Pada umumnya bagi wanita, para ibu, mengaca menggunakan kaca atau cermin sangat biasa dan akrab. Hampir setiap akan tampil tidak enggan periksa dulu wajah atau mekapnya dikaca kecil yang dibawa di tasnya. Dan pada kesempatan istimewa kesalon tersedia cermin besar, untuk memeriksa penampilan seluruhnya dilihat dan diulang periksa dimantabkan dari atas sampai bawah. Dari sudut kanan dari sudut kiri. Berkaca lalu periksa ulang. Itu kebiasaan dan biasa tidak dipermasalahkan setiap kali.
Sebelum membahas Bercermin dan Periksa ulang, saya ingin sajikan dahulu kisah ini, sebab kaca cermin itu sebenarnya ada dimana mana . https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/kisah-tni-tak-pulang-kampung-selama-18-tahun-berakhir-dikasih-hadiah-andika-perkasa-izin-pindah-dinas Hal ini juga dialami oleh seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), Letda Deny Adriani. Berita basi ini diulang-diberitakan videonya.
Pada video yang diunggah oleh akun Instagram @kepoun_trending, Letda Deny berdiri (dekat) Panglima TNI, Andika Perkasa dalam Upacara Prasetya Perwira TNI Angkatan Darat (AD) Tahun Ajaran (TA) 2020.Kala itu, Andika Perkasa masih berstatus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad). Dalam video tersebut, Andika Perkasa menanyai istri Deny melalu panggilan video. Deny diberi penghargaan untuk bisa memilih tempat kepindahannya. Peristiwanya tak perlu diulang. Ekornya boleh diteliti.
Video tersebut sontak mengundang berbagai respons dari warganet. "Baik banget, semoga aku juga bisa pindah deket orangtua," komentar warganet. "Kok nangis ya, hati ibunya terbuat dari apa, enggak egois," tambah lainnya. "Merinding 18 tahun Ya Allah," imbuh warganet lain. "Buah dari setia dalam perkara kecil, tanggungjawab, akhirnya Tuhan beri tepat sesuai waktunya, selamat bapak," tulis warganet di kolom komentar. "Makasih pak Andika, hormat saya pak, luarbiasa bapak," timpal lainnya. Saat berita ini dibuat, video tersebut telah ditonton ribuan kali.......
Kisah tersebut diatas bukan peristiwa Jendral dan anak buahnya. Ya itu juga, Â itu bingkainya cermin bagi saya. Tetapi pertanyaan Bapak Jendral ditujukan kepada Isteri Letda Deny, dan jawaban sang isteri menggambarkan jelas bahwa dia memang mengerti tugas suami. Tetapi isteri merasakan derita suami. Delapan belas tahun bertugas tak pernah pulang kampung. Itu menyentuh hati Ibu Jendral dan pembaca / pemirsa video.
Kisah diatas bagi saya adalah cermin besar di salon kecantikan kehidupan. Itu layak menjadi refleksi kita semua, (re=ulang-fleksi=balik) untuk melihat kehidupan kita. Merenung dan berbagi juga hasilnya untuk sesama seperti orang yang bermakeup untuk suatu penampilan didepan banyak orang.
Saya juga belajar dari Pasangan Tjiptadinata Effendi, yang dalam menulis banyak berbagi pengalaman hidup di Kompasiana ini tidak enggan mengkisahkan diri mereka dalam banyak hal. Khususnya Ibu Rosalia Tjiptadinata Seperti ketika dia mau berbagi tentang pentingnya isteri mengerti pekerjaan suami dst.
Kalau saya me r e f l e k s i  diri membuat kesadaran dan rasa syukur bahwa saya  pun juga dianugerahi seorang isteri yang sangat setia dan peduli pada diri saya. Saya menjadi mengenang bahwa memang saya memilihnya lebih dari pilihan yang lain. Sejak sebelum nikah saya memilihnya sebagai seorang tenaga medis agar anak-anak saya dan diri saya dikemudiannya terjaga kesehatannya. Puji Tuhan demikianlah yang saya alami.
Refleksi berkaca dari "peristiwa" mengenang ayah bunda, guru dan perawat, saudara kandung saya pun dua orang guru dan dua orang tenaga medis (bidan) Â Dan buahnya dari pilihan itupun pilihan kehidupan, yaitu komitmen dan kesetiaan. Dan itu tidak selalu mulus. Tenaga pendidikan dan kesehatan bukan seperti tenaga entertainmen ataupun usahawan.
Pembaca yang budiman. Salah besar bila melihat masa lampau seakan untuk memuji masa lampau. Salah besar bila melihat masa lampau untuk selalu membangkitkan kebesaran identitas orang masa lampau. Bila mereka besar itu kebesaran milik mereka. Tetapi apa yang kita peroleh ketika kita kebetulan membayangkan kehadiran mereka.
Masa lampau harus dilihat sebagai cerita, berita, peristiwa yang kita baca, kita pandang, kita lihat dan kita sebisanya ikut hadir dalam peristiwa itu biarpun cuma satu detik. Kehadiran kita sedemikian rupa hingga kita bisa menamainya peristiwa itu. Dengan kehadiran kita bisa mengambil sikap cerdas dan bijak seandainya kita memag masih berada disitu..