Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merenung, Dapatkah Aku Jadi Pahlawan?

3 November 2021   18:13 Diperbarui: 3 November 2021   18:20 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbagi untuk belajar dan menimba balik, menjadi refleksiku dalam menulis tulisan ini. . Memberikan (segala) sesuatu barang atau kesukaan kenyamanan rasa enak kepada orang lain biasa disebut berbagi. Berbagi informasi tentang kebenaran juga salah satu hal yang lazim, sambil mengharap informasi itu menjadi bahan refleksi orang lain. Maka enak didengar ketika Benyamin Franklin mengatakan: "When you good to others, you are best to yourself".

Mengapa judul tulisan ini disebut kata ganti AKU ? Pertama memang ini refleksiku yang ingin kubagikan, pemahamanku yang ingin ku konfirmasikan, dan sangat diharap pantas dibagikan. Untuk itu aku belajar dari pendapat seorang Margie Warrell, tentang keberanian "Brave", judul salah satu bukunya.  Sangat pantas merenungkan dan internalisasi diri dalam menyambut Hari Pahlawan 10 Nopember. Dan keberanian "Brave" merupakan keutamaan yang memiliki vibrasi tinggi dalam banyak segi kehidupan orang-orang hebat didunia ini..

Sementara 'pahlawan' menurut pendapat sederhana adalah pejuang, pemberani, pelaku tindakan yang berani untuk kepentingan orang lain, orang banyak atau Negara, seperti tersimpul dalam kata-kata ini: Pahlawan Pejuang Kemerdekaan RI, Pahlawan Nasional, Pahlawan Pembangunan. Ada pula notasi pahlawan itu sebagai pelaku tindakan yang sudah terbukti terjadi. Pernah ditulis disini ketentuan pemerintah dalam menetapkan seseorang untuk dinobatkan menjadi Pahlawan.

Jadi Pahlawan itu pasti pemberani. Tidak mungkin seorang pejuang kemerdekaan itu seorang penakut. Tak mungkin seorang penakut tahu dan mau atau tiba-tiba bertindak untuk kepentingan orang lain atau orang banyak. Tidak terpikir oleh penakut. Kecuali tiba-tiba ada tekat dan keberanian mengambil keputusan yang berani. Suatu spontanitas yang bisa saja terjadi.

Yang mudah dipahami Pahlawan itu mempunyai keberanian, kesadaran untuk bertindak untuk kepentingan orang lain tidak mementingkan diri sendiri, dan mempunyai peluang sehingga terbukti ada tindakan nyata tersebut.

Namun dipengaruhi Margie Warrel pemahamanku untuk aku dapat menjadi pahlawan itu tergantung pada waktu dan dijalaninya jiwa kepahlawanan yang berani itu di sepanjang hidup. Sebab keberanian itu warna yang mengedepan dalam kehidupan pahlawan, dan Margie Warrell menolongku melihat lima aspek dibawah ini : :

Pertama, Keberanian itu berakar pada diri dan kepribadian orang seperti tampak dalam orang yang mengambil keputusan untuk menentukan tujuan hidupnya, statusnya.  Margie Warrell justru mengatakan untuk memiliki keberanian, orang harus memiliki tujuan hidup.  

Dengan memiliki tujuan hidup yang diyakini, keberanian akan dimiliki juga pada saat harus membutuhkan keberanian mengambil keputusan. Hal itu juga bisa kita sadari saat kita memilih jodoh untuk membangun hidup pernikahan yang berdasarkan beliefe tertentu yang adalah pilihan untuk seumur hidup. Pasti keberanian ada, dan ketika hidup pernikahan gagal itu menjadi perkara serius. Sebab perjanjian nikah bukan perjanjian bersyarat. Tetapi katakan sampai mati,  "sampai salah satu pasangan meninggal.".

Kedua, Keberanian itu juga tampak dilaksanakan dalam kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan sikap altruis. Hanya seorang yang memiliki keberanian yang mampu berkomunikasi dan berinteraksi untuk kepentingan sesama, mendahulukan orang lain dari kepentingan sendiri. 

Ada Lembaga pendidikan orang muda yang memberi semboyan siswanya untuk jadi seorang "one for others". Pada saatnya banyak alumni sekolah itu yang menjadi pemimpin masyarakat yang sukses karena penuh keberanian dalam kepemimpinannya.

Ketiga, Keberanian itu terbukti dalam semangat kerja dan konsistensi dalam menuju target. Dengan bahasa keseharian orang pemberani juga gigih berjuang untuk mencapai yang dikehendaki. Mungkin orang itu terpaksa berganti cara atau waktu tetapi kegigihannya menuju target tidak hilang. 

Keempat, Keberanian itu konsisten dalam banyak perilaku dan tindakan nyata. Itu merupakan akibat kegigihan pemberani yang mungkin bisa mau mengubah satu dua tindakan, tetapi tetap tampak garis niat dan tujuan yang dikehendaki. Orang lain memakai adagium : Globally thinking Act locally.

Kelima, Keberanian itu harus terus diper 'dalam', dengan adanya internalisasi menjadi dirinya. Dalam kehidupan melalui pengalaman suka dan duka orang selalu dijadikan semakin matang semakin dewasa, lebih dari sekedar jumlah umur, tetapi kepribadian dewasa. Proses menjadi dewasa itu proses pematangan suatu pendapat menjadi niat dan kehendak, dalam kedalaman pribadi. Watak pemberani dalam seluruh gaya hidupnya.

Maka Keberanian seutuhnya: Berani menjadi diri sendiri, tidak segan minta pertolongan, bertanya, berani karena benar, tidak takut salah, menunda sesuatu bukan karena takut tetapi keputusan karena kebenaran yang dibutuhkan belum muncul, kemanfaatan belum matang. Proses pematangan diri jangan berhenti tetapi berkelanjutan menjadi gaya hidup-"belajar seumur hidup".

Bisa saja menjadi Pahlawan itu baru bisa diakui, dinobatkan,  setelah orang purna-hidup, sebab keberanian itu bisa saja baru terbukti ketika habis-habisan menghadapi maut. Pun maut diatas tempat tidur.

Jadi akupun bisa menjadi pahlawan dengan pengakuan ataupun tidak, ketika aku hidup bertujuan, berani untuk orang lain, keluarga, tetangga, sesama, dalam kegigihan kerja dalam hidup yang kuyakini sambil kupelajari kuperdalam seumur hidup.

Mungkinkah aku menjadi pahlawan ?  Kemungkinan itu hanya bisa ada bila aku berani memikirkan, membayangkannya. Dengan Keberanian memimpikan .........

Akhirnya,menutup renungan ini menyongsong Hari 10 Nopember, mengenang para pahlawan  khususnya pahlawan idolaku, Pahlawan Nasional Mgr. Soegiypranoto SJ. Uskup Agung Semarang. (1896-1963) dengan perjuangan diplomasinya di Vatikan, pusat Gereja Katholik,sebagai negara berdaulat, mempelopori pengakuan kedaulatan RI . 

Dan dengan konsepsi berani berbeda, one for others, dengan semboyan Katholik 100% - Indonesia 100% Mgr. Soegiypranoto SJ. Uskup Agung Semarang. memberi aspirasi dan bimbingan kaum muda dan khalayak tidak terbatas pada umatnya saja. (https://brainly.co.id:tugas)

Dalam kenangan itu kusampaikan salam penuh khidmad :

 Selamat Hari Pahlawan 10 Nopember.

Ganjuran, Nopember,04,2021.  Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun