Roma, DEWAN KEPAUSAN UNTUK DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA Â menerbitkan "pesan" dalam artikel pendek (dalam bahasa Indonesia sekitar 650 kata), berjudul "Umat Kristiani dan Umat Muslim: Berbagi sukacita dan duka". PESAN MENYAMBUT DATANGNYA RAMADHAN DAN IDUL FITRI 1443 H. / 2022 A.D. Kota Vatikan tertanggal 18 Februari 2022.
Sebagai berita sepertinya sudah tidak actual. Tetapi pesan yang disampaikan masih hangat, meskipun di Kompasiana sudah banyak disampaikan dan dibahas materi Ramadhan dan Idulfitri dari banyak segi.. Karena itu saya mencoba sedikit beda menyentuh materinya, penulis lebih ingin berbagi permenungan sendiri yang mungkin bisa makin mengaktualkannya.
Sambil menengok kehidupan keseharian kita sendiri maka "berbagi sukacita dan duka dalam Ramadhan dan menyongsong Hari Raya IdulFitri pesan dari Roma" (Pesan Berbagi) Â itu penulis meformulasikan dengan : Persaudaraan, Doa, dan Pelayanan. Dan pertanyaannya menjadi : Bagaimana meng optimalkan persaudaraan, doa, dan pelayanan itu di bulan Ramadhan yang masih ditengah masa ini ?
Sebagai suatu pola pikir bisa dikatakan "Pesan-Berbagi" tersebut diatas dimulai dengan melihat perderitaan mondial akibat Pandemi. Nyawa jutaan orang di seluruh dunia, termasuk anggota keluarga penulis. Yang lain ada yang jatuh sakit dan sembuh, namun mereka mengalami banyak rasa sakit yang berkepanjangan dan juga menderita sebagai konsekuensi dari virus.Â
Pandemi dan dampak tragisnya pada setiap aspek cara hidup kita, telah menarik perhatian baru pada salah satu elemen penting dalam hidup ini yaitu: "berbagi".
Mengapa pula sampai berfikir tentang berbagi  Karena saat ini, tertulis pada naskah itu : "Ketika Anda merayakan bulan Ramadhan yang berpuncak pada Idul Fitri, ingatan kita berubah menjadi rasa syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melindungi kita semua dalam Pemeliharaan-Nya." Â
Demikian penulis menangkap alur pemikirannya pada naskat itu : dari penderitaan nyata, ada pengalaman puasa/ibadat/doa, bersyukur, berbagi,atau melayani sesama. Â Dan dari itu penulis ini membuat judul tersebut diatas : Persaudaraan, Doa, Pelayanan.
Persaudaraan saya merasa sebagai fenomena yang akrab, nyaman dinegeri kita ini, baik dimasa Ramadhan maupun bukan. Persaudaraan dalam keluarga, antara adik dan kakak, antara menantu dan mertua (ada cerita di Kompasiana,kunjungan menantu ke mertua berbuka puasa, di Aceh!)Â
Banyak cerita tentang kehidupan bertetangga di desa yang tanpa banyak masalah kendati berbeda keyakinan agama. Ada banyak relasi, organisasi, dan komunikasi,silaturahmi, musyawarah, dialog di kisahkan antara warga dalam kerjasama gotong royong atau tanpa pamrih saling membantu dalam kehidupan sehari hari.
Justru disana kita melihat dorongan atau motivasi sosial keagamaan, dilanjutkan dengan bentuk kegiatan berbagi baik materi maupun non materi, yaitu perhatian, belarasa, maupun tenaga.
 Daya dorong dari diri pribadi dalam persaudaraan maupun dalam kegiatan keseharian ketika diwarnai oleh semangat doa, keterkaitan dengan ibadat seperti puasa dan buka bersama, akan diteguhkan dan dibantu melestarikannya. Itu juga dibuktikan oleh kehidupan biarawan biarawati yang merupakan tarekat persaudaraan berdasarkan kesadaran akan relasinya dengan Tuhan dalam doa.
Kita tidak mengecilkan nilai dan makna pelbagai bentuk Bantuan Sosial dari Pemerintah manakala dipandang perlu. Makna dan nilai bantuan di ukur dinilai dan dialami oleh masing-masing pihak. Pemerintah melaksanakan perudangan dan peraturan dan rakyat mengalami menikmatinya adalah sah dan wajar. Hanya Masyarakat kadang melupakan nilai berbagi pada saat menuntut dan berrebut pembagian tanpa peduli silaturahmi.
Bila kita tilik lebih dalam sebenarnya kita boleh perhatikan apa yang tarjadi di toko masa lalu, dimana ada pelayan. Atau disuatu kantor jasa yang selalu kita diberi partanyaan : Bisa saya bantu ? Â Pelayan itu membantu, dan sebenarnya berbela rasa kepada tamu/calon pembeli yang kerepotan. Keraguan yang mau dilayani.Â
Sebenarnya mereka berbagi perhatian untuk mengatasi kurangnya keyakinan tamu/calon pembeli. Bagi pelayan dengan pelayanannya mengambil kesempatan Berbagi. Itu berarti Berbagi itu bisa dengan Melayani. Hidup ini memang saling Melayani dan itulah salah satunya dari Berbagi..
Perbuatan Berbagi, dimulai dengan Semangat Berbagi. Sebab Semangat berbagi atau bentuk terbaik dari Berbagi muncul dari empati dan kasih sayang yang efektip kepada orang lain. Bagaimana berdoa dengan baik memuji Tuhan Hyang Maha Kasih, jika melihat saudaranya membutuhkan tetapi menutup hatinya pada saudaranya itu.
Bila itu dilanjutkan saya ingin mengutip kata Paus Fransiskus yang menegaskan bahwa "berbagi rasa sakit bersama akan menjadi berkurang setengahnya dan berbagi sukacita bersama akan menjadi berlipat ganda" (Scholas Occurrentes, 11 Mei 2018).
Berangkat dari kutipan diatas Semangat berbagi yang muncul dari empati suci perolehan dari berdoa, bisa muncul perasaan yang sentimentil bila ada kesempatan penuh rasa syukur dan suka cita. Dan disitu lagi rasa persaudaraan terpacu lagi. Terbangun kesadaran kekerabatan, kesadaran akan solidaritas, kesadaran akan kedekatan, atau kerinduan untuk saling bertemu dan berbagi kegembiraan.
Pembaca Yth, serba sedikit telah disebut Persaudaraan yang akrab bagi kita, Doa yang pasti sedang dalam kesadaran optimal anda, dan Pelayanan sebagai wujut nyata kehidupan bersama saya yakin bahwa "Berbagi" merupakan benang merah yang merangkai ketiganya. Sebab dalam warna yang spesifik pengertian Berbagi ada pada ketiganya.
Maka bagaimana Mengoptimalkan persaudaraan, doa dan melayani sesama, tidak lain hanya dengan bersemangat berbagi. Dan dengan suka cita ingin saya menyampaikan kata penutup dari Pesan dari DEWAN KEPAUSAN UNTUK DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA, pesan atas nama Paus dan Gereja Katholik kepada segenap Umat Islam sedunia kalimat ini :
"Harapan kami, saudara-saudari Muslim yang terkasih, adalah bahwa kami dapat terus berbagi sukacita dan duka dari semua tetangga dan sahabat-sahabat kami, karena kasih Allah menjangkau setiap orang dan seluruh alam semesta.Sebagai tanda kemanusiaan dan persaudaraan kita bersama yang mengalir dariNya, kami mengharapkan anda memiliki Ramadhan yang damai dan penuh berkah, sebuah perayaan 'Idul Fitri yang juga penuh sukacita." (Dari Vatikan, 18 Februari 2022. Miguel ngel Cardinal Ayuso Guixot, MCCJ Presiden.)
Teriring permohonan maaf bila ada kesalahan dan kekurangan, saya sampaikan salam hormat kami. Tersisip Selamat Tri Hari Suci, bagi saudara saudari kristiani.
Ganjuran, April, 14, 2022. Emmanuel Astokodatu.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H