Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencintai Kehidupan

6 September 2022   18:15 Diperbarui: 6 September 2022   18:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diatas saya katakan buku itu cermin Pembenaran dalam hidup saya. Setelah 25 tahun asyik membangun kehidupan ekonomi, keluarga, kemasyarakatan, politik dan gerejani saya memilih terjun sebagai aktivis relawan dalam sebuah yayasan dan perkumpulan di bidang pangan, pelestarian lingkungan hidup dibawah asuhan Dr.Greg.Utomo pr, pastur di desaku. Itu sudah kujalani selama 20 th hingga semua harus saya serahkan untuk generasi muda.

Hidup itu Pilihan ?

Menulis untuk berbagi, merunut alur pemikiran yang bebas merdeka dimuka lalu saya  menemukan kebersamaan dalam kehidupan ini terlebih dengan belajar pada kehidupan orang lain sesama kita.

Pembelajaran dari orang lain yang mengesan ialah bahwa pada akhirnya semua dan yang terpenting adalah keputusan dan Pilihan saya sendiri dan menjadi tanggung jawab saya sendiri bersama nasib seluruh keluarga yang saya cintai.

Pilihan sudah banyak saya jalani. Langkah-langkah perubahan selalu menjadi keputusan dan pilihan bebas terhadap beberapa tawaran yang lain. Dan itu banyak harus melewati

Pertimbangan dalam doa.

Kata "dalam doa" itu istilah yang mudah dikatakan tetapi mengandung kebenaran yang luas dan dalam. Dalam berdoa orang sebenarnya "Memasuki Ruang Batin". Tidak ragu lagi : "Memasuki Ruang batin saya saat berdoa" 

Hampir setiap malam bila kita melihat sinetron dengan cerita adanya kurban kejahatan segera diikuti adegan orang berdoa. Atau ada orang sholat sehabis mengucapkan lafal wajib yang sudah dirumuskan mengubah sikap duduk terus disusul doa bebas. Mestinya doa batin, tetapi karena sinetron suara dan ucapan batinpun diperdengarkan......

Memasuki Ruang Batin (*) kita melihat diri sendiri. Diri sendiri yang tidaK BERDAYA. Diri sendiri yang menjadi kurban kejahatan. Maka berdoa. Memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa,yang diharapkan memberi apa yang manusia harapkan.Tetapi kebanyakan orang berdoa bersikukuh bertahan melihat kepentingan diri pendoa atau kebutuhannya itu. Sikap ini sempit dan menutup realita yang lebih dahsyat karena sebenarnya itulah jawaban akan semua doanya..

Jawaban semua doa adalah kesadaran akan Kasih Allah. Dalam Ruang Batin itulah layaknya manusia bertemu dengan Tuhan yang mencintai manusia, semua tiada kecuali. Termasuk siapapun yang berbuat jahat kepada saya. Dalam Ruang Batin itu dengan segala upaya saya membangun kesadaran akan realita kenyataan Kasih Allah yang sudah saya terima.

Saya yang tidak berharga tidak ada lebihnya daripada orang yang saya anggap jahat inipun telah menerima bukan saja Asset kekayaan kehidupan tetapi terlebih ruang dan waktu yang menjadi peluang dan fasilitas kehidupan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun