Orang mengalami masalah ketika menyadari adanya ketidak-pastian dalam diri orang itu, untuk bersikap, mengambil keputusan/pilihan, atau bertindak terhadap situasi yang serba tidak/belum pasti, belum selesai berproses, atau memang orang di hadapkan pada situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan ketentuan dan menimbulkan kontroversi. Padahal dalam situasi itu perlu ada segera tindakan pemecahan pematangan, penyelesaiannya. Â
Problem atau masalah itu bisa panjang atau pendek. Masalah terkait satu perkara, dapat mempengaruhi pertimbangan dalam menghadapi perkara yang bermasalah lainnya, meskipun itu perkara yang berbeda dan tidak berkaitan. Masih bisa disebut adanya pengaruh medsos dan sistem serta psikotehnologi dewasa ini. Itulah sebabnya sering kali orang mengalami bertubi permasalahan.
Masalah kita yang kerap mengganggu kita biasanya dibedakan sekurangnya : masalah pribadi/perorangan jiwa/raga, masalah sosial, KEAMANAN, masalah politik, hukum, ekonomi, pendidikan, HAM. Dalam memandang masalah bisa kita melihat skope kewilayahan perkara : Global, lokal, nasional, daerah, bahkan kelompok, suku, perorangan,dsb.
Akan tetapi pertanyaan yang tidak begitu saja terjawab adalah : Apa makna kata "kita" dalam judul permenungan ini ? Â Tolong hal itu kita simpan dahulu untuk nanti.
Masalah yang saya anggap masih sangat mengganjal di NKRI ini saya sebut saja :
(satu) Intolerasi yang kerap membawa masalah keamanan dan HAM, dan
(dua) Korupsi yang ada akarnya pada watak oknum pejabat dan warga masyarakat, terhadap harta dan fasilitas.
(tiga) Korupsi kewenangan sebagai "terpapar" oleh adegan-adegan kasus Sambo. Yang sebenarnya merupakan kerawanan NKRI dan warganya. Dalam hal Keamanan dan HAM. Tidak perlu eksplisit menyebut mafia, narkoba dan perjudian.
Marilah kita telusuri lebih dahulu tiga ganjalan ganjalan tersebut diatas :
(satu) Yth Kompasianer Raditya Agusty dalam: "Bangkit Lebih Kuat, Ubah Perspektif", ( https://www.kompasiana.com/raditya04856/630ecc2a08a8b5183b6d3862/bangkit-lebih-kuat-ubah-perspektif. ) memberikan informasi yang luas tentang "peristiwa Intoleransi" itu.
Ditulis: Menurut Hunsberger (1995), Intoleran adalah tindakan negativ yang dilatari oleh simplifikasi-palsu, atau "prasangka yang berlebihan" (over generalized beliefs). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata intoleransi adalah (ada tidaknya) tenggang rasa, dapat dicontohkan seperti berikut: Tindak kekerasan itu dipicu oleh adanya intoleransi di antara beberapa pemuda.