Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pandai-pandailah Berkaca Untuk Perolah Pengalaman Baru

16 Juli 2022   17:57 Diperbarui: 16 Juli 2022   18:07 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jangan dalam peritiwa lampau peristiwa sekarangpun banyak orang suka bersumbu pendek dan serta merta menolak atau menilai negatif, apa lagi terhadap peristiwa masa lalu yang kurang jelas. Kejelasan itu perlu bukan untuk mengaguminya, tetapi demi pemahaman kita.

Sebaliknya acara statiun pemancar TVRI mimggu ini bicara panjang lebar tentang sosok Bp.Muhammad Hatta, dari banyak segi dan sisi. Itu wajar bahkan sajian yang mulia dan bermutu. Sajian TVRI banyak kali memaparkan sejarah bangsa dan buah budaya kita dari seluruh pelosok tanah air. Itu wajar dan mulia serta sesuai selera pemirsa sejak awal sejarah siaran tv di negeri ini. Masyarakat kita yang pada umumnya menghargai dan berbangga dengan tradisi peninggalan nenek moyang.

Namun boleh dipercaya boleh tidak Pembaca bisa menemukan sekian puluh ramalan cuaca politik dan budaya didunia kita ini. Bermula meramal perolehan suara Pemilu 2024. ditilik pula mengapa seseorang bisa beroleh suara jauh melampaui yang lain. Mengapa seorang dianggap "dirinya sendiri" dan prestasi, dan yang lain sekedar berpegang pada "tradisi dan partai". Konon itu karena pemilih yang banyak dari generasi masa kekinian penikmat gadget dan teknologi baru.

"If we don't change, we don't grow. If we don't grow, we are not really living". kutipan dari seorang jurnalis penulis Amerika, Gail Sheehy (+1937). Kalau kita tidak berubah kita tidak tumbuh. Kalau kita tidak tumbuh kita tidak benar-benar hidup.

Untuk dapat dengan suka cita mengarungi kehidupan ini kita harus "mengikuti-gaya-hidup" ibu-ibu seperti tersaji di alinea pertama tadi. "Berkaca untuk berrefleksi". Setiap kali ingat kaca, setiap kali tiba pada satu peristiwa. Banyak peluang dimana seperti ibu-ibu itu sadar harus berkaca. Peristiwa adalah pemicu untuk segera berkaca. Berkaca adalan kebiasaan untuk melihat diri sendiri, berrefleksi.

Menyadari peristiwa peluang dan ajakan berrefleksi itu mana kala kita mau terbuka menimba tradisi bangsa, adat, keluarga, mana kala kita mau belajar sejarah, mau belajar kebijakasanaan orang lain yang sudah membuktikan dalam hidupnya nilau-nilai terpuji. Orang dari zaman manapun. Bahkan isteri kita sendiri, ayah bunda kita, kakek atau tokoh zaman kekinian. Bisa kita jadikan kaca refleksi.

Berrefleksi setiap kali dengan bantuan kaca kecil atau kaca besar untuk tampil masa kedepannya. Keduanya untuk dapat peroleh Pengalaman baru. Untuk masuk ke dalam peristiwa "berubah". Winston Churchill (1074-1905) , perdana menteri Inggris mengatakan : "To improve is to change, to be perfect is to change often." Silahkan Pembaca memastikan sendiri.

Sekian pengantar untuk perubahan barawal dari Pengalaman Lama untuk Pengalaman Baru. Dengan mana kita tidak pernah takut menjadi sekedar "stok lama." karena kita biasa berrefleksi.

Kepada Pembaca Yth, Salam hormat saya.

Ganjuran, Juli-16-2022. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun