Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Tua Ketika Memenuhi Panggilan Hidup

22 November 2021   18:41 Diperbarui: 22 November 2021   18:55 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memenuhi itu diawali dengan mengisi. Setelah mengisi, tampak masih ada ruang barulah kerja memenuhi. Panggilan hidup dimaksudkan adalah alur kehidupan yang ditempuh seseorang, dengan kesadaran dan tanggung jawabnya  Kesadaran itu bisa dimulai sejak awal dimasa muda, bisa setelah dewasa dan bekerja dan atau berkeluarga.

Pertanyaannya kapan kita bisa "memenuhi panggilan hidup itu" selama dalan proses kita masih terus harus mengisinya.? Seorang Aswin Gregori N. menjawab bahwa dalam berproses memenuhi panggilan hidup sendiri adalah sudah berproses menjadi tua.

Pada tahun 1995 menghadiri undangan pertemuan regional aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Government Organization (NGO) di Purwokerto Jateng, saya dipertemukan dengan seorang teman aktivis pribadi yang peduli terhadap penanganan lansia di pedesaan. Aktivis ini seorang ibu yang mampu membangun relasi sangat luas, dengan pelbagai lingkungan kerja. 

Selain suaminya yang serasi juga sama semangatnya, ekonominya juga kuat, kepedulian sosialnya bukan main. Ibu itu dengan bermodal mobil, telepon genggam, menyisihkan dana dan waktunya untuk peduli kepada para lanjut usia di pedesaan. Hampir setiap hari pada saat itu, hilir mudik dari kota Yogyakarta kedesa sekitar 35 KM ke sebuah desa di bukit Menoreh. 

Didesa itu Sang Ibu melatih muda-mudi yang terpilih untuk melayani orang-orang lanjut usia di rumah mereka masing- masing. Usaha itu tentu saja diterima dengan tangan dan hati terbuka oleh pejabat desa setempat karena tanpa ada anggaran desa, semua dana ditanggung ibu tersebut. Katanya dari hasil kerja sambil-lalu sebagai agen tak resmi dari perusahaan Asuransi Jiwa..

Sebelum bicara soal tersebut pada Judul, cerita pertemuan diatas sepantasnya sudah bisa diambil pesannya dua hal pokok penting :  Kepedulian (1), Lansia (2)

Bicara tentang Kepedulian social memang lantang bergaung dan bergema didunia LSM atau NGO. Sebab dibanding dengan Pemerintah yang disana harusnya bicara tentang bantuan social (BANSOS) dengan Program Anggaran serta juklak juknisnya, sementara di LSM atau NGO kepedulian itu diolah dan diupayakan pendanaannya baru dilaksanakan program. Maka ketika seseorang atau lembaga dapat mengadakan dana program social disitulah tumbuh kegiatan dan perkembangan social masyarakat. Pada saat itu tumbuh semarak dimana mana gerakan yang dinamakan LSM. 

Tetapi tidak bisa menutup mata bahwa kepedulian social bisa menjadi komoditi, dijual untuk mendapat "laba". Dan ada kepedulian social yang disalah gunakan untuk perisai korupsi duit rakyat, rakyat yang seharusnya dikucuri dari duit rakyat itu sendiri. Namun pula dengan managemen yang canggih (fundrising) ada LSM yang sukses membangun kelembagaannya dari sisa-sisa beaya proyeknya.  

Kepedulian social sebenarnya adalah rasa sayang kepada kemanusiaan. Rasa dan kesadaran sosial sesuatu yang berproses disadari hingga dilahirkan dalam perbuatan. Seperti diajarkan oleh Pancasila, Peri Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kepeduliaan social lahir setelah ada Kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga kepedulian social tidak sangsi berdasarkan kemanusiaan, keadilan dan keadaban masyarakat.

Selanjutnya Lansia (2)dalam kesadaran saya seperti dalam paparan diatas adalah kelompok manusia yang sudah berusia panjang/lanjut, purna tugas tetapi masih diberi Tuhan kepanjangan usia.

Dalam paparan singkat diatas saya melihat Lansia sebagai obyek perhatian untuk "dipedulikan".  Kepedulian yang diberikan berrupa support dukungan atas keadaan fisiknya yang sudah melemah. Support dan bantuan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan minimal untuk hidup wajar, sekurangnya bisa memenuhi kebutuhan gerak kesehariannya.

Sementara itu sebenarnya demi perikemanusiaan yang adil dan beradab, lansia masih lazim mendapat kehormatan dalam keluarga masyarakat kita. Dalam keluarga ayah saya tempoh hari masih ada tiga orang lansia terhormat, nenek saya itu ibunda dari ayah, ibunda dari ibu saya, dan nenek dari ibu saya. Mereka ini sangat dihormati dan dijaga oleh segenap anggota keluarga jangan sampai kelelahan atau berjalan terantuk mungkin hingga terjatuh.

Penghormatan dan penempatan lansia dalam pelbagai budaya lokal di Indonesia tidak semata disisihkan keatas, tetapi sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan masih diminta petuah atau petunjuk adat dan moral kemanusiaan.

Demikian itu Lansia yang membutuhkan bantuan. Tetapi itu pula adalah tetap subyek yang mempunyai kesadaran tentang (penempatan) dirinya sendiri. Dengan kata lain mereka subyek yang sadar "menjadi tua", yang masih harus "memenuhi panggilan-hidup" sesuai kesadarannya.

Proses "memenuhi panggilan hidup dan menjadi tua" itu sebenarnya sudah mulai sejak orang memasuki hidup kerkeluarga. Lelaki perempuan bahagia menjadi ayah dan ibu. Yang dahulu harus bertanya, minta izin, menghormati, begitu menjadi ayaha bunda ditanyai, diminta, dan dihormati. Dalam masyarakatpun mungkin dituakan dan dihormati.

Selanjutnya pula proses menjadi tua ketika melepas anak-anak menjadi dewasa yang mandiri lepas dari ikatan lingkungan sempit. Tetapi apa sebenarnya yang terjadi.?  Kasih sayang ayah bunda melebar kepada menantu dan keluarga besan pun masuk dalam cakupan kepeduliannya. Kasih sayang kepada orang lain menjangkau lebih luas.

Proses memenuhi panggilan hidup itu semakin identik dengan "menjadi tua" yang disadari bersama bertumbuhnya cakupan kepedulian sosial  Dan itu ditampakan dalam setiap tahap bertambahnya keluasan orang-orang yang menjadi perhatiannya. Dari anak ke cucu dst.

Proses menjadi tua juga menjadi jalan kasih sayang kepada sesama semakin luas. Tetapi dalam hidup sehari hari boleh dipertanyakan : Apakah hal itu cukup disadari "menjadi tua jalan menjadi luasnya kasih sayang" ?  Saya kuatir  yang lebih dipikirkan orang semakin beratnya beban beaya hidup.

Sebab memang proses menjadi tua juga harus menghadapi tantangan dari kelompok angkatan umur. Tidak jarang ada konflik antara ayah dan anak. Konflik antara kelompok generasi muda dengan generasi lebih dewasa dan sebagainya. Proses menjadi tua sangat sering terpaksa membuat kesepakatan pasif dan tanpa rumusan tegas. Lebih lunak dikatakan proses menjadi tua sering harus berkonfrontasi dengan keadaan nyata yang tidak mendukung. Maka dari itu Proses menjadi tua dari seorang subyek merdeka juga harus merupakan dambaan dan upaya, bukan sekedar hadiah dari orang lain.

Sudah banyak kata bijak diberikan kepada lansia dalam berproses lanjut menjadi tua. 

(A)Maka  Marilah sekali waktu merenungi kembali proses hidup panggilan kita. Asiik lho kembali kehulu seperti harus mengarungi jeram-jeram diarus deras kehidupan, untuk lagi mengalami perasaan suka duka ketegangan dan keriaan dan untuk kemudian dapat menemukan kepenuhan gairah hidup dihilir yang tenang dan dalam.

(B)Maka merunut pandangan G.N.Aswin tersebut diatas saya pun ingin menegaskan bahwa akhirnya menjadi tua itupun adalah jalan kita menuju kepada diri sendiri dan sesama dalam kasih sayang kebersamaan mengikuti proses panggilan hidup ini.

(C)Permenungan "menjadi tua" ini semoga menyadarkan tidak hanya soal menjaga kesehatan, menunda kepikunan, tetapi lebih pada sikap bersyukur dan kesadaran bersama untuk saling menghormati dan menyayangi antar generasi untuk bersama memenuhi panggilan hidup bersama..

Dan tolong terima salam hormat saya, kepada Pembaca Yth Lansia dan yang terkasih kaum muda.

Ganjuran  November 22, 2021. Emmanuel Astokodatu

Diaspirasi oleh :  Nouwen Henry J.M. & W.J.Gaffney   A Going the fulfillment of life.  New York 1996.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun