.......mata hati dan nurani memandang wajah kebesaran wajah semesta alam. Ketika kesadaran diri menemukan dosa perkataan, perbuatan, kelalaian dan itu  adalah pengingkaran Maha Cinta illahi yang ternodai  bermetaformosa menjadi  Derita Hati tiada tara tiada terobati  bagi manusia. Maha Cinta itulah dasar Maha Derita. Lengkaplah sudah dan itu Penyelamatan bagi kita. ..........
Kini kami sadar sesadarnya kematiannya membunuh kematian, kebangkitannya memuliakan kehidupan. Kini kami segar sesegarnya kehidupannya adalah jalan kebenaran dan keselamatan buat kami disini.  Kendati  kami mati akan dihidupkan, kami sakit akan disembuhkan, kami jatuh akan diangkat berdiri lagi.
Momentum berkah ada ditengah tengah kita, peluang-peluang bangkit ada di depan mata kita. Semua berkat sekali peristiwa besar yang dalam simbolisasi sehari hari diulang kembali  setiap hari. Peluang yang sangat sering diabaikan seperti doa  biarawan diabaikan oleh berandalan jalanan. ( dikutip dari tulisan saya:"Diselamatkan....  dalam prosa kehidupan.")
Diambil dari temuan baru dan penghayatan ulang terpapar diatas saya petik butir-butir strategis ini :
(satu) Fungsi pemikiran dan kesadaran orang adalah landasan utama dari seluruh kepribadiannya. Â Coba saja bila kita diperlakukan, diposisikan, ditempatkan (terhormat atau tidak), dibuat atau bahkan dikerjain. Coba saja kita sadar bahwa kita dicintai, diciptakan untuk dibahagiakan, ternyata kita tidak menghormati dan menghargai.
(dua) Dari pengalaman pribadi maupun kebersamaan berbangsa kita harus bersyukur bahwa bangsa kita dianugerahi Iman akan Tuhan Allah, melalui berbagai agama yang dihidupi di negeri ini.
(tiga) Secara pribadi kita bebas merdeka untuk mengambil sikap secara pribadi, sosial, berkeimanan, untuk pengembangan dan hidup tumbuh dalam kedamaian kebersamaan untuk kepentingan cita-cita didunia ini maupun diakhir hayat kemudiannya.
(empat) Ketidaktahuan sebagai kondisi batin yang sering disertai pelbagai bentuk keresahan mengawali pelbagai upaya dinamika maupun perubahan (tranformasi), menuju pada Pencerahan, dan tranformasi selanjutnya yang lebih pragmatis.
(lima) Pencerahan , tanpa mengurangi kehormatan pada Muhamadiah yang telah mengambil istilah pencerahan sebagai istilah khas : "instrumen konseptual untuk menjadikan gerakan Islam...terbuka, modern dst", Â saya mengambil arti yang lugas sebagai illuminasi, hal menjadi cerah, terang. Lebih khusus disini sebagai salah satu jawaban awal / terminal dari "kondisi batin: ketidak-tahuan." Pencerahan adalah titik sadar menerima kondisi terang, tahu sebagai jawaban pertanyaan yang diresahkan,dinantikan jawab penuh harap sebelumnya. Terminal, dari situ akan ada langkah lanjut yang lebih pragmatis.
Maka dari itu pertanyaannya menjadi : bagaimana mengelola "ketidak-tahuan" dan bagaimana mengharap dan memperoleh "pencerahan" yang biasa datang dari luar diri kita (dari Tuhan)? Â Saya ingin menjawab singkat sekaligus sepasang konsep itu : Â Hati bersih dan rendah hati.! Dan anda akan bahagia !
Bila Tuhan mengizinkan mungkin kita akan merenungkan bersama Apa itu Kebahagiaan dari Hati Bersih dan Rendah Hati itu.? Namun saya yakin Insan beriman pembaca tulisan saya ini pasti sudah lebih mantab untuk menjawab pertanyaan reflektif saya tersebut itu setelah ilustrasi dan keterangan analitisnya.. Â