkasa, Yogyakarta,2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H