Permenungan ini jauh dari pengertian Juklak, Petunjuk pelaksanaan tetapi sebagai upaya catatan rasional dari beberapa saran atau nesehat dari penghayatan filosofi Pitutur Leluhur, yang menggema dalam kehidupan Nusantara.
Tahun Toleransi 2022, yang dicanangkan Pemerintah mendorong lahirnya tulisan ini pula yaitu untuk memperkenalkan secara benar lepas dari dimensi dugaan negatip dan intoleransi. Sebab juga mungkin watak dasar insan penghayat, pencetus, dan pengembang filosofi pitutur ini menggunakan potensi energi manusia yang berbeda-beda tensi, dan filosofi itu dihidupi oleh kelompok yang sudah makin tersebar domisilinya diseluruh Nusantara bahkan di negeri seberang.
Identifikasi masalah.
Untuk kepentingan tulisan ini sebagai Catatan rasional, dan memang sekali gus sebagai butir petuah langkah pertama yaitu perlu ada penegasan apa sebenarnya yang sedang dimasalahkan.
Nasehat Leluhur tentang Masalah Kehidupan sebagai pandangan menyeluruh, konteks global, memberi pesan bahwa kehidupan sebenarnya adalah justru sekedar suatu pemberhentian sementara dari perjalanan jauh menuju Tujuan. Dikatakan "Urip sejatine hamung mampir ngombe." (hidup sebenarnya sekedar istirahat untuk minum) Maka harus selalu "Eling lan Waspada". "Eling Sangkan Paraning Dumadi". Selalu sadar dan waspada, sadar akan Asal muasal kita manusia (Sangkan) menuju kembali ketujuan (Paran) yaitu asal muasal tadi juga.Â
Belajar dari nasehat ini kita bisa melihat dimensi waktu dan visi global. Untuk dua hal tersebut dengan tetap penuh kesadaran dan kewaspadan, perlu identifikasi lebih jauh. Seperti misalnya masalah memenuhi kebutuhan dasar/primer, masalah keluarga/ pendidikan anak,dan selanjutnya masalah yang sungguh sekunder.
Atur Waktu dan Antisipasi.
Dalam menghadapi masalah waktu kita tidak boleh tinggal diam, istirahat tanpa berbuat sesuatu. Maka nasehat berikutnya adalah : "Aja nggege mangsa", Jangan memaksa dan merusak aturan proses dan waktu. Para leluhur memberi nasehat ini terkait dengan iman kepercayaan bahwa kehidupan itu semua diatur oleh Tuhan, dan atau atas izin dan ridlo Tuhan.
Kesabaran manusia dinasehatkan dengan sikap antisipatip ini : "Elinga Gabah digegem buthuken, disebar lemah, ngebaki sawah". Ingat gabah padi bila disimpan membusuk, tetapi bila disebar ketanah, memenuhi sawah. Kita sudah harus spontan bekerja (kerja sawah, tanam padi) juga sebelum harus menghadapi masalah kebutuhan lain-lain dalam kehidupan.
Atur Strategi dan ukur kemampuan.
Ada pepatah dan nesehat yang sangat sering ditafsirkan negatip dan distigmasikan pada pemberi dan penerimanya. "Sluman slumun slamet" dan "Gremat gremet waton slamet, alon-alon waton kelakon" Artinya : Keluar masuk selamat. Dan berjalan dengan langkah perlahan, asal selamat, pelan-pelan asal berhasil. Nasehat itu bukan saran bekerja santai perlahan-lahan. Tetapi suatu strategi mengukur kemampuan dan tidak mau tergesa gesa minta tolong sebelum usaha sendiri dengan penuh kecerdasan tanpa kecerobohan..