Tetap setia pada Prinsip.
Kebimbangan mengikuti proses sering kali itu yang menjadi pokok permasalahan. Padahal seringkali kebimbangan itu belum menjadi tantangan pokok. Bimbang itu kelemahan yang manusiawi dan sudah diperingatkan bahwa kita senang mengeluh "Rasanya tidak enak dilihat orang, atau jangan-jangan orang mengira kita ini tidak tahu adat".Pepatah ini seperti signal peringatan adanya kondisi yang meragukan : "Ewuh aya ing pambudi"
Bagi mereka yang terlatih menggunakan pertimbangan nalar rasional, berpeganglah pada prinsip, moral dan iman agama. Bagi yang suka olah Roso heningkan diri agar ada kemantapan rasa,cipta,dan karsa.
Disini ada pepatah "Dora sembodo", tidak membuka kebenaran untuk meraih kebaikan, secara moral itu memilih dosa yang paling lebih ringan.(minus malum). Juga Tidak mengatakan apa yang sebenarnya selalu dikatakan kebohongan(dora). meskipun orang sebenarnya siap bertanggung jawab (sembodo). Itulah logika orang pada umumnya.
Bila kita mengalami kondisi yang ewuh aya ing pembudi atau serba repot mempertimbangkannya, nasehat untuk bener-benar Sembodo adalah "Rila lamun kataman, kelangan ora gegetun." Rela terancam kehilangan dan tidak menyesal bila kehilangan sebagai "janji pada diri sendiri" sebagai konsekwensi tanggung jawab.
Menakar keberanian.
Langkah berrikutnya adalah menakar keberanian. "Yen wani aja wedi-wedi, yen wedi aja kumawani" Â artinya "Kalau berani jangan kecil hati ketakutan, Kalau takut jangan bersikap seakan-akan berlagak berani. Â Nasehat ini hendak memberi pesan orang harus tidak setengah-setengah. Dan gunakan keberanian karena berprinsip, dan sudah terbiasa spontan mengukur kemampuan. Namun bila dalam pertimbangan prinsip dan kemampuan meragukan, jangan lah berlagak berani, sebab akibatnya bisa fatal.
Ambil Sikap Pasti.
Meskipun situasi ewuh aya ing pambudi, dalam kehidupan memang harus menghadapi parmasalahan dan tidak bisa selalu menghindar. Bukan permasalahan pasti teratasi, tetapi pasti orang harus mensikapi. Sebab kita sudah sanggup hidup dan hidup harus dipertanggung jawabkan. Iman tidak menghapus beban hidup mungkin membuat rasa ringan memikulnya. Pitutur Leluhur mengatakan : Gagah kejibah, mingkuh ketempuh. Artinya : Tanggung jawab itu wajib, lari tanggung jawab itu terhukum.
Belajar sambil membuat sistem penalaran pitutur nasehat leluhur ini memberi kesan bahwa para lelehur kita dan pengembang penghidup pitutur ini sungguh berangkat dari kepercayaan kepada Sangkan Paraning Dumadi, yang sehari hari dihayati. Selanjutnya terkesan pula bahwa leluhur kita ini juga bukan klan suku pengembara (nomaden) dan berperang tetapi petani yang memelihara dan damai dalam budaya kehidupan bersama.
Sekali lagi tulisan ini jauh dari juklak menghilangkan masalah apalagi resep menghapus beban kehidupan, tetapi beban dan masalah bisa dikelola dengan cerdas dan dihadapi dengan sukses bila digunakan strategi dan persiapan yang bijak. Tulisan ini juga ingin ikut membuktikan bahwa filosofi pututur kebijakan Leluhur ini sangat rasional, realistik tidak kurang bijak dari cara berfikir barat yang dianggap modern uptodate. Namun kemanfaatannya akan dibuktikan oleh Yth Pembaca yang berkenan merenungkannya.