Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sadar - Sehat - Semangat

1 Maret 2022   12:46 Diperbarui: 1 Maret 2022   12:55 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kembalilah Pada Dirimu Sendiri.

Sejak tulisan terakhir saya disini, saya merasa malas berfikir, apalagi menulis. Itu membuat rasa bagi saya yang saya sebut kesepian. Kesepian akibat kemalasan berfikir. Jiwa menjadi kosong. Saya gak tahu apa anda pernah mengalami hal yang demikian.

Biasanya dalam keadaan demikian saya tetap berupaya membaca sebanyak mungkin. Tetapi dari tulisan dan ke tulisan yang saya awalnya anggap inspiratip, bisa saya ambil informasi yang inspiratip pun otakku berhenti tidak mau berproses.

Sudah saya lewati baca kontroversi wayang dan keharaman, Azan yang diatur dan diibaratkan lalu menjadi mengkait posisi pejabat. Hingga saran untuk penceramah agar berperspektip luas, mempertimbangkan masalah sosial, budaya, kearifan lokal dan nilai-nilai lain yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang majemuk dan plural.

Berita yang sering saya dengar dari anak yang biasa saya perhatikan saya malas berfikir tentang kasus dugaan investasi bodong aplikasi Binomo.dan Indra Kenz sebagai salah satu saksi terlapor, diperiksa dan memang ada dugaan tindak pidananya dalam kasus itu..Yang demikian biasanya otakku merespon dan membuat analisa ulang atau lanjut.

Akan tetapi memang peristiwa dunia menyentak kemanusiaan adalah perang. Masyarakat kita tidak mendengar sedikitpun suara letupan pestol atau suara komando dimulainya satu serangan. Tetapi perang dan pembunuhan masal terjadi di Ukraina oleh Rusia tetap menjadi satu momentum yang harus mendapat jawaban atau respon tanggapan nurani yang sehat.

Peristiwa dunia dan hal-hal yang sungguh terjadi tetapi jauh dari posisi nyata keseharian ini membutuhkan suatu kesadaran sanubari yang sangat khusus. Bagi penulis pribadi yang kristiani beruntung di ingatkan disiapkan sudah beberapa waktu yang lalu untuk peduli dan berdoa bagi perdamaian dunia. Perdamaian dunia sebenarnya semula masih belum mengerucut pada soal Ukraina dan Rusia, tetapi pun juga perdamaian batin dalam pertobatan bagi setiap insan beriman.

Dan saya juga tidak bisa mengingkari melihat keteladanan gembala saya Sri Paus Fransiskus yang dengan semangat perdamaian dan kedamaian serta kerendahan hati peduli kepada orang kecil dan kaum penderita..

Dalam posisi demikian terbersit dalam memori saya perilaku seorang guru di SD zaman dulu itu. Diwaktu jeda pengajaran dan siswa bertebaran istirahat dihalaman sekolah, Pak Darmo itu berdiri di muka ruang istirahat guru. Pak Darmo tidak seperti guru yang lain yang berada diruang guru untuk minum atau berbincang dengan sesama guru.

Pak Darmo didepan ruang istirahat guru itu berdiri menebar pandang mengamati siswa-siswa.  Dan ketika jam pelajaran dimulai lagi, Pak Darmo selalu memberi petuah dari dan tentang kelakuan kami selama istirahat. Disaat jeda ternyata Pak Darmo berbagi perhatian kepada kehidupan bebas para siswa.

Saya mendapat pembelajaran dari m e m o r i  saya sendiri tentang guru Pak Darmo, yang diwaktu  "j e d a" membuat kegiatan berbagi  p e r h a t I a n pada suatu obyek. Saya menjadi sadar mengapa justru ingatan saya sendiri memberi pelajaran.

Padahal baru saya baca pula Peneliti Paul Frankland dan Blake Richards dari University of Toronto memaparkan bahwa peran sesungguhnya dari memori atau ingatan bukan untuk menampung informasi dari waktu ke waktu. Tetapi tujuan memori adalah untuk mengoptimalkan pengambilan keputusan berdasarkan apa yang penting dan relevan. dalam keputusannya. "Penting bagi otak untuk melupakan detail yang tidak penting dan relevan dan fokus pada hal-hal yang akan membantu membuat keputusan di dunia nyata," kata Richards, (dikutip dari CNN). 

Dalam penelitian itu menjadi sebuah hal yang lucu selain pentingnya melupakan hal yang kurang penting, juga menunjukkan suatu tanda kecerdasan seseorang. Hal itu dibuktikan kehebatannya dalam ambil keputusan yang jitu.

Pembaca Yth, silahkan merefleksi lanjut atas kebenarannya penelitian menyangkut hal kecerdasan itu. Akan tetapi pengalaman saya diatas justru saya terhibur tercerahkan oleh sebuah memori.

Dan dari sekarang pertanyaan saya:  kerja otak yang macam apa yang dibutuhkan untuk "menavigasi dunia kita" untuk mengendalikan perahu dilautan luas kehidupan kita yang tak bisa ingkar melihat perisitiwa mondial dalam pelbagai cuaca ???

Dan dahyatnya pengalaman saya itu akan membuktikan apa saya cukup cerdas bila berpendapat bahwa ada tiga hal yang penting menjawab pertanyaan diatas.

Pertama , Kembalilah dahulu kepada dirimu sendiri. Sadar diri, yang menurut istilah Filosofi Jawa : Mulat Salira,hangrasa wani. Penguasaan diri yang ditunjang oleh pemahaman tentang diri sendiri. Siapa diri ini dihadapan Tuhan dan ditengah lingkungan sesama dan semesta dunia. Disini memang penting adanya keheningan.

Kedua : Peduli lingkungan, Sehat dan sadar kesehatan sesama. Terlahir dari kesadaran terhadap sesama dan lingkungan, kita tidak cukup cerdas bila tidak menerima Prokes dari Pemerintah. Prokes di "undang"kan, di peringatankan bahkan di mimbar khotbah semua agama dan pertemuan kemasyarakatan.

Ketiga : Terbuka dan Semangat, yang berarti sukap positip berdasarkan berfikir positip. Berfikir positip saya renungkan sebagai suatu pandangan dan pilihan mengarah pada yang ter baik, minimal yang paling kurang buruk. Itu menjadi sikap yang selalu positip, berharap, dan mengusahakan selalu yang terbaik.

Untuk ketiga hal harus dilatih, diuji coba dengan berusaha disetiap peristiwa melakukan pendekatan Globally thinking locally act. Tidak menutup mata Melihat peristiwa Global untuk nanti bersikap Mulat Sarisa hangrasa wani berbuat merespon sesuai skala tindak yang dimampukan.

 Pentingnya sikap dasar dalam bertindak  Globally thinking itu kita bisa belajar dari ilmu managemen bisnis dengan istilah Big-data. Sebagai dasar pengambilan keputusan bagi perusahaan agar lebih tepat dan akurat itu didasarkan oleh data. 

Mengetahui tanggapan masyarakat terhadap produk maupun jasa yang ada melalui analisis sentimen. Lalu meningkatkan dan mengelola citra merek di mata pelanggan melalui pengamatan terhadap perilaku pelanggan. Dengan begitu mengetahui tren pasar dan keinginan dari konsumen. (Monique Hoesan)  di Kompasiana.com dengan judul "Pemanfaatan Big Data dalam Meningkatkan Pelayanan Pariwisata". Klik untuk baca.

Selanjutnya sikap dasar pilihan bertindak Locally Act, kita memilih apa yang segera bisa dilakukan untuk target terdekat seperti : jaga kedisiplinan sendiri dalam acara rutin seperti berdoa,meditasi, senam, perhatian akan pekerjaan rumah, perhatian untuk keluarga, protokol kesehatan.  

Kembalilah pada dirimu sendiri bukan berarti menutup diri, tetapi terbuka tanpa kehilangan kepribadian. Belajar dari Pak Darmo saya tidak lagi kesepian. Memberi kepedulian dan perhatian pada sesama dan lingkungan kita tidak kehilangan tetapi mendapatkan. Dan yang terdekat menjadi catatan perhatian adalah diri kita sendiri.

Diri kita sendiri adalah jiwa kita yang adalah teman terdekat kita sembari menjadi penopang bahkan sumber energi untuk menjadi diri sendiri berbagi untuk dunia. Kepada satu satunya teman ini kita, jiwa, kita bisa berbincang bercurhat untuk positipnya kini dan kedepan kita.

Kembalilah kepada jiwa diri dan teman pribadi, jangan gelisah jangan kesepian, tetapi semangat  merespon dunia.

Demikian catatan permenungan hari hari terakhir menutup bulan ini  Siapa tahu ada manfaat bagi Pembaca yang saya hormati. Maka tolong terima salam hormat saya.

Ganjuran  Februari, 28,2022,  Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun