Pertama saya ingin meminjam berita terkutip dibawah ini sebagai salah satu illustrasi yang saya harap Pembaca Yth paham maksud saya, tentang Konsistensi dan Kesetiaan, tersebut dalam judul.
"bali.jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan beberapa arahan ke menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/5) sebelum berangkat ke Amerika Serikat. Dalam pertemuan di Istana Negara itu, Presiden Jokowi menyampaikan sejumlah arahan, antara lain mencakup penanganan pandemi Covid-19 dan gejolak ekonomi global."
............"Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Masinton Pasaribu menyebut ada pesan tersirat saat Presiden Jokowi menyampaikan pesan penting itu.Masinton menangkap pesan bahwa Jokowi ingin para menteri fokus bekerja di kabinet ketimbang memoles citra menuju Pilpres 2024. Â Pendiri Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM) itu memaknai arahan Jokowi kepada menteri tentang konsistensi terhadap tugas definitif yang sudah dimandatkan. Berikutnya, kata dia, arahan Jokowi dimaknai untuk memahami kondisi sulit masyarakat yang terdampak langsung akibat pandemi Covid-19. "Kondisi sulit ini seperti ilalang kering yang mudah terbakar. Menteri-menteri jangan memantik api ke ilalang kering," jelas Masinton. (ast/jpnn)"
Pasti Presiden inginkan pemerintahan yang sukses dan membahagiakan rakyatnya. Itu syarat utama yaitu konsistensi terhadap tugas definitip yang sudah di mandatkan. Dan jangan bermain api menghadapi situasi yang kritis.(dampak pandemi dan gejolak ekonomi global)
Pesan arahan Presiden yang menurut Masinton Pasaribu adalah pesan penting, menurut saya kepentingannya lebih bersifat keseharian. Memang penting untuk dicatat dalam Diary para menteri yang nakal sering berkelana untuk pencitraan. Bukanlah pesan kebijakan pokok yang perlu dibahas lagi, melainkan untuk di laksanakan untuk tidak "memantik api keilalang kering". Memang penting !
Masinton mengatakan "memantik api ke ilalang kering," yang bisa dialih bahasakan "bermain api". Dan kata "bermain" adalah lawan dari "kesungguhan". Sebab Prof.Dr.N. Driyarkoro SJ. dalam bukunya Filsafat Manusia halaman terakhir terselip mengatakan : Permainan itu sesungguhnya terletak pada ketidak sungguhan.
Konsisten/konsistensisi pada umumnya berarti, tetap pada sikap/perbuatan tidak ada perubahan, lebih beraspek waktu : terus menerus tetap saja. Disana bisa mengandung makna kesetiaan, bila dipandang adanya obyek(tugas dll). Disana juga bisa dikatakan mengandung makna kesungguhan bila melihat cara mengerjakan(tidak main-main).
Selanjutnya saya hanya ingin cerita. Dan nanti baru kita refleksi. Cerita memberitakan kesaksian dan pengakuan orang yang bersangkutan, sebab mereka adalah "orang-dekat"-saya. Mereka orang sukses dan bahagia dari pengakuan dan penglihatan panulis ini..
Cerita kesatu : Pak Hud.SH,MM, teman seklas di SMP-SMA, saat berreuni di tahun 1995,sebagai pimpinan perusahaan asing dibidang HRD, minta agar anak saya mau menjadi pembantunya. Kebetulan anak saya baru setahun selesai sebagai sarjana psikologi dan sudah bekerja pada suatu LSM, yang dipimpin seorang teman seklas saya pula. Terjadilah negosiasi bertiga, Pak Hud, Pak Yadi, dan anak saya. Dan sungguh terjadi anak saya pindah kerja ditempat Pak Hud. Tetapi sekitar satu tahun berikutnya saya mendengar Pak Hud tidak lagi bekerja diperusahaan, ketika saya bertanya padanya jawabnya enak saja : "Mas, di perusahaan itu sudah bagus, tenanglah tentang anakmu. Saya menjadi malas bila kerja tanpa masalah. Profesi saya tidak untuk hanya menanda tangani daftar gaji karyawan. Jadi saya setya pada profesi saya, saya pindah ke perusahaan teman yang sedang bermasalah dengan karyawannya".
Cerita kedua : Sebut saja Bang Yok S.Psi, mantan anak buah Pak Hud SH.MM tersebut diatas, mengambil teladan pembinanya setelah 2 tahun, bang Yok pun pindah kerja bergabung dengan teman sealmamater nya, perusahaan lebih kecil tetapi berpeluang untuk belajar menuntut S2nya. Sebuah kepindahan yang masuk akal pula dan realistik sekali. Dia melihat banyak pelamar kerja diperusahaan asing tempat kerja semula itu sarjana2 bahkan S2/S3 Â maka dia merasa perlu menambah ilmu secara formal. Dan mamang berhasil. Dan nantinya setia pada profesinya sebagai Psikolog dia berhenti menjadi karyawan dan menekuni profesinya.
Cerita ketiga : Â Pak Har. Prof.Dr. Teman seklas yang sejak SMA dia sangat suka membaca. Teman-teman seklas yang sudah beberapa kali berkumpul, merasa seperti kehilangan karena dia tidak segera sempat bergabung. Dia berawal dengan bekerja sebagai TU sebuah majalah ilmiah populer, tekun pada pekerjaan dan lingkungan kerjanya daripada berkumpul-kumpul saja. Gelar kesajarnaannya diabdikan pada perguruan tingginya dan lingkungan profesionalnya. Orang sejenis ini masih ada dua teman seklas saya ini, yang mengabdikan diri di dunia pendidikan tinggi seorang di Yogyakarta seorang lagi di Australia.
Cerita keempat : Pak Wid BA sejak kami belajar bersama tidak ada masalah pelajaran sekolah, rangking selalu memihak kami, maka kami sibuk selalu dengan hoby dan pertemanan. Ternyata hidup dan berteman bagi kami membutuhkan keceriaan dengan hobby dan memelihara persahabatan dengan siapa saja. Banyak hal yang orang lain mementingkan,sementara kami sibuk dengan hobby. Kami mencoba selalu bekerja dengan tidak pernah membanggakan predikat dan sertifikat atau izasah. Pak Wid dulu kehilangan haknya untuk ujian kesarjanaannya di sebuah Institut Pendidikan Keguruan, karena terbukti 4 (empat)tahun merangkap kuliah bidang hukum di UGM. Dan Pak Wid lalu menekuni kewartawanan, Â sementara saya wiraswasta dan pulang kampung berpolitik berhimpun dalam partai saat itu (PDI sejak berdiri sampai mati).
Supaya terrasa lengkap ada cerita kelima : Pak Gun.BA. Adalah abang ipar saya sendiri. Seorang yang sangat sederhana dalam bersikap. Baginya tak ada beda dalam sikap perbuatan dan omongannya. Gagal mensejahterakan keluarga di Jakarta, diberi saran dan arahan saudaranya untuk pindah ke daerah dan menerima tawaran bekerja di BUMN Gula dan dilakukan dengan syukur dan hati gembira. Padahal di Jakarta sudah juga mempunyai posisi tidak rendah. Kesederhanaan dan kesungguhan kerja akhirnya berhasil meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga dan 5 orang anaknya menamatkan pendidikan semua.
Pengamatan saya terhadap ilustrasi cerita diatas sambil berRefleksi membawa saya pada catatan sebagai berikut:
(satu) Sukses dan bahagia ditandai minimal dengan berhasil membina kesejahteraan keluarga dan keberhasilan mengantar anak-anak kejenjang pendidikan yang sesuai. Selebihnya adalah bonus yang berbeda beda.
(dua) Kondisi termasuk status pribadi tidak selalu ada pada keputusan/pilihan pertama. Teman-teman seklas dari SMP SMA, tersebut diatas berkeluarga adalah status pilihan kedua setelah minimal 4 tahun kami sepakat bersiap untuk suatu cara hidup tidak berkeluarga. Akan tetapi demikian status berkeluarga itu dipilih kesetiaan dan konsistensi menandai mereka dengan sukses dan bahagia.
(tiga) Ada beberapa aspek penting dalam kehidupan yang harus dipilih sebagai pokok perhatian seperti tugas definitip yang sudah dimandatkan, profesi yang dipilih, target target perilaku yang sudah dipilih sesuai visinya. Disana kesungguhan dan kesetiaan harus diletakkan.
(empat) Â Masinton menulis "memantik api ke ilalang kering," yang bisa dialih bahasakan "bermain api". Dan kata "bermain" adalah lawan dari "kesungguhan". Â Kesungguhan adalah intensitas perhatian yang membuat seseorang intens dan konsisten pada sesuatu pilihan. Seseorang yang bermain api yang hanya main-main sewaktu tidak kepanasan dan bila terus menerus membuat kebakaran dan permaian dihentikan. Sebaliknya/lawannya orang yang memperhatikan dengan kesungguhan akan konsisten dan setia pada pilihannya.
(lima) .Pembelajaran dari cerita diatas banyak tersirat bahwa akhirnya kesetiaan dan konsistensi pada pilihan yang secara intens mendapat perhatian adalah sikap setia kepada kebenaran yang menyatakan diri disekitar atau di lingkungan kita. Â Dan itu pula kesetiaan pada prinsip dan kepribadian kita.
Kepribadian yang bisa setia kepada prinsip dan kebenaran lingkungan membutuhan kerendahan hati untuk konsisten menuju pada sukses dan bahagia. Begitulah kiranya Mindfullness, Self compassion, dan bersyukur sukses damai dan bahagia.
Demikianlah mulai dari membaca mengamati dan refleksi sampai pada pembelajaran yang dapat penulis catat. Semoga mempunyai arti buat Pembaca Yth. Akan tetapi tolong mohon maaf bisa ada yang tidak berkenan, dan terimalah salam hormat saya.
Ganjuran, Mei 12, 2022. Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H